Undangan

1310 Words
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Romeo berhenti di depan sekolahan Justin dan Tamara. "Ayo kita turun, sudah sampai," kata Romeo. Justin dan Tamara memakai tas ransel miliknya lalu Romeo dan Renata mengantar Justin terlebih dahulu ke kelasnya dan setelah itu mereka mengantar Tamara ke kelasnya. "Tamara, jangan lupa ya kasih undangan ulang tahun kamu ke teman kamu," kata Renata sambil mengusap lembut kepala Tamara saat mereka sudah sampai depan kelas Tamara. "Iya, Ma," balas Tamara. "Masuk sana. Nanti kami jemput kamu dan Justin pas pulang sekolah," kata Renata. "Baik, Ma," balas Tamara. "Sebenarnya aku tidak mau merayakan ulang tahunku, aku kan belum punya teman banyak," gumam Tamara Tamara masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Tina. "Tina, ini undangan untuk kamu. Datang ya ke pesta ulang tahun aku," kata Tamara sambil memberikan undangan pesta ulang tahunnya. "Astaga! Kamu kapan ulang tahun? Kok aku tidak tahu kamu ulang tahun sih," kata Tina dengan heboh. "Kan kita baru kenal, Tina. Aku ulang tahunnya kemarin. Lagian aku juga termasuk anak baru di sekolah ini dan juga tidak ada seorang pun yang mengetahui ulang tahunku kapan," balas Tamara. "Aku enggak dikasih nih?" tanya Theo yang duduk di belakang Tamara. "Aku pasti mengundang kamu, Theo, kan kamu teman pertamaku di sekolah," Jawab Tamara dengan senyum manisnya sambil memberikan undangan pesta ulang tahunnya. "Terima kasih, Tamara," balas Theo. "Kamu enggak undang yg lain?" tanya Tina. "Ada kok. Ini aku titip bu guru aja. Sebenarnya aku malas dirayain tapi mau gimana lagi, orang tuaku yang mau," kata Tamara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ting tong ting tong Suara bell sekolah berbunyi. Kelas yang tadinya sepi perlahan mulai terisi dengan semua murid yang buru-buru masuk ke kelas. Tidak lama guru mereka datang dan murid-murid menyapa ibu guru. Tamara maju ke depan memberikan undangan ke Ibu guru. "Ibu guru, ini undangan ulang tahunku, datang ya, Bu. Ini buat teman-teman kelas juga," kata Tamara. "Ohh iya Tamara, selamat ulang tahun. Semoga makin cantik, sehat dan berbakti pada orang tua dan rajin belajar, ya. Kalian semua, ini ada undangan ulang tahun dari Tamara, jangan lupa datang," kata Indah sambil membagikan undangan ulang Tamara "Terima kasih Bu," kata Tamara lalu duduk di samping Tina. Ibu guru mulai menjelaskan pelajaran. *** Beberapa jam kemudian bell sekolah kembali berbunyi. Para murid mulai berbaris untuk bersalaman dengan guru mereka. Tamara yang sudah berada di luar kelas mendudukkan dirinya di kursi depan kelas menunggu Justin, mama dan papanya yang akan menjemput. "Apa masih lama, Tamara?" tanya Theo. "Bentar lagi pasti datang," jawab Tamara. Tidak lama ketiga orang yang Tamara tunggu-tunggu akhirnya datang menghampirinya. "Wah, Tamara sepertinya sedang bersama teman-teman baru ya," kata Renata dengan tersenyum lembut. "Iya, Ma. Kenalin ini Theo dan Tina, Ma, Pa," kata Tamara. "Siang, Tante, Om," sapa Theo dan Tina berbarengan. "Theo, Tina, pasti sudah mendapatkan undangan pesta dari Tamara kan?" tanya Romeo. "Sudah, Om. Makasih sudah mengundang kita," kata Theo dengan semangat. "Makasih ya, Om. Pasti Tina bakal datang dan membawa kado yang sangat besar untuk Tamara," kata Tina. "Jangan lupa datang ya. adonya apa tuh?" kata Romeo. "Ada deh. Enggak surprise dong, Om, kalau bilang isinya," balas Tina. Romeo mengganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah Tina. Setelah itu mereka semua berpamitan ke Tina dan Theo untuk pulang duluan. Saat sudah di dalam mobil, Romeo mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan, Renata terus mengajak berbicara Tamara dan Justin sedangkan Romeo terus fokus pada jalanan. "Tamara, Justin, gimana sekolahnya? Lancar?" tanya Renata. "Sangat lancar, Ma, tapi Tamara baru punya teman dua aja soalnya yang lain tidak terlalu suka mengobrol dengan Tamara sepertinya," jawab Tamara. "Justin selalu lancar seperti biasa, Ma," balas Justin. "Tamara semangat dong cari temannya," kata Renata. "Iya, Ma," balas Tamara. "Tapi kamu harus perkenalkan teman kamu ke Kakak dan kalau mau pergi sama teman kamu harus izin ke Kakk juga," kata Justin dengan wajah datarnya. "Apaan sih, Kak?! Apa-apa harus ijin Kakak!" teriak Tamara. "Tamara," geram Justin yang mendengar Tamara berteriak kepadanya. "Sudah sudah, jangan berantem, ya. Kita sudah mau sampai rumah," kata Renata. Beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di depan rumah. Setelah keluar dari mobil, Renata mengajak kedua anaknya untuk ke kamar karena ia memiliki kejutan untuk Tamara. "Ayo Tamara, buka lemari pakaiannya," kata Romeo. Tamara membuka lemari pakaian yang ada di hadapannya. Mata Tamara membulat penuh saat melihat berbagai macam gaun dari karakter princess di film kartun kesukaannya terpampang di hadapannya. "Ma, Pa, ini banyak sekali," kata Tamara. "Kamu pilih salah satu untuk acara ulang tahun kamu ya, Tamara," kata Renata. "Pilihnya jangan yang pendek gaunnya, aku tidak suka kalau kamu memakai gaun yang kependekan," kata Justin saat melihat beberapa gaun yang berada di lemari itu ada yang panjangnya hanya sampai di atas lutut. "Loh, kok Kakak ngatur sih? Kan aku yang ulang tahun. Aku mau yang ini," kata Tamara sambil menunjuk baju berwarna pink yang sangat pendek. "pokoknya sekali tidak tetap tidak. Cari gaun yang lebih panjang," kata Justin. "Justin, jangan begitu. Biarkan adik kamu memilih gaun yang mau dia pakai, kan itu hari spesial adik kamu," kata Renata menasehati Justin. "Terserah deh, Ma," kata Justin sambil menatap tajam Tamara. Tamara yang ditatap tajam oleh Justin mengalihkan pandangan ke gaun yang ada di hadapannya. Ia merasa takut tapi dia tidak mau ngalah dengan Justin. Tamara akhirnya mengambil baju yang pendek dan akan menampilkan paha mulusnya. "Aku ambil ini tokohnya!" teriak Tamara berlari ke fitting room. Tamara yang berlari menuju fitting room dikejar oleh Justin. Roman dan Renata terdiam melihat putra mereka begitu posesif pada Tamara. "Kakak, lepasin gaun Tamara," kata Tamara menarik gaun yang digenggam Justin. "Ganti baju yang lain atau Kakak berbuat kasar," desis Justin. "Enggak mau, Ka. Ngerti enggak sih, Tamara maunya yang ini," balas Tamara. "Tamara," panggil Justin. Srrettt "Kakak!" teriak Tamara. "Akhirnya gaun jelekmu ini robek. Jadi adikku yang cantik ini bisa memakai gaun yang lain," kata Justin dengan wajah datarnya dan smirk miringnya. "Kak Justin jahat!" teriak Tamara. "Sayang, jangan begitu sama adik kamu. Tamara kamu pakai baju yang warna biru ya, bagus deh itu," kata Renata. Tamara mau tidak mau menurut pada Renata yang mengambilkan sebuah gaun berwarna biru dan memiliki ekor yang cukup panjang hingga menjuntai ke lantai serta terdapat mahkota yang ada berlian berwarna biru di tengahnya. Tamara dibantu Renata memakaikan gaunnya. Renata yang sudah selesai membantu keluar dari kamar mandi bersama Tamara. "Wah, putri Papa cantik sekali, seperti princess," kata Romeo melihat Tamara yang terlihat sangat cantik. "Justin, gimana menurut kamu?" tanya Renata. "Cantik, Ma," jawab Justin menyetujui pilihan mamanya. "Nah kan cantik. Tamara, nanti kamu bakal jadi princess deh saat pesta," kata Renata menghibur. "Kalian semua bukan orangtuaku, maka dari itu pasti kalian membela anak kalian yang menyebalkan," gumam Tamara "Nanti di pesta Tamara tidak boleh jauh-jauh dariku ya," kata Justin sambil mengusap lembut pipi Tamara lembut. "Lihat saja nanti," desis Tamara. "Tamara galak banget sih sama kakaknya," kata Roman dengan nada mengejek. "Biarin aja, Pa. Nanti aku hukum dia kalau jauh-jauh dari aku," kata justin dengan rahang yang mengeras Roman yang mengerti perasaan putranya menepuk punggung Justin. "Tamara, ayo sini. Mama bantu ganti bajunya," kata Renata. Renata dan Tamara masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian Tamara. Tidak lama Tamara dan Renata keluar dengan Tamara yang sudah berganti pakaiannya. Renata menaruh kembali gaun tersebut ke dalam lemari sedangkan Tamara menghampiri Justin yang sedang mengerjakan prnya. "Mama keluar dulu ya, kalian ada pr?" tanya Renata. "Ada, Ma," jawab Tamara. "Enggak ada, aku hanya sedang mengerjakan soal yang belum aku kerjakan di buku pelajaran, Ma," kata Justin. "Tamara, Mama bantu kerjakan ya," kata Renata. "Mama tidak perlu bantu Tamara. Nanti Justin aja yang bantu," kata Justin. "Oke deh kalau gitu. Mama dan papa keluar duluan ya," kata Renata. Justin menganggukkan kepalanya, lalu kedua orang tuanya keluar dari kamar. Tamara mengeluarkan buku prnya. Justin meletakkan buku pelajarannya lalu ia membantu Tamara mengerjakan soal pr yang Tamara tidak mengerti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD