PENDEKATAN

947 Words
Satu minggu berlalu draft dari Divisi Desain telah selesai. Kami tinggal mengeksekusi hasilnya dan dipaparkan di depan klien. Semua tim Divisi Pemasaran, Pak Marcell, Pak Aldo, dua orang klien Hotel NW Centrall, masuk ke ruangan meeting. Pak Aldo menunjukku sebagai pembicara untuk mempresentasikan hasil desain kami. Sehari sebelummya, aku diberitahukan oleh Pak Aldo bahwa aku yang akan tampil. Sebisa mungkin aku berdandan walaupun minimalis, perona pipi, lipstik berwarna nude, rok berwarna biru navy, ujungnya sedikit terbelah. Baju putih kemeja garis-garis biru, kumasukkan ujung bajuku ke dalam rok. Sehingga tampak rapi. Rambutku kucepol ke atas, memperlihatkan leherku yang panjang. Presentasi berjalan lancar. Kulihat dua klien Hotel NW Centrall, mengangguk-angguk sepanjang presentasi. Semoga mereka mengerti penjelasanku, menyetujui dan memilih desain kami. "Setelah mendengar penjelasan Mbak Diandra, kami setuju untuk bekerjasama," ucap Pak Dony. Sebelumnya dia sudah memperkenalkan dirinya. Menatapku kemudian menatap Pak Marcell. Mereka akhirnya berjabat tangan dan menandatangani kontrak kerjasama. Setelah mereka keluar dari ruangan, hanya tinggal aku dan Nina membereskan bahan presentasi, laptop dan lainnya. "Lu hebat Dee, salut gue," ucap Nina sambil menepuk bahuku. "Iya dong, Dee gitu loh," ucapku percaya diri. "Eh tapi lu sadar gak, selama presentasi Pak Marcell menatap lo terus," curiga Nina. "Oh yah, gue rasa biasa aja kok, yah namanya gue presentasi di depan. Yah...pasti menatap gue lah," jawabku meyakinkan Nina. Walaupun dalam hati aku juga merasa demikian, ada perasaan canggung dan berdebar ditatap intens oleh Pak Marcell. Tapi aku yakin itu hanya karena dia fokus melihat presentasiku. Diandra POV End   *** Marcell POV Hari ini, aku terkejut dengan penampilan Diandra. Sebenarnya sederhana terkesan formal tapi sensual di mataku karena belahan roknya yang terkesan menggoda. Mungkin dia seperti ini, karena harus menghadapi klien. Tampil meyakinkan adalah kuncinya. Terus terang kurasakan ketertarikan pada gadis itu. Sesekali dia tersenyum, gigi ginsulnya terlihat lucu. Lehernya, terekspos nyata. Karena rambutnya disanggul ke atas. Fokusku pun terbagi antara mendengar presentasi dan mengagumi tubuh Diandra. Kembali kusadarkan lamunanku. Kupencet nomor sekretarisku. "Halo, Sonya tolong panggil siapa tadi…yang presentasi itu" ucapku berpura-pura lupa namanya. Aku tidak mau, Sonya mengetahui bahwa aku sudah hapal nama salah satu stafku yang membuat dadaku terasa berbeda. Ada kehangatan yang kurasakan. "Ow mbak Diandra pak," jawab Sonya cepat. "Yah itu…tolong panggil ke ruanganku segera" ucapku tegas. "Baik pak, segera," jawab Sonya. Marcell POV End *** Diandra POV Aku berjalan menuju kantor pak Marcell disambut oleh Mba Sonya sekretarisnya, dan mempersilahkanku buat masuk ke ruangan. Tok…tok…tok… "Permisi, pak," ucapku. "Silahkan masuk," jawab suara Pak Marcell dari dalam ruangan. "Silahkan duduk," ucap Pak Marcell tapi tetap menatap laptop di depannya. "Iya pak," jawabku sekenanya. Idih, sok cakep banget deh, di ruangan meeting, lo menatap gue terus-terusan. Disni cuek lagi. Dasar kulkas, ucapku mengumpat dalam hati. "Oh iya Diandra," ucapnya melirikku sekilas. "Panggil aja Dee pak," balasku memotong pembicaraannya. "Oh iya, Dee. Saya mau kamu kunjungi hotel ini berdua dengan saya saat acara pembukaan Mall baru dari hotel NW Centrall bulan depan. Mereka harap kehadiran kita berdua," ucap Pak Marcell menjelaskan. Aku pun hanya mengangguk. Cepat banget pemberitahuannya, masih lama juga. Sebulan lagi, ucapku dalam hati. "Apa adalagi yang bisa saya bantu pak. Kalau tidak ada, saya permisi pak," ucapku. "Oh iya sudah. Terima kasih," jawab Pak Marcell tegas. Kutinggalkankan ruangannya sambil mendengus kesal. Diandra POV End *** Marcel POV Setelah menutup telepon dari Sonya, aku sebenarnya sadar. Ini hanya caraku untuk menemui Diandra lagi. Berhubung klien mengundang kami berdua untuk menghadiri acara peresmian mall hotel tersebut. Tok…tok…tok.. Kudengar suara ketukan pintu. Aku merubah posisiku dengan gaya yang serius. Menatap laptop, seolah-olah mengerjakan sesuatu. "Silahkan masuk," jawabku setengah berteriak. "Silahkan duduk," perintahku lagi. Sambil menatap laptop di depanku. Sesekali aku melirik ke arahnya. Parfumnya harum, terkesan lembut dan menggoda. Astaga kamu kenapa Marcell, apa yang kamu pikirkan, bentakku dalam hati. "Iya pak," jawabnya lembut. Setelah kurasa bisa mengatasi rasa canggungku. Aku akhirnya menatapmya. "Oh iya Diandra," kucoba mengawali pembicaraan. "Panggil aja Dee pak," sahutnya. "Oh iya, Dee. Saya mau kamu kunjungi hotel ini berdua dengan saya. Karena saat acara pembukaan Mall baru dari hotel NW Centrall bulan depan. Mereka harap kehadiran kita berdua," kataku menjelaskan panjang lebar. Aku berusaha meyakinkan bahwa ini hanyalah tugas kantor. Kulihat dia hanya mengangguk, dan tersenyum tipis. "Apa adalagi yang bisa saya bantu pak. Kalau tidak ada, saya permisi" ucapnya "Ow iya sudah. Terima kasih" jawabku tegas. Dia bergegas meninggalkan ruanganku. Tinggal aku yang menatap kepergiannya. Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama dengannya. Huft... Aku membanting tubuhku perlahan di kursiku. Ini bukan diriku. Dimana kesetiaanku selama ini pada Natalia, kekasihku, batinku. Oh iya belum lagi dengan perempuan yang kutiduri. Bagaimana kalau sewaktu-waktu dia menuntut pertanggung jawabanku Kubuka handphoneku, mencari nama pihak hotel. Mereka pasti punya CCTV di sana. Setidaknya aku bisa melihat wajah gadis itu. “Halo, ini dengan Hotel NW centrall” “Halo, selamat siang dengan Hotel NW Centrall. Dengan siapa kami berbicara,” jawab recepsionis hotel. “Ini dengan Marcell Adiwijaya, bisa sambungkan dengan manajer hotel anda,” sambungku. “Ow iya pak...bbbb...baik pak, akan kami sambungkan,” jawabnya lagi terbata-bata. Tidak lama menunggu, kudengar suara di seberang sana. “Halo, selamat siang Pak Marcell, ada yang bisa kami bantu”. ”Saya ingin meminta rekaman CCTV, saat terakhir saya menginap di hotel ini,” kataku menjelaskan. “Ow iya pak, kami ingat anda bersama seseorang. Dalam keadaan mabuk parah,” jawab manajer hotel. “Iya benar, kapan kami bisa dapatkan rekamannya," sambungku. “Butuh dua-tiga hari pak, tapi kami akan usahakan secepatnya” “Baiklah, saya tunggu kabar selanjutnya.” Aku mengakhiri pembicaraan dan menutup telepon. Setidaknya aku harus tahu siapa wanita itu. Marcel POV End
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD