Belum Terlambat

1015 Words
Sore ini Jo menyiapkan kejutan untuk istri dan anaknya. Bukan kejutan yang besar sebenarnya. Tapi Jo yakin Alila dan Dio akan senang. Jo memarkir mobilnya. Ia turun dan mulai berjalan memasuki area taman. Jo mendapatkan bebas tugas malam ini. Sehingga ia bisa langsung pulang. Rencananya ia mau mengajak anak istrinya jalan - jalan dulu. Biasanya begitu sampai taman, Jo akan segera menelepon istrinya, mengatakan bahwa ia sudah datang. Kemudian ia hanya perlu menunggu sampai Alila keluar bersama Dio. Selanjutnya Jo akan mengantar mereka pulang, dan segera kembali ke rumah sakit setelahnya. Jo bertanya pada salah satu petugas tentang letak area bermain balita. Jo tahu Alila selalu mengajak Dio ke sana. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Jo sampai. Ia bisa melihat istrinya duduk di sebuah bangku. Mengawasi putranya dari jauh. Dio terlihat asyik bermain dengan anak - anak lain. Jo semakin mendekat. Hingga kini Jo bisa melihat bahwa ternyata istrinya sedang bicara di telepon. Jo heran sendiri melihat wajah murung istrinya. Kira - kira ada masalah apa, dan siapa yang menelepon? Niat Jo tadi ingin mengenang masa pacaran mereka dulu. Ingin menutup mata Alila dari belakang, dan membiarkan Alila menebaknya. Tapi karena Alila sedang sibuk telepon, sepertinya Jo harus mengurungkan niatnya. "Apartemen kamu?" Jo mengeryit mendengar kata apartemen. Apartemen siapa? "Baik lah Mbak akan ke sana besok," jawab Alila lagi. Jo tidak begitu jelas dengan suara si penelepon. Tapi Jo tahu itu suara lelaki. Pikiran Jo segera mengarah pada perubahan Alila sejak beberapa waktu ini. Istrinya yang tiba - tiba berubah lebih ceria. Dan ia lebih sering sibuk dengan ponselnya. Alila tidak mungkin menduakannya, kan? Jo berharap pikirannya salah. Jo segera duduk di sebelah istrinya. Alila terlihat terkejut sekali. Ia salah tingkah dan mencoba menyembunyikan ponselnya. Sejak kapan suaminya ada di sini? Dan kenapa Jo sampai masuk ke mari? Jangan - jangan karena ia terlalu sibuk telepon, sehingga Jo tidak bisa menghubungi nomornya. Jadi ia memutuskan untuk masuk ke sini. Ketidak datangan Theo ke taman sore ini membuat pikiran Alila sedikit kacau. Suasana hatinya buruk sejak tadi, ditambah Jo yang mengejutkannya setengah mati. Ngomong - ngomong, apa Jo tadi mendengar obrolannya di telepon? "Kaget?" tanya Jo. "Y - yaiya lah." Alila berusaha menyembunyikan kegugupannya. Matanya melihat sikap Jo yang biasa saja. Apa ini tandanya ia aman? "Kamu tiba - tiba muncul. Siapa yang nggak kaget coba?" Jo tertawa dibuatnya. "Saat aku dateng, kamu sibuk ngobrol di telepon. Jadi ya ... ini satu - satunya cara agar kamu sadar kalo ada aku di sini." Jo mengutarakannya. Membuat Alila kembali curiga, bahwa Jo pasti mendengar obrolannya. Alila terlihat diam. Menunggu reaksi Jo selanjutnya. "Malam ini aku free, ayo kita jalan - jalan dulu. Kamu mau, kan?" Alila tidak langsung menjawab. Hatinya sedikit lega karena sikap Jo yang kembali seperti biasa. Tapi Alila tetap belum bisa tenang sepenuhnya. Takut kalau saja Jo sebenarnya memang mendengar obrolannya, namun tidak tidak memperlihatkan hal itu. "Kenapa? Kamu nggak mau?" Jo mengulang pertanyaannya. "T - tentu aja aku mau." Alila masih merasa amat gugup. Dan akan terus gugup jika ia masih bersama Jo seperti ini. Akhirnya ia berdiri, memutuskan untuk memanggil Dio. ~~~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~ Keluarga itu sedang dalam perjalanan menuju restoran langganan mereka. Saat ada waktu senggang mereka sering ke sana. Meskipun itu jarang sekali. Dio terlihat senang duduk di belakang. Ia terus menerus mengatakan menu makanan yang ingin dipesannya nanti. Ia terlihat asyik bercengkrama dengan daddy - nya. Berbeda dengan Alila yang lebih banyak diam. Saat sudah sampai di restoran pun sikap Alila masih sama. Bahkan ketika makanan yang mereka pesan sudah datang, ia hanya diam menatap ke arah lain. "Sayang, kenapa nggak makan?" Jo nampak khawatir. "Ah iya." Alila terlihat kelabakan. Ia terlalu banyak melamun tadi, sampai tak sadar makanannya sudah datang. Jo menjadi semakin curiga. ~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Biasanya Alila berangkat ke taman dengan Dio sekitar jam dua siang. Itulah kenapa menjelang jam dua, Jo sudah keluar dari rumah sakit. Ia mengatur jadwal sedemikian rupa, agar dapat menjalankan rencananya. Jo sudah menunggu di jalanan dekat gerbang perumahan tempat tinggal mereka. Akhirnya Jo melihat istrinya menggendong Dio keluar dari gerbang. Tidak ada yang berubah dari penampilannya. Tetap sopan dan rapi seperti biasa. Bedanya kali ini Alila menyeberang jalan. Itu tandanya ia akan mengendarai bus menuju ke arah lain, bukannya ke arah taman. Jo tidak ingin berprasangka buruk. Tapi ia mendengar dengan jelas, bahwa seseorang yang menelepon istrinya kemarin adalah suara lelaki. Dan perubahan Alila belakangan memperjelas segalanya. Jo bahkan tak habis pikir, Alila mau saja diminta datang ke apartemennya. Apa lagi ia membawa Dio. Jo mengikuti bus yang membawa Alila dan Dio. Hingga Alila akhirnya turun. Ini adalah distrik kota. Di mana di dalamya terdapat banyak pusat perbelanjaan, kantor - kantor pemerintahan dan juga banyak apartemen dan hotel elit. Di sini kah pria itu tinggal? Jo memutuskan untuk memarkir mobilnya dulu. Ia tak ingin ketahuan sedang membuntuti istrinya sendiri. Alila terlihat sedang membaca sebuah catatan kecil. Pasti itu alamat si penelepon. Jo ikut berhenti saat Alila sampai di depan sebuah apartemen. Salah satu apartemen termewah di sini. "Mom, kita mau ke mana sebenarnya?" Jo bisa mendengar pertanyaan Dio. "Ke rumahnya Kak Theo, Sayang." Theo? Kak? Apa ini artinya pria itu lebih muda dari istrinya? Dan Dio juga sudah mengenalnya? Alila mulai masuk dan berdiri di depan lift. Memencet nomor lantai yang diinginkannya. Lantai 10. Jo ingin sekali meneruskan langkahnya. Tapi sepertinya ia tidak sanggup. Jo menyerah dan berhenti di sana. Ia kembali menuju tempatnya memarkir mobil. Ya Tuhan... Jo benar - benar belum bisa menerima kenyataan ini. Lalu apa yang harus dilakukannya nanti? Apakah ia harus marah? Menceraikan istrinya? Setiap hari ia meninggalkan rumah untuk pergi mencari nafkah, semua itu demi Alila dan Dio. Namun kenapa sang istri justru melakukan sebuah pengkhianatan seperti ini?  Tidak. Pasti istrinya punya alasan sendiri. Bohong bila Jo tidak marah dan kecewa. Hanya saja, ia tetap tak mau asal tuduh. Dan seandainya benar jika Alila berkhianat, semoga saja hal ini belum terlalu terlambat untuk dihentikan. ~~~ I Love You Tante - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C -- 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD