Legenda konon tercipta dari situasi yang tidak masuk akal. 300 melawan 10.000, 1 melawan 1000, dan sebagainya. Legenda ini konon akan tersebar secara mulut ke mulut dan makin ditambahkan micin ekstrim. Dari hanya 1 lawan 10 bisa berakhir jadi 1 lawan 100.
Pemuda-pemuda di kapal kargo malam itu jadi saksi kelahiran legenda. Atau seharusnya begitu bila ada yang selamat.
Kematian mereka justru dikabarkan oleh warga sekitar pagi harinya. Yang mereka temukan adalah mayat-mayat dengan s**********n yang hancur seperti digerogoti hewan buas. Persis seperti apa yang dilakukan Tuyul Pembunuh Mucikari tapi lebih brutal. Semua mati seketika dengan mata terbuka seperti terbangun dari mimpi buruk dan mati seketika.
Pelakunya belum ketahuan. Polisi hanya bisa menduga hewan buas. Ada terbetik simpulan ini siluman tapi mereka menertawai kemungkinan itu keras-keras –walau dalam hati mau tak mau mawas juga.
Indah duduk di kamar tidur rumahnya. Seprai dan bantal masih belum diganti olehnya semenjak mendapat kabar adanya lelang manusia.
"Maaf aku datang telat, ada bencana," bisiknya sambil mengusap selimut dan bantal. Dibayangkannya canda tawa Lukman yang akan mengajaknya merapikan kasur bersama. Kerinduan itu memancing kabut di matanya tapi dengan segera ia menghapus dengan tangannya.
Indah tidak melihat Lukman pulang. Tidak ada bau tidak pula terasa hawa keberadaan.
"Anggaplah dia mati," adalah suara yang merasuk kepalanya. Was-was.
"Selama aku belum melihat jasadnya..." ujar Indah. Suaranya rendah. Hampir saja hilang suara indah yang dimilikinya.
"Anggaplah dia mati," ulang suara itu.
"Bukan berarti jadi mudah."
"Anggaplah dia mati,"ulang suara itu lagi.
"Diam!"
Tangan kiri Indah menghantam sisi kasur. Rengkah lah bagian kasur tersebut.
"Ah..."
Indah memandang sisi kasur yang sudah hancur lalu memandangi telapak tangan kirinya. Telapak tangan itu hitam mulai dari ujung jari sampai d**a kiri. Entah karena matanya salah melihat atau memang begitu adanya. Yang ia tahu tangan itu sulit dikendalikan.
Banyak yang tidak orang tahu. Terbentuknya legenda juga tidak terjadi dalam satu malam. Ada persiapan, ada keberuntungan, dan ada keyakinan. Kadang pula legenda harus dibentuk dengan segala konsistensi dari berbagai mata yang memandang.
Dalam konteks Indah, segala yang terjadi dalam satu malam tersebut mengubah segalanya. Ia tidak tahu apakah ia akan menjadi legenda atau tidak. Yang pasti, ia sudah berubah dan ia harus membuang identitas lamanya.
Itulah yang berulang kali didengungkan oleh suara di kepala Indah. Indah bisa menolak dan akan menolak. Ia masih memiliki kenangan dan akan mempertahankan kenangan tersebut.
Meski begitu, yang berubah tetap akan diurus. Indah membuka lemari bajunya. Baju-baju normal yang tidak lagi seronok mengisi lemarinya. Terbersit dalam hatinya 'kecocokan baju tersebut dengan kondisi dirinya'.
"Tidak cocok. Kembalilah sebagai lacur yang membenci dunia."
Indah tidak membalas. Ia hanya menyentuh baju hitam berlengan panjang.
"Tidak cocok. Kembalilah sebagai lacur yang membenci dunia."
Indah memegang lengan baju dan menariknya pelan dengan tangan kanan.
"Tidak cocok. Kembalilah sebagai lacur yang membenci dunia."
Indah mengangkat lengan baju dengan tangan kiri.
Robek. Sampai ke pundak.
Indah tidak menyangka lengan baju itu akan mudah robek. Ia menyipitkan mata. Pasti ulah tangan kiri itu.
"Benar. Kau tidak lagi sama seperti dahulu. Salah bergerak kau akan memutuskan kepala atau tangan orang yang kau cintai. Indah Hatibaja, janganlah mengabaikan takdirmu."
Takdir? Takdir apa? Takdir ia harus menjadi Tuyul Pembunuh Mucikari selamanya?
Siapa yang menyangka, permulaan dari legenda baru Indah Hatibaja atau Tuyul Sesat dimulai dari memilih kostum yang tepat untuk memulai aksinya.