Keenan yang mendengar pertanyaan Keina yang sangat lirih langsung bangkit. Ia melihat air mata yang menumpuk dipelupuk mata Keina. Sekali saja Keina berkedip bakal langsung luruh air matanya.
"Heyy kan Aku sudah bilang bakal tanggung jawab. Nggak usah peduliin Dia."
Tangan Keenan terangkat menghapus air mata Keina yang sudah luruh.
"Aku janji nggak bakalan ninggalin Kamu lagi. Jangan nangis lagi. Aku nggak suka liat Kamu nangis."
"Ak-aku takut Ka-kamu bakal ninggalin Aku sama anak-anak,"
Entah kemana perginya gengsi Keina. Dia menuturkan itu dengan sesenggukan.
"Aku nggak bakalan ninggalin Kamu lagi Kei. Percaya sama Aku. Reina sekalipun nggak bakal berani macem-macem sama Kamu."
Keenan mengambil anak rambut yang menutupi wajah Keina dan menyelipkannya ketelingan Kei.
Keenan lalu memeluk Keina lagi. Mengusap punggungnya dan mengelus surai miliknya. Keina menikmatinya, Dia malah menyembunyikan wajahnya didada Keenan.
Tak lama setelah Keina tenang, Keenan melepas pelukannya.
"Awas sampek tawuran lagi, nggak bakal Gue maafin Lo!"
Keenan cengo, Keina yang baru saja lembut kembali menjadi singa.
Ahh ibu hamil, sabar Nan sabar-Keenan
"Iya iya. Sekarang kok lo-gue lagi kan tadi kamu udah aku-kamu"
"Kapan?"
"Tadi,"
"Nggak!"
"Iya,"
"Nggak!"
"Iya Sayang Kamu masak udah lupa masih muda juga,"
"Ohh jadi Kamu ngatain Aku pikun gitu?"
"Bu-bukan gitu Say... Ehh itu aku-kamu"
Keenan menggoda Keina yang membuat pipi wanita itu seperti tomat. Keenan terkekeh lalu mengecup bibir Keina sekilas.
"Apaan sih,"hinder Kei.
Keenan yang diprotes Keina hanya cengengesan.
"Kamu pengen lagi Yang?"
Keenan sudah ancang-ancang mengecup bibir Keina.
"WOYY! LO BERDUA NGAPAIN?!"
DEG
"Aduhh Bang, Kei udah hamil masak mau begituan sih!"
"Gue sama pacar Gue ganggu keknya"kikuk Reno sambil menggaruk tengkuknya.
Icha tiba-tiba datang bersama Reno dan memergoki Keenan dan Keina yang sedang bermesraan.
"Iya Lo berdua ganggu gih cabut!"
Keenan mengibas-ibaskan tangannya diudara. Bermaksud mengusir Mereka berdua. Sedang Keina malah menyembunyikan wajahnya didada Keenan. Malu.
"Ehh masak gitu gak lah. Kei Lo ngapain sembunyi disitu?"
Keina perlahan mengangkat wajahnya dengan wajah yang merah menahan malu. Belum lagi ada Reno yang melihat. Sialan.
"Nan Lo beneran mau bikin film baru?"
"Apasih Lo berdua. Udah hussh pergi!"
Icha berdecak lalu duduk disofa diikuti Reno.
"Nggak ada yang nyuruh Lo berdua duduk!"
Keina lalu memukul d**a Keenan. Bermaksud menghentikan Keenan yang daritadi mengusir mereka.
"Wajah Lo kenapa tu bang?habis berantem lagi?"
Keenan menangguk.
"Tadi Kei hampir dilecehin sama cowok b******k!"
"WHATT?! Mana Kei yang dilecehin bilang sama Gue, Gue cekek juga tu orang!"heboh Icha yang langsung ditengangkan Reno dengan santainya.
Keina hanya menggeleng melihat pasangan didepannya.
"Belum diapa-apain Cha untung ada Dia,"kata Kei membuat Keenan dengan bangga membusungkan dadanya.
Icha menoleh pada Keenan yang sedang Keina tunjuk.
"Wahh kagum Gue sama Lo Bang,"ucap Icha sambil menopang wajahnya dengan tangan sambil menatap Keenan kagum.
"Ohh itu dibawah jadi kek neraka gara-gara berantem ya?"tebak Icha.
"Iya nanti Gue beresin"
Keenan membalasnya sambil menyenderkan kepalanya dibahu Kei. Dan Kei tak menolaknya membuat Keenan girang.
"Wahh emang idaman Lo Bang,"
"Ati-ati ada pacar Lo noh!"tunjuk Keenan pada Reno yang daritadi diam.
Icha lalu menoleh pada Reno yang memalingkan wajahnya tak ingin menatap Icha.
"Ehh nggak kok yang Gue kan setia."
Icha dengan manjanya bergelayut dilengan Reno dengan manja membuat Keenan dan Keina menggeleng.
"Ngapain kesini Cha?"
Keina mulai tenang lalu menatap Icha yang sedang duduk disofa dengan Reno.
Icha mengangkat sebelah alisnya. Lahkan tiap hari Icha kesini kenapa sekarang ditanyain.
"Lah Guekan tiap hari kesini Kei kok Lo gitu. Beneran ya Lo mau 'begituan'?"kata Icha ambigu.
"Begituan gimana sih Cha?"
"Yaa 'begituan' Kei. Itu lohh buat anu,"
"Ya enggak lah Cha."
"Lha terus Lo kenapa nggak pake baju Bang?"
Keenan mengernyitkan dahinya. Perasaan daritadi Icha memanggilnya 'bang'.
"Ohh Gue habis ngobatin luka punggungnya, Cha. Pikiran Lo ihh m***m aja!"ujar Kei memperlihatkan luka punggung Keenan yang baru Ia obati.
"Lha Gue nggak m***m Kei,"
"Waitt Cha ,Lo daritadi manggil Gue Bang emang Abang Lo?"
"Iya Abang Gue. Kan Lo bapaknya ponakan Gue."
Keenan menghela napas. Terserah saja.
"Emang punggung Lo luka Bang gara-gara nyelamatin Kei?"
"Enggak luka kemarin"
Icha langsung memalingkan wajahnya pada Reno.
"Lo juga kan. Bener kan kemarin tawuran?"selidik Icha menunjuk Reno membuat Reno diam mengkeret.
"Udalah Cha udah terjadi juga. Kalo Mereka tawuran lagi baru Kita kasih pelajaran,"ide Kei yang diangguki Icha. Sedang Keenan dan Reno hanya saling tatap dalam diam tanda bahaya tapi nggak bisa berontak.
"Oh iya Kei Gue mau langsung cabut ya nanti kesini lagi Gue. Nginep sini Gue."
"Nggak usah tidur rumah Lo aja"putus Keenan membuat ketiganya mengerutkan dahi.
"Lha emang kenapa Bang?"
"Gue yang jagain Dia. Nginep sini Gue."
"Kamu serius?nanti cariin orang tua Kamu. Lagian orang tua Kamu belum tau tentang Aku kan."lirih Kei sedikit kecewa dengan hubungannya saat ini.
"Nggak bakal dicariin Aku tu Yang. Mau mati juga gak bakal ada yang nyariin. Nanti Aku jelasin"
"Cieee cieeee aku-kamu cuy,"
Reno yang daritadi diam menonton bersuara menggoda bosnya.
"Ahhh so sweet!"
"Yaudah Kita aku-kamu aja yuk Yang,"ajak Reno semangat.
"Nggak ah Lo kalo bilang aku-kamu kaku gitu nggak so sweet!"
Keenan dan Keina tergelak melihat tingkah kedua sahabatnya.
"Oiya Kei kemarin Dia aja udah kek orang gila marah-marah terus sekarang seneng gitu sama Lo,"
Keina langsung menatap Keenan yang bersandar dibahunya setelah mendengar omongan Reno. Sedangkan Keenan hanya diam sambil memainkan jemari Keina.
"Oh iya Diana mana Cha?"
Keina yang sadar Diana tak datang langsung bertanya.
"Ohh lagi seneng-seneng Dia sama Kak Cakra."
"Hah udah jadian?"
"Gatau Kita goda terus yuk Kei,"
"Okee sip nanti Kita goda kalo Dia udah kesini,"
Lalu Keina dan Icha ber-toss sambil tertawa. Keina dan Reno yang melihat hanya terkekeh.
"Lo sama Cakra kok gak manggil 'Bang'?"
"Ohh kalo Dia jadi pacarnya Diana Gue manggil 'bang' ntar Gue diledek sama Diana lagian Gue liat Kak Cakra tu lebih serem dari Lo deh Bang,"
"Lo gak takut sama Gue?"
"Takut sih tapi kalo sekarang udah ga begitu takut tau Lo yang sebenernya,"
Keenan, Keina dan Reno yang mendengarnya hanya ber-ohh.
"Yaudah yuk Yang"
"Oiya Kei dari Mami nih suruh pake, jangan pake pakaian pendek-pendek. Jangan banyak kerjaan, jangan sampek kelelahan dan Gue yang harus bantuin. Nyesek deh siapa coba anaknya!"
Keina hanya terkekeh. Sambil menerima pakaian hamil dari Maminya Icha. Dia tak memedulikan ucapan Icha yang terakhir karena Dia tau Icha hanya bercanda.
"Bilang makasih buat Mami udah repot-repot beliin baju buat Aku,"
"Iya iya nanti Gue sampein. Kata Mami Lo harus datang kerumah Dia mau liat perkembangan cucunya!"
"Iya Aku usahain dateng kerumah,"
"Yaudah Gue pergi ya Kei, Bang,"
Keina dan Keenan mengangguk.
"Gue cabut Bro, silahkan lanjutin kegiatan 'begituan'nya,"ucap Reno sambil cengengesan. Lalu menggandeng tangan Icha turun dari tangga.
"Byee jagain Kei sama ponakanku Banggg!"teriak Icha saat sampai dibawah.
"Ayo lanjutin Yang"goda Keenan.
"Apaan sih Nan,"
Keina mendorong bibir Keenan yang sudah maju bersiap menciumnya.
"Lanjutin yang tadi,"polos Keenan membuat Keina tersipu.
Chupp.
"Keenan!"
Keenan tersenyum penuh kemenangan. Lalu mengambil bajunya dan memakainya dihadapan Keina.
"Oh iya soal ehm.."
Alis Keenan terangkat.
"Soal?"
"Ke-keluargamu. Maksud Kamu apa?"
"Nggak usah dibahas ya. Nggak penting kok."ucap Keenan sambil menangkup kedua pipi Keina.
"Nggak Kamu harus cerita. Aku gamau nggak ngerti apa-apa tentang Kamu sedangkan Kamu tau semua tentang Aku dari Icha."
Keenan mendesah pelan. Menurunkan tangannya dari pipi Keina.
"Oke. Aku ceritain"
Keina diam memerhatikan Keenan dengan serius.
"Aku punya abang,namanya Rangga. Dia pintar nggak kayak Aku yang berandalan. Cuma Rangga,Rangga dan Rangga yang ada di pikiran Mamah sama Papah ."
"Apa semua anak harus pintar dulu baru disayangi?"
Keina diam tak tau harus menjawab atau tidak.
"Aku emang gak pinter Kei. Tapi Aku juga butuh kasih sayang. Kenapa cuma Rangga?. Aku iri sama Rangga, Dia bisa dapet kasih sayang tanpa harus berusaha capek-capek kayak Aku."
Punggung Keenan mulai bergetar matanya merah. Keina lalu memajukkan badannya memeluk Keenan. Menepuk punggung lelaki itu untuk menenangkannya.
"Kalo Kamu nggak kuat besok lagi lanjutinnya. Jangan dipaksa."
Keenan menggeleng lalu melepas pelukan mereka.
"Tau nggak Kei kenapa Aku jadi berandalan kayak gini?"
Keina menggeleng.
"Karena Aku pengen Mamah sama Papah marahin Aku Kei. Karena Aku pengen Mereka datang ke sekolah buat Aku. Aku iri sama Rangga karena Papa cuman selalu ngajak Rangga buat dikenalin sama temen-temen Papa."
"Kita sedarah Kei.Tapi kenapa cuma Rangga yang diperlakuin kayak gitu? Kenapa? Apa bedanya Aku sama dia?"
"Dan begonya Aku, usahaku sia-sia dan Aku tetep pura-pura nggak nyadar kalo Mereka nggak akan sayang sama Aku,"
Keina tergugu. Ia terhanyut pada penjelasan Keenan. Jadi ini, alasan Keenan berubah..
'Terkadang keluarga bukan menjadi segalanya dalam hidup. Namun malah menjadi beban yang ingin dilupakan'
Keina kembali memeluk Keenan. Keenan menelusupkan kepalanya di leher Keina. Menikmati harum semerbak citrus yang menguar dihidung Keenan.