010

1737 Words
Sudah hampir sebulan, Keenan membujuk Keina untuk menerimanya. Tapi Keina belum yakin Keenan benar-benar akan bertanggung jawab atas apaa yang ia lakukan. Pagi ini Keina sendiri sedang melayani pengunjungnya. Diana dan Icha?jan ditanya Mereka masih sekolah apalagi ini baru jam 9 pagi, pasti Mereka sedang sibuk-sibuknya mendengar guru yang mengajar. Keina lalu melayani 3 lelaki yang menjadi pengunjung cafe miliknya. "Uhuyyy cantik,"goda salah satu lelaki itu. Keina lalu sedikit menampilkan senyumnya walau hatinya sedikit takut, karena hanya ada Mereka berempat dicafe. Selain itu ketiga lelaki itu juga berpenampilan layaknya preman dengan jaket yang sama dengan gambar tengkorak dibelakangnya. Keina lalu siap meninggalkan meja mereka , tapi salah satu tangannya dicekal oleh salah satu lelaki tersebut. "Eitss mau kemana?”tanya lelaki itu sambil menunjukkan smirk mengerikkannya. Keina berontak agar tangannya lepas dari cengkeraman lelaki itu. "Boleh dong main-main dulu sama Abang,"godanya yang mendapat tawaan dari kedua temannya. "Bumil emang menggoda,"tawa kedua temannya. Keina yang mendengar langsung bergidik ngeri. "Lepas!"jerit Keina sambil berontak pada lelaki tersebut. "Ngga akan Gue lepasin sebelum main-main dulu sama Gue!"ancam nya yang membuat Keina menampar lelaki itu. Alhasil lelaki tersebut langsung menatap tajam kearah Kei. "Berani-beraninya Lo!"bentaknya murka. Keina semakin takut.  Gue mohon tolong Aku siapapun itu-Batin Keina "Udah sikat aja langsung,"ucap salah satu temannya. Akhirnya dress yang Keina pake mulai dinaikkan oleh lelaki yang Kei tampar tadi. Kei mencoba memegang dress bawahnya dengan sekuat tenaga. Dan pastinya air matanya sudah mengalir deras dipipinya. Bugh Mata Kei membulat, Keenan tiba-tiba datang menjadi kesatria baja putih dan langsung menonjok lelaki yang akan melecehkannya. Keenan lalu menoleh pada Kei, mengisyaratkan Keina untuk mundur. Kei akhirnya perlahan-lahan mundur. "b******k siapa Lo?"murka lelaki yang Keenan hajar. Dia lalu menyentuh dahinya yang sobek dan melihatnya mengeluarkan darah. "Gue?Gue suaminya! b******n Lo!"ucap Keenan seraya menonjok lelaki tadi habis-habisan amarahnya meledak tak bisa dikendalikan.  Keina hanya diam mematung ditempatnya, tubuhnya bergetar melihat keganasan Keenan juga kejadian beberapa menit yang lalu. "Berani-beraninya Lo sentuh istri Gue. b******k Lo!" Keenan terus menghajar lelaki tersebut sampai akhirnya tubuhnya ditarik oleh kedua teman lelaki tadi dan bugh Keenan terkena tonjokan didahi nya. Keina terpekik kaget. Ia terus saja meramalkan doa agar Keenan menang. Keina sekarang tak bisa apa-apa, jika Dia maju Dia sadar kalau itu malah akan membuat Keenan semakin kesulitan. Keina hampir putus asa melihat Keenan yang terus dipukuli kedua teman lelaki tadi. Sedang lelaki tadi sudah terkapar dilantai dan tak sanggup berdiri. Keina tak memikirkan keadaan cafe yang rusak akibat perkelahian ini. Yang Kei pikirkan hanya 'Keenan'. Keenan terus saja dipukuli yang membuat Kei pikir Keenan kalah. Tapi ternyata tidak, Keenan membalas kedua lelaki tadi sama brutal dan ganasnya dengan lelaki yang sudah terkapar ditanah.  Keenan terus menghajar kedua lelaki tadi. Sampai keduanya sama-sama terkapar. Keenan lalu berdecih.  "Gimana masih mau lawan Gue?"tanya Keenan merendah dengan sinisnya. Lalu matanya kembali menoleh ke belakang lalu dengan cepat mencengkeram kerah lelaki yang hampir saja melecehkan Keina. "Sekali lagi Lo buat masalah sama Gue. Gue perpanjang urusannya!"ujarnya penuh kebencian namun terdengar sangat serius. "O-oke sorry Gue gabakal buat masalah lagi sama Lo,"balasnya. Kedua lelaki tadi dengan sekuat tenaga berdiri lalu memapah lelaki yang terkapar dilantai. Setelah Mereka bertiga keluar. Keenan menoleh, Ia mendapati Keina yang sedang menangis terisak. Keenan benci, Keenan benci melihat Keina menangis. Ingin rasanya Dia melenyapkan orang yang membuat Keina menangis. Keenan mendekat, tapi Keina malah melangkah mundur. Keenan tak memedulikan Keina yang terus melangkah mundur. Karena Keenan tau Kei takut setelah melihat keganasannya. Keenan mempercepat langkahnya, lalu merengkuh tubuh Kei yang sedikit membulat kedalam pelukannya.Awalnya Keina berontak, tapi tak lama Dia mulai menerima pelukan Keenan. "Jangan takut sama Aku,"ucap Keenan sambil mengusap lembut surai Keina. Keina tak menjawab, Dia masih sedikit terisak. "Kamu aman sama Aku,"ucapnya lagi. Taklama Keina perlahan membalas pelukan Keenan dengan ragu. Perlahan tapi pasti, akhirnya tangan mungil Kei membalas pelukan Keenan. Diam diam Keenan tersenyum ditengah kegelisahannya pada kondisi Keina.Tak lama Keenan melepas pelukannya, tapi malah Kei yang keasyikan memeluk Keenan. "Pelukanku nyaman ya?"goda Keenan. Seketika Keina langsung melepas pelukannya pada Keenan dengan wajah merona yang membuat Keenan terkekeh. Entah kemana perginya rasa takut yang daritadi menerjang Kei. Kei langsung merubah ekspresinya menjadi judes lagi seperti biasa. Namun Keenan malah semakin terkekeh dengan tingkah Keina. Keenan lalu mengacak-acak rambut Kei yang langsung ditepis dengan kasar oleh Kei. Keenan tak mau berhenti menggoda Keina, Ia lalu malah mengangkat tubuh Keina ala princess. Keina yang kaget langsung berteriak ditelinga Keenan. "Turunin Gue, Gue takut jatuh!"teriak Kei. "Gabakal jatuh sayang. Tapi Kamu kok berat ya, "goda Keenan. Keina langsung memelototkan matanya pada Keenan. "Apa Lo bilang?sayang sayang, lagian ini juga anak Lo yang ada didalem tau nggak!"desisnya. "Baru ngaku kalo ini anak Aku?, "ucap Keenan membuat Kei menyesal berkata seperti itu.  Keenan dengan santainya membopong tubuh Keina melewati tangga, tak memedulikan ekspresi Keina yang cemas. Tapi ada untungnya juga karena Keina jadi merangkulkan tangannya dileher Keenan dengan erat.  Keenan lalu mendudukkan Keina disofa. Tak lama dia langsung merengkuh tubuh Keina lagi kedalam dekapannya. Lalu melepaskan pelukan dan menghapus bekas air mata yang mengalir di pipi Kei. "Jangan nangis lagi ya. Aku gasuka liat Kamu nangis, ngerti?" Bagai terbius manik mata Keenan yang menatapnya, Kei mengangguk patuh. Entah Dia mengerti atau tidak ucapan Keenan. Tapi, malah membuat Keenan tersenyum. Tiba-tiba Keina bangkit beranjak dari sofa. Keenan yang tak tau apa yang dipikirkan Kei hanya diam. Tak lama setelah Kei mengobrak-abrik laci dibawah tvnya Ia kembali duduk dihadapan Keenan dengan kotak P3K ditangannya. Kei kembali duduk dihadapan Keenan. Membuka satu persatu antibiotik itu. "Rendahkan kepalamu," Keenan hanya menurut setelah Kei berbicara padanya. Rasanya senang.  Uhh makin cinta kalo perhatian gini-Keenan. "Ashh sakit Kei. Pelan-pelan"ringis Keenan. Kei sepertinya tak mendengar, eh bukan tapi pura-pura tak mendengar ucapan Keenan yang terus mengeluh. Ia malah semakin menekankan kapasnya pada bagian luka Keenan. "Ahh sakit Kei,"rengek Keenan. Keina berhenti, lalu menatap Keenan dengan wajah datarnya. "Makanya punya hobi tu yang positif. Hobi perang mulu kerjaannya. Lah kalo perang bela negara, la ini malah bukan nyelesain masalah tapi cari masalah." "Katanya mau tanggung jawab, sikap sama kelakuan nggak berubah." "Gimana kalo udah jadi bapak mau anaknya jadi kek bapaknya ya berandalan," Kein terus ngoceh tanpa menatap Keenan yang sudah menatapnya dari tadi. Ini pertama kalinya Keina ngomong panjang lebar dengan Keenan. "Kenapa diem?bener kan yang Gue bilang?kemarin Lo ribut sama anak sekolah sebelah?" Keenan yang daritadi diam melihat Keina yang mengoceh sekarang dahinya berkerut. "Tau darimana?" Keina menghentikan aktivitasnya lagi. Mendesah pelan lalu memajukan badannya sehingga jaraknya dengan Keenan tinggal 5 cm. Keina lalu meraba punggung Keenan dan. Chup Bibir mereka bertemu. Keenan masih kaget dengan tingkah Keina hari ini, tambah kaget dengan ciuman mereka. Kesempatan, modus dikit gakapapa lah ya-Keenan Keina yang hampir melepas kecupan singkat itu malah ditarik kembali oleh Keenan. Dan yaa bibir mereka pun bertemu kembali tapi yang sekarang bukan hanya kecupan karna bibir Keenan dengan nakalnya sudah melumat bibir Kei. "Hmmph hmmph"Keina terus berontak dengan memukul d**a bidang Keenan. Namun Keenan malah tak memedulikkan Keina yang berontak.Keenan terus saja memburu bibir ranum Keina. Sampai akhirnya Keenan melepaskan tautan bibir mereka. Keina langsung mengambil napas sedalam-dalamnya. Keenan yang melihat itu sedikit terkejut, pasalnya daritadi ia tak memikirkan pasokan udara Keina.Kedua tangan Keina yang tadinya ada dipunggung Keenan sekarang sudah ada diatas perutnya. Mengelus perutnya untuk menenangkan anaknya didalam sana."Lo gapunya otak ya. Gila. Mau bunuh Gue lo?"Keenan yang dimarahi Kei sadar kesalahannya. Dia benar-benar bodoh tak memikirkan Keina dan juga calon anaknya."Ma-maaf ga kepikiran,"Keenan menjawab dengan lirih yang membuat Keina sedikit geli dibuatnya. Tadi saja tonjok-tonjokkan dengan brutalnya sekarang berubah 360°.Keina menahan habis-habisan rasa gelinya. "Oh ya  buka baju Lo!""Ha?""Buka baju Lo, Nan!""Baju?"Keenan mengangkat sebelah alisnya. Lalu tersenyum jail."Jangan sekarang sayang. Lagian Kamukan lagi hamil, masak mau begituan,"sotoy KeenanPipi Kei sedikit merona dibuatnya. Lalu cepat-cepat Kei memasang wajah judesnya lagi yang membuat Keenan terkekeh."Apasih cepet buka aja!"Keenan lalu akan membuka bajunya. Tapi tertahankan karena mengingat sesuatu.Luka kemarin, sialan gimana nih-Keenan"Ngapain bengong cepet buka!""A-anu be-besok aja ya Yang yah,""Ngomong apasih tinggal buka baju aja lama banget!""Enggak gitu Sayang..""Terus gimana?udah angkat aja tangan Lo""SEKARANG!"Keenan yang tak tau Keina mau ngapain pun mengangkat tangannya. Dia pikir Keina akan memeluknya, tapi ternyata Keina malah melepas baju Keenan. Keenan hanya pasrah saat Keina sudah melepas bajunya. Toh dia berontak juga bakal kalah ngomong.Keenan yang melihat dadanya terekspos pun mencoba menutupinya dengan kedua tangannya."Udah gausa ditutup-tutupin, biasanya aja diumbar sok jual mahal!" "Balik badan!" "Cepet!" Yahh Keenan cuma nurut aja sama Keina.  Wassalam-Keenan "Apa ini?" Dahi Keina mengernyit tak suka setelah Keenan membalikkan badannya. Sedang Keenan hanya memejamkan matanya saat Keina mengobati luka punggungnya dengan kapas. "Habis ngapain Lo?bacok-bacokan?" "Katanya mau tanggung jawab, sikap sama kelakuan nggak bisa buktiin!" Keenan hanya diam merasakan lukanya yang belum sembuh malah diobati dengan kasar oleh Kei. Tapi sebenarnya, Keenan senang Kei berbicara panjang lebar dengannya. Kalo bukan Keina pasti sudah bakal Keenan tonjok tu orang. Berani-beraninya nyeramahin  Keenan, ketua geng GERVIDE yang brutalnya naudzubillah. "Gimana mau ngurusin anaknya nanti. Mau anaknya jadi kek bapaknya suka tawuran kek berandalan?" Keina lalu membereskan kotak P3Knya. Lalu membalikkan badan Keenan untuk menghadapnya. "Gue tanya sekali lagi. Lo beneran mau tanggung jawab?" "Aku serius Kei aku bener-bener mau tanggung jawab sama Kamu," "Kalo beneran,  buktiin!. Sikap sama kelakuan kek berandalan, pokoknya Gue ga sudi anak Kita jadi berandalan kek Lo nanti!" Keenan menahan senyumnya.  Anak kita-Keenan "Doa aja anak Kita perempuan semua."asal Keenan. Kei mengernyitkan dahinya. 'Semua?'. "Lo tau darimana kalo kembar?" "Icha lah Yang." Keina mendengus sebal. Padahal Dia ingin tau ekspresi Keenan saat tau Keina mengandung anak kembar malah keduluan Icha.  "Udah telat," Keenan menaikkan sebelas alisnya sambil menatap Keina yang sedang menghirup udara dengan mata terpejam. "Anaknya laki semua."ucap Keina sambil mengelus perutnya. Terpancar jelas binar mata Keenan yang tampak terkejut sekaligus senang. Lalu tanpa sadar tangannya terulur menyentuh perut  Keina yang sudah sedikit membuncit. Keina serasa dibakar pipinya tiba-tiba memanas, tapi Dia tak menolak sentuhan Keenan. Dia, menikmatinya. "Baik-baik disana jagoan-jagoan Ayah, jangan buat Bunda Kalian lelah." Keenan lalu menyandarkan kepalanya diperut Keina. Masih dengan ketelanjangan dadanya. "Bunda?" "Iya Bunda aja manggilnya, Kamu keberatan?" Keina menggeleng, tentu saja tidak. Dari kemarin-kemarin sebenarnya Keina sangat ingin dekat-dekat dengan Keenan tapi Dia gengsi menyatakannya.  Keenan mengambil tangan Keina lalu meletakkannya dikepalanya. Entah dorongan darimana Keina langsung mengusap-usap rambut Keenan yang membuat Keenan tersenyum. "Coba kalo dari kemarin-kemarin kek gini. Kan enak," Keina hanya tersenyum mendengar penuturan Keenan. "Nan," "Hmm?" "Gimana Kak Reina?" Keina bertanya dengan perasaan was-was, Ia takut Keenan akan jatuh cinta pada Kakaknya. Persetan dengan Reina yang saudara kandungnya, Keina memikirkan anak-anaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD