Hendrik mengerutkan keningnya. Gadis itu selalu saja spontan menyinggung mantan saudara tirinya yang dulu membuat hidupnya menderita. Dendam pada mereka masih besar dan wanita itu tidak main-main dengan pembalasan dendam rasa sakit hatinya. "Karen? Kamu mau membongkar kebusukan Lena? Ada apa dengannya? Kok, kamu bisa benci sama dia, ada apa sih, bisa kamu cerita yang sebenarnya?" Tanya Hendrik. Wanita itu tercekat. Menepuk keningnya karena tidak sengaja mengatakan sesuatu yang rahasia di depan orang lain. "Aduh, kayaknya salah bicara di depan pak Hendrik. Maklum saja, hati saya suka grogi kalau bicara sama makhluk Tuhan paling ganteng," ucapnya malu-malu. Hendrik malah tersenyum. "Oh iya. Terima kasih atas cokelatnya, ya? Saya suka rasanya, pas saya makan itu cokelat rasanya bagai m