Rhea rasa dia sudah gila. Benar-benar gila.
Ia sendiri kenapa bisa dirinya membalas perkataan Jendra dengan seangkuh itu. Entah karena terlalu gugup sehingga otaknya tidak bisa bekerja dengan benar, atau mungkin juga karena ia terlalu kesal dengan pria itu yang kembali meremehkannya.
Sebelum masuk ruang audisi tadi, Rhea benar-benar gugup hingga perutnya mulas dan ia tidak bisa merasa tenang sama sekali. Berkali-kali Rhea sudah mengecek kelengkapan bahan-bahan makanan yang akan digunakannya untuk demo memasak di hadapan para juri nanti, memastikan semuanya lengkap dan bisa dihidangkannya dengan sempurna.
Selain gugup soal masakannya, tentu saja Rhea gugup karena tahu dirinya akan direkam oleh kamera selama audisi, dan nantinya rekaman itu akan disiarkan di televisi. Lalu, yang membuat Rhea gugup juga karena memikirkan bahwa ia akan berhadapan langsung dengan pria bernama Jendra itu secara langsung.
Sebelum audisi, beberapa kali Jendra menyenggol Rhea di sosial media, seolah benar-benar ingin membuat Rhea kesal sekaligus menjatuhkan mentalnya. Pria itu mengunggah tulisan yang seakan menyemangati Rhea untuk audisi, padahal sebetulnya menyindir dan meremehkan. Meski sangat kesal hingga rasanya amat marah, Rhea memilih untuk tidak menggubris pria gila itu, dan berniat untuk membalasnya langsung dengan membuktikan kemampuan memasaknya.
Seharusnya, Rhea tidak perlu membalas kata-kata meremehkan Jendra yang jelas dimaksudkan pria itu untuk memprovokasinya. Sebelum masuk ke ruang audisi pun sebetulnya Rhea sudah berniat untuk tidak menggubris apapun yang akan hal buruk yang dikatakan Jendra padanya. Tapi, ketika pria itu meremehkannya, dengan lancarnya bibir Rhea membalas karena ia tidak terima.
Dan bisa-bisanya, Rhea mengaku kalau ia ahlinya membuat dessert! Lalu, dengan percaya dirinya juga dia bilang akan membuat para juri jatuh cinta dengan masakannya nanti! Kalau gagal melakukan itu, Rhea tidak tahu harus menaruh mukanya dimana lagi. Tidak hanya keluarga, teman-teman, dan karyawannya di Aiko's Cakery saja yang akan menonton itu, tetapi satu Indonesia!
Memikirkan rasa malu yang harus ditanggungnya membuat Rhea ling-lung selama dua menit setelah waktu lima belas menitnya untuk menyiapkan makanan dimulai. Ia baru bergerak cepat setelah sadar kalau Jendra terus memerhatikan gerak-geriknya dengan tajam dari tempat lelak itu berdiri.
Seperti yang dikatakan Rhea pada para juri tadi, ia akan menghidangkan signature menu dari Aiko's Cakery. Yang mana menu itu tidak lain dan tidak bukan adalah cinnamon cheesecake kebanggaan toko mereka yang setiap harinya selalu ludes terjual ratusan porsi.
Setelah sempat kebingungan harus memasak apa dan menghindari menu dari Aiko's Cakery gara-gara takut dihujat Jendra lagi, akhirnya pilihan Rhea tetap jatuh pada signature menu toko kuenya itu.
Saran sang ibu lah yang akhirnya membuat Rhea maju untuk memasak cinnamon cheesecake tersebut untuk audisi Cooking Master.
"Kenapa kamu harus takut masak salah satu menu dari Aiko's Cakery? Kamu nggak boleh takut, tapi harus berani dan bangga. Tunjukin ke mereka, ini loh toko kue punya kamu. Mau mereka bilang apa, kamu akan tetap bangga sama apa yang kamu hasilkan. Mau kalah atau menang, itu urusan belakangan. Yang penting kamu berusaha, masaknya pakai hati. Udah beribu-ribu orang kamu bikin jatuh cinta sama kue buatanmu, Ibu rasa nambah tiga orang lagi bukan hal yang sulit."
Berkat nasihat dari sang ibu, saat di rumah hingga di luar ruang audisi tadi, Rhea merasa percaya diri. Tapi sekarang, setelah tadi dirinya bicara angkuh pada Jendra, semua rasa percaya diri tersebut menguap begitu saja.
Walau Rhea tetap mengerahkan usaha terbaiknya dalam lima belas menit waktu yang digunakan untuk menyiapkan masakannya, ia sudah tidak berekspektasi lagi bisa lolos. Pria bernama Jendra itu pasti akan membuatnya kesulitan.
Berhubung setiap peserta hanya diberi waktu lima belas menit untuk menyiapkan masakan mereka, sebelum masuk ke ruang audisi, mereka disediakan tempat untuk menyiapkan bagian dari masakan yang membutuhkan waktu lama untuk diolah. Jadi, yang perlu dilakukan di hadapan juri adalah tahapan-tahapan yang simpel saja dan tidak memakan waktu lama.
Karena Rhea akan memasak cinnamon cheesecake yang pada dasarnya membutuhkan waktu lama untuk diolah, maka untuk audisi ini ia sedikit mengubah resepnya dengan mengubah teknik pembuatannya tanpa mempengaruhi cita rasa. Selama beberapa hari ini Rhea sudah berlatih untuk membuat versi no bake cinnamon cheesecake yang rasanya tetap akan mirip dengan cinnamon cheesecake di Aiko's Cakery.
Tiga komponen utama untuk cinnamon cheesecake ini, yaitu cinnamon crust, adonan cream cheese, serta cinnamon sauce, sudah disiapkannya sebelum masuk ke ruang audisi ini. Rhea pun tinggal menyusun tiga komponen itu ke dalam loyang berbentuk bulat. Dimulai dengan cinnamon crust di bagian paling bawah, lalu adonan cream cheese, ditimpa dengan cinnamon sauce, dan adonan cream cheese lagi. Rhea cuma perlu waktu kurang dari tujuh menit untuk melakukan itu. Lima menit digunakannya untuk menyimpan kue itu ke dalam freezer, lalu sisanya digunakan untuk plating.
Ketika jam besar di ruangan itu berdenting menandakan waktu habis, cinnamon cheesecake Rhea juga sudah terhidang cantik di atas piring. Dipotong setiga dengan garnish bubuk kayu manis dan roasted almond di atasnya.
"Yak, waktu kamu sudah habis. Silahkan bawa masakan kamu ke depan."
Rhea terlebih dahulu menghembuskan napas untuk menyemangati dirinya sendiri sebelum ia mengikuti instruksi yang diberikan Jendra.
Dengan hati-hati, ia membawa piring cinnamon cheesecake-nya dan meletakkan itu di atas meja yang ada di depan para juri. Tempat ketiga juri akan mencicipi masakan Rhea itu. Setelahnya, Rhea mundur tiga langkah dan menunggu.
"It looks good. What is this, Rhea?"
Manuel yang pertama maju dan menanyakan itu pada Rhea.
"Cinnamon cheesecake," jawab Rhea. "Itu signature menu di toko kue saya. Tapi, berhubung waktu masak di sini terbatas, jadinya saya ubah tipe cheesecake-nya. Dari New York cheesecake, jadi no bake cheesecake. But I can guarantee, rasanya tetap sama."
Manuel mengangguk paham. Pria itu sudah mengambil garpu dan memutar-mutar piring masakan Rhea itu untuk memerhatikan setiap sisinya.
"Secara plating, ini cantik sekali. Karena kamu punya cakery, jadi nggak heran kalau kamu pasti udah tau gimana plating yang benar. Saya harap, rasanya juga sebagus penampilannya ya."
Rhea menahan napas melihat Manuel mengambil garpu, lalu memotong ujung kue yang Rhea buat dan memasukkan potongan kue itu ke dalam mulut. Di balik tubuhnya, Rhea mengepalkan tangan erat sembari memerhatikan ekspresi Manuel. Selama beberapa detik, pria itu hanya diam mengunyah dengan ekspresi datar. Hingga kemudian, ia terlihat terkejut, dan Rhea tidak tahu apa artinya itu.
"Ini saus yang ada di bagian tengah campuran cinnamon sama salted caramel ya?"
"Yes, Chef."
"Crust-nya juga kamu kasih cinnamon?"
"Iya, tapi sedikit. Karena saus cinnamon-nya dicampur dengan salted caramel, jadi supaya rasa dan aroma kayu manisnya tetap kuat, saya campur di bagian crust-nya juga, Chef."
Sekali lagi, Manuel menganggukkan kepala. Pria itu kembali memotong kue di piring itu dan memakan potongannya.
"Well, kamu juga menambahkan sedikit air perasan lemon di cream cheese-nya?"
"Iya, Chef," jawab Rhea lagi.
"Good choice, Rhea."
Manuel menyunggingkan senyum, kemudian berjalan mundur kembali ke tempatnya tadi. Kegugupan yang semula dirasakan oleh Rhea pun jadi sedikit berkurang. Komentar Manuel itu...komentar yang baik, kan?
Ganti Bunda Ami yang maju setelah Manuel. Sedari awal Rhea masuk ke ruangan ini, beliau tidak berhenti tersenyum, termasuk sekarang. Tanpa bicara apa-apa, wanita itu mengambil garpu, memotong kue di piring itu, kemudian memasukkan potongannya ke dalam mulut.
Senyum Bunda Ami semakin lebar. Hanya satu komentarnya, "Jujur, saya beberapa kali pernah makan cinnamon cheesecake dari toko kamu. Dan ternyata, rasanya tetap sama walau tadi kamu bilang ini dibikin dengan cara no bake. Good job, Rhea."
Akhirnya, Rhea baru bisa tersenyum. "Thank you, Bunda Ami."
Bunda Ami hanya mengangguk singkat, lalu ia kembali ke tempatnya.
Tiba-tiba saja Rhea merasa mulas karena gugup begitu giliran Jendra yang maju untuk mencicipi masakannya. Lelaki itu memasang ekspresi datar di wajahnya, bahkan bisa dibilang terkesan dingin, sehingga Rhea jadi takut sendiri. Ia nyaris tidak berani melirik Jendra sama sekali, namun jika tidak melakukannya, itu akan dianggap tidak sopan.
Pandangan Jendra pun tidak lepas sedikit pun dari Rhea ketika lelaki itu berjalan maju hingga mencicipi kue buatan Rhea. Setelah mengunyah dan menelan kue itu, Jendra sempat diam selama beberapa detik. Kemudian, ia tidak berkomentar apa-apa dan langsung kembali ke tempatnya.
What was that?! Protes Rhea dalam hati. Kalau Jendra tidak berkomentar apa-apa seperti itu, bagaimana Rhea bisa tahu apa pendapatnya?
"To be honest, that's the best cinnamon cheesecake I've ever tasted in my life."
Kekesalan Rhea terhadap Jendra pun hanya bertahan sebentar karena komentar yang diberikan oleh Manuel. Mendengar itu, Rhea tidak bisa untuk tidak tersenyum puas.
"Sebelumnya saya nggak pernah coba yang seperti ini. It's a smart move karena kamu mencampurkan salted caramel dan kayu manis di saus yang ada di bagian tengah cake. Seperti yang kita tau, nggak semua orang suka sama aroma dan rasa kayu manis. Tapi, tambahan salted caramel, juga a hint of freshness dari lemon yang kamu tambahkan di cream-nya, membuat semua komponen di kue ini berpadu dengan pas. Dan saya rasa, bahkan mereka yang nggak suka kayu manis pun bisa makan dan suka sama kue ini."
Bunda Aminah mengangguk setuju. "Walau teksturnya agak sedikit berbeda karena kamu bikinnya dengan cara no bake, tapi nggak ada masalah," tambahnya. "Pintarnya, kamu sudah mendinginkan semua komponen sebelum ke sini, jadi walau tadi masuk freezer cuma sebentar, kuenya masih tetap kokoh, tapi langsung lumer begitu masuk ke dalam mulut. The best taste, indeed."
Senyum Rhea pun kian lebar. "Thank you, Chef," ujarnya sembari menunduk penuh terima kasih.
Setelahnya, semua mata tertuju pada Jendra, karena memang lelaki itu lah yang belum memberikan komentar apa-apa. Ada kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh Rhea karena ia mendapat pujian dari dua juri, persis di hadapan Jendra.
Rhea pun jadi paham kenapa tadi Jendra diam saja. Lelaki itu pasti juga memiliki pendapat yang sama dengan dua chef yang lain. Namun, ia tidak sampai hati untuk mengatakannya karena telah meremehkan Rhea duluan.
Makan tuh pujian. Rhea membatin puas dalam hati. Sekarang semua orang akan tahu kalau pendapat Jendra salah. Rhea jelas bisa masak!
"Ini resepnya kamu yang bikin sendiri?"
Oh, Rhea sungguh ingin tertawa. Jendra benar-benar tidak sampai hati untuk memuji sepertinya, sehingga ia memilih menanyakan itu.
"Actually, no," jawab Rhea jujur. "Saya tau resep ini dari seseorang yang penting dalam hidup saya. Tapi, ada bagian dari resepnya yang saya ubah."
Jendra mengangguk singkat. "Two thumbs up for that person then."
Rhea menahan keras keinginannya untuk memutar bola mata. Bahkan Bunda Aminah pun menepuk lengan Jendra gara-gara pujian tidak ikhlasnya itu.
"Saya nggak akan bilang apa-apa lagi karena semuanya sudah dibilang sama Manuel dan Bunda Ami," ujar lelaki itu lagi. Lalu, ia berjalan mendekati tumpukan apron yang ada di sebelah para juri. Diambilnya salah satu apron putih berlogo Cooking Master yang ada di sana, kemudian ia menuju Rhea. "Congratulations, Rhea. You got the apron."
Kali ini, baru lah Rhea dengan sangat berani menatap Jendra. Ia tersenyum lebar pada lelaki itu hingga barisan gigi rapinya terlihat.
Jendra membuka gulungan apron dan Rhea mendekat ketika lelaki itu hendak mengalungkan tali apron padanya. Tanpa ada yang tahu, ketika mengalungkan apron itu pada Rhea, Jendra berbisik, "Sampai ketemu lagi di galeri Cooking Master, Rhea. Kita liat, berapa lama kamu bisa bertahan di sana."
Seketika, Rhea merinding.
***
Harus Jendra akui, cinnamon cheesecake buatan Rhea memang enak. Manuel tidak salah, itu adalah cinnamon cheesecake yang pernah mereka makan seumur hidup. Karena itu, Jendra memilih diam saja setelah ia mencicipinya. Jelas saja ia terlalu gengsi untuk mengaku bahwa kue buatan Rhea begitu enak. Padahal, sejujurnya Jendra ingin sekali menghabiskan kue itu setelah suapan pertamanya.
Benar-benar tidak ada celah untuk mengatakan hal yang buruk terhadap kue itu. Dua juri yang lain pun setuju jika citarasa kue yang dibuat oleh Rhea dapat dikatakan sempurna. Dan Jendra juga tetap harus menilai dengan adil, terlepas dari hubungan buruknya dan Rhea.
Perempuan itu pantas untuk mendapatkan apron dan lolos sebagai peserta yang nantinya akan berkompetisi di galeri. Yah, mungkin Jendra memang harus mengoreksi kata-katanya. Rhea jelas bisa masak. Tapi, ia masih tidak ingin menarik kata-katanya di live Nerissa waktu itu. Masih ada banyak hal yang harus Rhea buktikan agar bisa membuat Jendra melakukannya.
"Pas di galeri nanti, jangan galak-galak loh, Jen, sama dia."
Jendra tertawa saja mendengar Bunda Ami bicara begitu padanya, setelah Rhea keluar dari ruangan.
"Nggak apa-apa lah, Bun. Kru-kru malah senang kalau aku galakin dia."
Bunda Ami geleng-geleng kepala. "Kasihan dia, nanti malah stress gara-gara kamu."
"Loh, justru itu tantangannya."
"Tapi kalau dilihat-lihat, kayaknya dia punya potensi tinggi." Manuel ikut menimpali. "Who knows? Siapa tau dia bisa jadi juara musim ini."
Jendra terkekeh. "Jangan terlalu berekspektasi tinggi dulu," sahutnya santai. "Dia baru membuktikan kemampuannya masak kue. Belum tentu dia menguasai menu lain yang akan ada di tantangan selama kompetisi."
"Kamu tuh terlalu underestimate dia, Jen."
Jendra mengedikkan bahu saja sebagai respon. Lantas, ia pamit untuk pergi ke toilet berhubung mereka punya waktu break lima belas menit sebelum giliran peserta selanjutnya.
Ketika keluar dari toilet, Jendra agak terkejut karena ia berpapasan dengan Rhea yang kebetulan juga baru keluar dari toilet perempuan. Rhea pun terkejut melihat Jendra.
"Chef," gumam Rhea seraya menganggukkan kepala sopan.
Jendra menyunggingkan senyum. Bukan senyuman ramah atau tulus, tapi lebih kepada senyuman miring yang memberi kesan tengil.
Keduanya pun jadi berjalan beriringan keluar dari lorong toilet. Jendra bisa menebak bahwa sebenarnya Rhea enggan sekali berjalan beriringan dengannya, namun perempuan itu terpaksa melakukannya atas dasar sopan santun.
Ini adalah kali pertama mereka bertemu berdua saja sejak saling mengetahui eksistensi satu sama lain setelah live di i********: Nerissa tempo hari.
Jendra melirik Rhea di sampingnya. Karena berjalan beriringan seperti ini, Rhea jadi begitu pendek di sebelah Jendra, sampai-sampai Jendra harus sedikit menunduk untuk melihat perempuan itu.
"Sekali lagi selamat ya, Rhea, karena kamu berhasil lolos ke galeri Cooking Master."
Rhea mendongak untuk melirik Jendra sekilas. Perempuan itu tersenyum sungkan dan membalas, "Thank you, Chef."
"Yah, semoga aja kamu nggak langsung gugur di babak pertama."
Kali ini, Rhea menghentikan langkah. Ia kembali mendongak untuk menatap Jendra tidak suka. Jendra pun ikut menghentikan langkahnya. Mereka jadi berhadapan di tengah-tengah lorong menuju toilet.
"Maaf ya sebelumnya, tapi kenapa Chef meremehkan saya terus sih?"
"Saya nggak meremehkan kamu," tukas Jendra.
Rhea menghembuskan napas. "Orang-orang yang dengar juga pasti tau kalau kesannya Chef terus meremehkan saya. Mulai dari di media sosial, saat audisi tadi, dan sekarang juga begitu. Sebenarnya, Chef ada masalah apa sama saya?"
"Chill, okay?" Jendra terkekeh. "Saya nggak ada masalah apa-apa sama kamu. Saya kan cuma ngomong untuk mengingatkan. Siapa tau bisa jadi motivasi kamu."
"Motivasi apanya," gumam Rhea. Namun, Jendra masih bisa mendengarnya samar. Ia benar-benar sudah berhasil membuat perempuan ini kesal.
"Cuma karena masakan kamu hari ini enak, bukan berarti masakan-masakan kamu selanjutnya juga bisa selalu gitu. You said, dessert is your thing, right? Nah, di Cooking Master nanti, kamu nggak cuma akan masak dessert."
"Saya juga tau itu, Chef. Lagi pula, kalau memang saya nggak bisa masak yang lain kecuali dessert, saya nggak akan ada di sini sekarang."
"Well, sebaiknya kamu jangan terlalu besar kepala kalau nggak mau pulang duluan."
"Siapa juga yang besar kepala?" Protes Rhea. "Saya cuma nggak mau kemampuan saya diremehkan. Chef ngomong begitu seolah-olah saya nggak bisa masak yang lain kecuali dessert. Padahal, saya bisa masak, Chef."
"Kita liat di galeri nanti."
Rhea kembali menghembuskan napas kesal. "Saya udah berhasil lolos audisi, tapi kamu masih menganggap saya nggak bisa masak dan semua usaha saya selama ini cuma aji mumpung ya?"
Jendra hanya mengangkat bahu dan tersenyum miring. Sengaja ingin membuat Rhea semakin kesal padanya. Entah kenapa, Jendra memiliki kesenangan tersendiri setiap kali berhasil membuat lawan bicaranya kesal.
"Kalau kamu mau pendapat saya soal itu berubah, lolos audisi aja nggak cukup, Rhea. Kamu harus menang Cooking Master dulu."
"Kamu pikir itu mustahil ya?"
Tawa renyah Jendra muncul. "Saya nggak bilang begitu."
Rhea berdecih. "Kalau saya bisa menang, you better give me what I want."
"Kamu ngajak saya taruhan?"
"Saya nggak--"
"Kalau gitu, kamu juga harus kasih saya sesuatu yang saya mau kalau sampai kamu kalah, supaya impas. Gimana?"
Sejenak, Rhea hanya tertegun dan memandangi Jendra dengan penuh rasa kesal. Rhea berdecak keras, kemudian tanpa bilang apa-apa, ia berjalan pergi mendahului Jendra. Pertahanannya untuk bersikap sopan santu hilang sudah.
Jendra pun membiarkan saja perempuan mungil itu pergi meninggalkannya. Ia hanya tertawa puas memandangi kepergian Rhea dan berpikir, Cooking Master musim ini akan benar-benar seru.
Alasannya, tentu saja karena ada seorang Rhea Aretina.