5. First "No, Chef."

2715 Words
Rhea berhasil lolos ke tahap pra-audisi Cooking Master. Dan dua hari lagi, ia harus menjalani audisi untuk kompetisi memasak tersebut. Rasanya Rhea bingung sendiri apakah ia harus merasa senang atau justru menyayangkan dirinya yang bisa lulus hingga ke tahap audisi. Padahal, Dinda bilang ada banyak sekali peserta yang gugur dalam tahap pra-audisi, karena memang penilaiannya yang begitu ketat. Rhea pun sempat agak tidak percaya diri kalau ia bisa lulus, karena kemarin saja ia hanya punya waktu singkat untuk memenuhi persyaratan pra-audisi tersebut. Namun, bantuan yang diberikan oleh Dinda dan beberapa karyawan Aiko's Cakery yang dengan senang hati ingin terlibat, akhirnya tidak berakhir sia-sia. Audisi itu baru akan berlangsung dua hari lagi, tapi Rhea sudah gugup sejak sekarang. Setelah mendapat pemberitahuan kalau dirinya bisa mengikuti audisi, Rhea tidak berhenti berlatih memasak dan mencoba-coba resep yang akan disajikannya kepada para juri saat audisi nanti. Namun, hingga sekarang ia masih belum tahu akan memasak apa. Belum ada satu pun masakan yang dia hasilkan selama beberapa hari ini yang membuatnya puas dan percaya diri. Rhea selalu saja merasa ada yang salah, dan merasa ada yang kurang pada setiap masakannya. Tidak, Rhea bukannya sudah memiliki ambisi untuk memenangkan acara Cooking Master. Hingga sekarang, sebenarnya ia masih setengah hati untuk mengikuti kompetisi tersebut. Andai tidak terjebak oleh kata-katanya sendiri, mana mau dia repot-repot ikut acara yang punya juri serupa orang gila. Iya, Gajendra Luki Paramartha itu gila! Baru kali ini Rhea merasa begitu tidak suka pada seseorang yang tidak dikenalnya, bahkan belum pernah ditemuinya secara langsung sama sekali. Jendra adalah yang pertama. Dan itu semua karena mulut pedas dan sifat angkuh laki-laki itu. Karena Jendra lah, Rhea tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di audisi nanti. Ia harus membuat masakan sempurna, yang bisa membuatnya dipuji oleh juri-juri lain, sehingga Jendra tidak punya celah untuk mengejeknya. Setelah apa yang dikatakan laki-laki itu dalam live-nya Nerissa Dilarai, Rhea ingin sekali mematahkan opini lelaki itu dengan fakta kalau Rhea memang jago masak! Tetapi, niat itu lah yang justru membuat Rhea seolah memikul beban begitu besar. Ia benar-benar tidak ingin masakannya dicaci oleh chef kurang ajar itu. "Yay! Yay! Chef!" Rhea tersentak dari lamunannya yang masih memikirkan harus masak apa untuk audisi nanti, ketika mendengar tepuk tangan dan seruan riang yang berasal dari Aiko. Rhea pun menoleh pada bocah enam tahun itu, yang kini sedang tersenyum lebar sembari menunjuk pada layar televisi di depannya. Tentu saja Rhea langsung ikut melihat ke layar televisi agar tahu apa yang dilihat oleh bocah itu hingga bisa membuatnya tersenyum begitu lebar. Ternyata, yang dilihat oleh Aiko adalah sebuah iklan minyak goreng. Dan Rhea hampir terkesiap ketika melihat bahwa yang menjadi model iklan itu adalah Gajendra Luki Paramartha. Aiko tersenyum senang karena melihat wajah Jendra di televisi. "Aiko, kamu suka sama chef itu?" Tanya Rhea shock. Bocah yang rambutnya dikepang dua itu pun mengangguk. "Suka. Chef suka masak. Suka. Keren. Aiko suka." Rhea meringis mendengarnya. "Kamu bisa tau chef ini dari mana emangnya, Sayang?" "Nenek. Nenek nonton Chef masak." "Oh, kamu suka ikut nenek nonton acara masak-masak Chef ini ya?" Aiko mengangguk. "Tapi kan dia galak, emangnya kamu nggak takut?" Kali ini bocah itu menggelengkan kepala. "Chef keren. Suka. Suka." "Dia nggak keren, kan suka marah-marah." "Keren!!!" Rhea diam karena Aiko menjawabnya dengan ngotot. Kalau sudah begitu, berarti pendapatnya tidak bisa diganggu gugat. Setelah iklan minyak goreng yang menampilkan Jendra di televisi selesai, Aiko langsung berpaling dan tidak memedulikan televisi lagi. Kembali sibuk dengan mainan-mainan yang bertebaran di dekatnya dan bicara sendiri. Kembali ke dunianya yang tidak akan bisa dimengerti oleh orang lain. Rhea pun memijat pelipis. Dari sekian banyak orang-orang di sekitarnya, Aiko adalah orang terakhir yang diinginkan Rhea untuk menjadi penggemar Jendra. Apa lagi jika sampai Aiko terobsesi pada pria itu, bisa-bisa jadi gawat. Bukannya apa, tapi Aiko merupakan seorang anak yang spesial. Anak perempuan yang sangat disayangi Rhea itu mengidap autisme. Sehingga berbeda dengan anak-anak lain, Aiko memiliki kesulitan untuk berkomunikasi. Ia juga seolah punya dunianya sendiri, yang orang lain tidak akan bisa mengerti, termasuk Rhea sekali pun. Aiko juga sulit untuk fokus pada sesuatu, sehingga tadi Rhea cukup terkejut melihat Aiko bisa duduk diam dan fokus menonton televisi yang menampilkan iklan minyak goreng dengan Jendra sebagai modelnya. Kelihatannya, Aiko menyukai Jendra, karena ia sering menonton acara memasak pria itu. Masalahnya, Rhea tidak tahu apakah itu merupakan hal yang baik atau buruk, mengingat situasinya sekarang. Ada kalanya, Aiko bisa bersikap obsesif terhadap apa yang dia suka. Rhea jelas tidak mau Aiko jadi obsesif terhadap Jendra. Rhea pikir, sebaiknya Aiko tidak diberitahu soal dirinya yang akan mengikuti kompetisi Cooking Master dan akan bertemu Jendra nantinya. Bisa jadi, Aiko tidak akan bisa menerima itu dengan baik. Beban pikiran Rhea jadi bertambah dua kali lipat rasanya. Ia menghembuskan napas berat, lalu menghempaskan dirinya di sofa hingga jadi berbaring di sana. Dalam hati ia benar-benar mengutuk Jendra. Laki-laki itu sudah membuat hidup Rhea yang tenang jadi kerepotan. Tidak sampai di sana saja beban pikiran Rhea untuk hari ini. Ketika ia membuka ponsel dan mengecek akun i********:-nya yang ternyata sudah ramai, Rhea langsung berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat hanya untuk berteriak kesal, agar Aiko tidak melihatnya melakukan itu. Sumpah demi apapun, Rhea kesal sekali lagi karena tahu, untuk yang ke sekian kalinya selama beberapa hari ini, Jendra kembali mengunggah sesuatu di i********: untuk menyenggolnya. Kali ini, lelaki itu menuliskan, Hai @aretinarhea udah sampai mana nih persiapan buat audisi? Udah siap kalah belum? ;) Ketika bertemu laki-laki itu secara langsung, Rhea rasa ia akan memberinya tatapan penuh kebencian. Atau kalau bisa, memaki-makinya sekalian! *** Sepanjang musim Cooking Master yang sudah pernah berlangsung, rasanya baru kali ini Jendra merasa tidak sabar menunggu hari audisi tiba, tepatnya audisi dimana Rhea Aretina akan menjadi salah satu pesertanya. Hari audisi itu adalah hari ini. Dan semua orang di lokasi pun tahu, Jendra jauh lebih bersemangat daripada hari audisi sebelumnya. Alasannya tentu saja karena ia sangat menantikan Rhea muncul. Ia tidak sabar ingin melihat kemampuan memasak perempuan itu, sekaligus juga ingin membuktikan asumsinya bahwa Rhea bisa jadi tidak sejago itu memasak. "Katanya urutan dia masih lama loh, Jen. Mungkin masuk ke urutan-urutan terakhir." Jendra agak merasa tertangkap basah mendengar salah satu rekan jurinya di Cooking Master, Manuel Ramirez, bicara seperti itu padanya di tengah break audisi hari ini. Merasa tertangkap basah oleh pria keturunan Spanyol itu, Jendra tertawa. "You think I'm waiting for her?" Pria berusia awal empat puluh tahunan itu pun terkekeh. "Seems like it," ujarnya. "Lagi pula, semua orang di media sosial sudah ramai membicarakan kamu sama peserta yang katanya ikut CM karena kamu tantangin itu." "Siapa?" Aminah Alaydrus, atau yang kerap dipanggil Bunda Ami oleh semua orang, sekaligus yang paling senior di antara para juri pun menimpali. Ikut penasaran tentang siapa yang dibicarakan oleh Jendra dan Manuel. "Yah, Bunda nggak main sosial media sih iya, jadinya nggak tau," balas Jendra. Raut wajah Aminah kian terlihat kebingungan. Manuel pun menjelaskan, "Beberapa waktu lalu, Jendra kasih komentar untuk sebuah produk toko kue yang belakangan ini lagi terkenal. Di live stream Nerissa, Jendra bilang kuenya nggak enak dan yang punya toko cuma aji mumpung aja sampai toko kuenya bisa seterkenal itu. Terus, Jendra menantang si owner toko kue untuk ikut CM, to prove herself that she can actually cook. Karena banyak yang lihat live stream itu, jadinya viral. And she accepted his challenge. Hari ini dia audisi." Penjelasan singkat Manuel itu membuat Aminah menggelengkan kepala pada Jendra. Wanita paruh baya itu pun mencubit pelan lengan lelaki yang bukan hanya rekan kerjanya, tapi juga sudah dia anggap sebagai anak sendiri. "Kamu itu kebiasaan banget sih komentar pedas ke orang-orang. Makanya image kamu sering dianggap jelek." Jendra merengut. "Tapi kan aku juga berkomentar berdasarkan fakta, Bun." "Nggak kamu komentarin di live stream yang ditonton banyak orang juga, Gajendra. Mana pake kamu tantangin segala. Pasti itu owner-nya terima tantangan kamu karena nggak mau malu dan kesal sama kamu." "Yaudah lah. Pak Prod juga senang aku bikin ribut, soalnya jadi ada bahan buat bikin rating naik." "Ck, kamu ini." Aminah menggelengkan kepala lagi. "Emangnya owner toko kue mana sih yang kamu ajak ribut?" "Aiko's Cakery." "Loh? Anakku sering bawain itu ke rumah. Enak-enak aja kok makanannya, nggak ada yang salah. Kenapa bisa kamu bilang nggak enak?" Jendra hanya mengedikkan bahu santai. " I know you guys are not easy to please. Jadi, kalau mau tau dia emang jago masak atau enggak, kita liat nanti." Aminah masih mengomeli Jendra, namun beliau tidak menyangkal soal itu. Memang benar, semua juri Cooking Master sangat lah sulit merasa puas. Mereka bukan lah orang sembarangan dan memang memiliki latar yang profesional dan mumpuni dalam dunia kuliner. Manuel Ramirez dan Aminah Alaydrus tentunya jauh lebih senior daripada Jendra dan sudah lebih lama berkecimpung di dunia kuliner. Manuel merupakan pria blasteran Indonesia-Spanyol, lulusan Japan Institute Culinary. Sebelum pindah ke Indonesia, pria itu sudah belasan tahun berkarir di Jepang. Memang Manuel bisa dibilang adalah master untuk masakan Jepang dan Asia Timur, terutama sushi, namun ia juga ahli dalam masakan dari negara-negara lain, seperti masakan Italia dan Spanyol. Saat ini, Manuel Ramirez merupakan seorang excecutive chef di sebuah hotel bintang lima. Dan pria itu juga memiliki beberapa restoran yang tersebar di beberapa kota. Di antaranya ada restoran sushi, restoran Korea, juga restoran yang menjual makanan khas negara-negara Eropa Latin. Sementara Aminah Alaydrus dikenal sebagai masternya masakan Indonesia di Cooking Master. Aminah sendiri merupakan salah satu senior chef paling terkenal yang ada di Indonesia dan sudah berkarir dalam dunia kuliner selama puluhan tahun. Beliau pernah beberapa kali memiliki acara televisi memasaknya sendiri, juga sudah menghasilkan banyak sekali buku resep yang hingga sekarang tetap laris manis di pasaran, dan digunakan oleh orang-orang dari berbagai kalangan. Kalau Gajendra Luki Paramartha tidak perlu ditanya lagi. Latar belakangnya juga tidak kalah dengan dua juri yang lain. Sebelum dikenal sebagai celebrity chef karena menjadi juri di Cooking Master, Jendra memulai karirnya di luar negeri. Ketika masih kuliah, ia pernah kerja part time sebagai cook helper di sebuah restoran yang ada di Paris. Lalu, setelah lulus, Jendra pindah dari Paris ke London untuk berkarir di sana. Memulai karir dengan menjadi seorang commis chef di restoran biasa, hingga kemudian jadi head chef di sebuah restoran berbintang Michelin yang ada di kota itu. Spesialisasi Jendra adalah western food, serta pastry dan dessert. Karena kemampuannya yang memang hebat, Jendra bisa mencapai itu semua di usia yang bisa terbilang mudah. Pamor Jendra pun berkembang pesat sejak jadi juri Cooking Master. Dengan latar belakang yang dimiliki oleh para juri Cooking Master di musim ini, tentu saja sulit untuk membuat mereka puas. Dari ratusan peserta yang ikut audisi hanya akan ada dua puluh lima peserta yang akan diberi apron oleh juri, untuk akhirnya lanjut berkompetisi untuk memenangkan gelar Cooking Master di musim ini. Karena itu Jendra amat penasaran, apakah seorang Rhea Aretina mampu mendapat apron dari para juri dan lanjut ke kompetisi di galeri Cooking Master kali ini? *** "Peserta selanjutnya, Rhea Aretina! Silahkan masuk!" Mendengar cue itu dari salah seorang kru, Jendra langsung menegakkan tubuh. Oh, ini dia yang dia tunggu-tunggu. Akhirnya giliran Rhea tiba juga, dan ia adalah dua peserta terakhir untuk audisi hari ini. Jendra menoleh ketika Bunda Ami yang ada di sebelahnya menyikut pelan. "Jangan kamu jahatin loh." Wanita itu mengingatkan. "Harus tetap fair." Manuel tertawa saja mendengarnya, sementara Jendra hanya bisa mendengus. Ia tidak bisa memberikan balasan karena suara langkah kaki dan trolley yang didorong terdengar memasuki studio tempat shooting audisi ini dilakukan. Sekilas Jendra melihat bahwa para kru terlihat lebih bersemangat dari sebelum-sebelumnya. Mereka mungkin tidak sabar untuk menyaksikan bagaimana interaksi antara Jendra dan Rhea nantinya. Dan apakah pertemuan pertama mereka ini bisa diedit jadi fenomenal sehingga bisa menaikkan rating acara ketika sudah disiarkan nanti. Semua yang ada di studio tidak ada yang bersuara ketika Rhea terlihat. Sama seperti peserta yang lain, Rhea mendorong trolley berisikan bahan-bahan makanan yang nanti akan disiapkannya untuk juri. Melihat sosok Rhea Aretina secara langsung seperti ini, kesan pertama yang diberikan oleh perempuan itu pada Jendra adalah; mungil. Perempuan itu benar-benar mungil. Tingginya mungkin tidak sampai seratus enam puluh senti. Dari tinggi badannya saja, Rhea bukan lah tipe Jendra. Untuk seorang lelaki yang tingginya seratus delapan puluh lima sentimeter, jelas Jendra merasa lebih tertarik pada perempuan yang tinggi semampai. Bukannya yang bertubuh mungil seperti Rhea. Rhea juga tidak secantik perempuan-perempuan yang pernah Jendra lihat sebelumnya. Tapi, ada sesuatu yang membuat perempuan itu menarik. Entah karena kulitnya yang sangat cerah untuk ukuran orang Indonesia, atau fitur wajahnya yang manis dan harus Jendra akui...sedikit imut. Meski memasang senyum sopan di wajahnya, namun terlihat sekali bahwa Rhea gugup saat ia berjalan menuju counter table yang disiapkan untuk para peserta menyiapkan masakan mereka. Setelah ia berada di counter table itu, Rhea berdiri tegap menghadap ketiga juri. Rasanya Jendra ingin tertawa sekali menyadari bagaimana Rhea sangat menghindari kontak mata dengannya dan memilih untuk menatap lurus pada Bunda Ami. "Selamat siang semuanya." Rhea menyapa sopan, namun suaranya agak bergetar. Sesuai instruksi yang diberikan pada para peserta, mereka harus langsung memperkenalkan diri begitu sudah di dalam. Tak terkecuali Rhea yang juga langsung memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan, nama saya Rhea Aretina. Usia saya dua puluh lima tahun. Saat ini, bisa dibilang saya bekerja sebagai enterpreneur karena saya punya usaha cakery." Oh, baru dua puluh lima tahun, batin Jendra. Masih muda, jika dibandingkan dengan dirinya yang sudah hampir kepala tiga. "Halo, Rhea." Bunda Ami yang membalas sapaan Rhea itu. Beliau tersenyum ramah padanya, sehingga membuat kegugupan Rhea sepertinya sedikit berkurang. "Kamu pemilik Aiko's Cakery ya?" Rhea mengangguk. "Iya, Chef." "Oh panggil aja saya Bunda Ami, kayak yang lain. Anyway, saya suka kue-kue dari Aiko's Cakery." "Thank you, Bunda Ami," jawab Rhea malu-malu. Sekilas, Jendra sadar kalau Rhea melirik ke arahnya. Mungkin karena pujian yang diberikan oleh Bunda Ami membuatnya ingin membuktikan kalau pendapat Jendra salah soal kue-kue yang ada di Aiko's Cakery. "Oke Rhea, kita langsung aja ya. Kamu mau masak apa hari ini?" Ganti Manuel yang buka suara. Jendra masih diam dan bersidekap sembari memerhatikan. Dan sedari tadi, kamera terus menyorot padanya, seolah tidak ingin kehilangan momen Jendra bereaksi sesuatu terhadap Rhea. "Awalnya saya sempat bingung mau masak apa, dan saya terus-terusan merasa kalau masakan saya mungkin nggak akan bisa bikin para juri puas," jelas Rhea. Ia tertawa canggung. "It was kinda stressing me out. Tapi, akhirnya setelah berpikir panjang, saya memutuskan untuk masak signature menu dari cakery saya. Menu yang katanya banyak bikin orang jatuh cinta, sampai cakery yang udah saya bangun dari nol, bisa berkembang sampai seperti sekarang. Karena itu, saya pikir para juri di Cooking Master juga bisa jatuh cinta sama menu itu. I'll try my luck with that." Sebuah kekehan keluar dari bibir Jendra, setelah sebelumnya ia hanya diam saja. Rhea menoleh padanya. Meski perempuan itu masih berusaha untuk terlihat biasa saja, namun sorot matanya sedikit menajam ketika menatap Jendra. "Kamu yakin mau menghidangkan itu ke kami?" Tanya Jendra seolah meremehkan. "Nggak mau masak yang lain aja? Maybe, dessert is not really your thing." Jendra bisa merasakan kalau Bunda Ami berdesis menegurnya. Namun, ia mengabaikannya saja. Rhea memaksakan senyum dan menggelengkan kepala. "No, Chef. You're wrong." Untuk pertama kalinya di sepanjang karir Jendra sebagai juri Cooking Master, ada yang berani membantah omongannya seperti ini. Jendra cukup terkejut. Ia biasa mendengar orang-orang berujar "Yes, Chef." dibanding "No, Chef." padanya. "Saya justru merasa paling percaya diri ketika saya membuat dessert. Beberapa yang pernah anda makan mungkin tidak memenuhi ekspektasi anda, tapi bukan berarti semuanya begitu, kan? You haven't tried it all. Jadi maaf, mungkin anda yang belum tau kalau sebenarnya, dessert is really my thing." Para kru tertawa tanpa suara. Dari sudut matanya, Jendra juga bisa melihat Bunda Ami serta Manuel yang tersenyum geli menahan tawa mereka agar tidak keluar. Mereka semua takjub pada keberanian Rhea untuk menjawab Jendra yang telah meremehkannya. Sepanjang sejarah Cooking Master, Rhea benar-benar yang pertama melakukan ini. Tentu saja para kru senang sekali karena mereka mendapat bahan yang akan menaikkan rating siaran. Sementara Jendra...jelas saja ia sama sekali tidak senang. Lelaki itu mengatupkan bibir dengan rapat hingga rahangnya mengeras. Jendra sungguh tidak terima dan merasa dipermalukan oleh perempuan yang bernama Rhea Aretina ini. "Waktu kamu lima belas menit," ujarnya kemudian. "Dan sebaiknya, kamu buktikan kata-kata kamu tadi. Buat para juri puas dengan dessert kamu itu. Buat saya puas, kalau kamu mau dapat apron untuk lolos ke babak selanjutnya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD