Resonansi melawan Cakar. Eksentrisme melawan perasukan. Sana lawan Indah adalah sebuah pertarungan yang jarang sekali dilihat manusia normal seperti Lukman dan kawan-kawannya.
"Waduh bro, aku bisa nulis cerita silat kalau lihat mereka bertarung."
Kurang lebih memang begitulah adanya. Sana menyerang dengan membuat getaran di udara dengan tapaknya. Tapi setiap getaran selalu dimentahkan oleh tangan kiri hitam yang seakan bisa merobek ruang. Setiap gelombang udara yang mengarah pada Indah selalu raib.
Sana memahami sendiri bagaimana getaran udaranya bereaksi. Bila berbenturan dengan objek fisik maka getaran udara akan mencoba menghancurkan dari dalam. Bila kalah tenaga maka getaran udara akan membelah. Selalu ada reaksi dari getarannya. Tapi dengan Indah, segala itu berubah.
"...Hebat juga."
"Aku tidak butuh pujianmu."
"Benar. Debar jantungmu menyatakan segalanya. Kau ingin mengalahkanku."
"Aku ingin menyadarkanmu. Kadang memang orang bebal berkekuatan harus disadarkan ada langit di atas langit," seru Indah sambil meremas-remas udara.
Indah lantas melempar udara yang ia remas seperti pitcher melempar bola kasti. Tidak seperti getaran udara Sana, bola udara itu bisa berbelok selayaknya mengikuti cara lempar kasti. Yang barusan Indah lempar adalah Knuckle Ball.
Sana tidak menduga trajektori projektil bisa berubah. Ia menahan dengan kedua tangannya. Terhempaslah ia menabrak rak-rak gudang yang tinggi. Rak-rak yang jatuh itu juga menghujam dan menindihnya.
Tangan Sana menembus apapun yang menimpanya seperti pisau panas melelehkan mentega.
Indah tahu pertarungan belum selesai. "Apa kau sudah sadar sekarang?"
Sana bangkit berdiri dengan melentingkan badannya seperti Jiangshi terbangun.
"Sangat sadar."
Tangan itu bergetar hampir terlihat seperti membesar atau mengganda.
"Kalau aku harus mencacahmu dulu agar bisa tenang."
Resonansi harusnya adalah kekuatan yang berbilah ganda. Resonansi harus dimulai dengan menggetarkan tubuh sendiri. Bolak-balik. Bolak-balik. Terus sampai tercapai frekuensi yang diinginkan. Bisa dibayangkan energi yang dikeluarkan untuk melepaskan satu tinju yang mampu menggetarkan udara.
Di mana bilah gandanya? Semua yang bisa menggunakan kekuatan gila -terutama di komik tampak santai saja menggasak aturan fisika. Eksentrisme adalah jawabannya. Sana bisa melihat batas di mana tubuh atau objek lain akan rontok dalam frekuensi tertentu sesuai dengan getaran sekitarnya.
Di mana bilah gandanya? Sama seperti Lukman, bisa melihat atau merasakan sesuatu yang tidak bisa dilihat manusia normal akan mempengaruhi cara pandang. Beruntunglah Sana tidak pernah mendapati konflik di mana ia merasa perlu mengkontradiksi eksentrisme-nya.
Sana seharusnya tidak menggetarkan anggota tubuhnya. Harusnya ini yang dikatakan agar penjelasan mudah. Tapi bila tidak begitu maka tidak ada yang perlu ditelaah dalam karya. Apalah ini, hanya usaha untuk menambah kata melalui deskripsi. Gelut ya gelut saja.
Begitulah. Tinju dan cakar ganti beradu. Cakar masih tetap dengan propertinya sementara tinju mengubah taktik. Setiap pukulan yang beradu dengan cakar mencederai ruas-ruas jari. Tapi Sana sendiri juga merasakan getaran balik di tubuhnya. Tulangnya serasa bergetar setiap kali ia beradu fisik dengan Indah.
Tapi Indah juga terluka. Ia yang pertama kali mundur karena jeri melihat semangat tarung Sana. Lawan-lawannya bukanlah seseorang yang bisa bertarung juga. Mucikari dan hidung belang biasanya tidaklah memiliki kapasitas menghancurkan seperti Sana. Pistol? memakai pistol membutuhkan bidikan, menekan pelatuk, dan peluru keluar. Proses pertama akan menentukan.
Sana menyadari debar jantung Indah yang menguat tertutupi semangat yang turun. Ia menyangka Indah panik dan ingin kabur. Eksentrisme bisa memberikan informasi–
Indah tiba-tiba melesat ke depan dan menusuk dengan tangan kirinya. Sana merasakan dingin di perutnya. Lalu kulit perutnya serasa hangat.
–Tapi juga bisa berbahaya bila salah menilai. Informasi adalah bilah pedang yang bisa menusuk pemiliknya.