Part 14

1466 Words
Rafael melangkahkan kakinya keluar dari kamar Vanessa. Setelahnya ia merogoh ponselnya yang berbunyi dan menampilkan nama Victor di sana. Dengan cepat ia mengangkatnya dan berjalan ke sofa yang ada. "Bagaimana?" "Kau tidak percaya apa yang kutemukan, Raf." Rafael mengerutkan keningnya. "Langsung ke intinya. Jangan bertele-tele." "Oke, jadi kemarin aku berhasil masuk ke kelab malam yang biasa didatangi para eksekutif ternama di Jepang. Kebetulan aku berhasil menarik perhatian wanita panggilan yang merupakan wanita VVIP untuk mereka dan dia mengatakan sesuatu yang sangat gila tentang mereka dan Yakuza." "Apa itu?" "Dia tidak mau menyebutkan nama perusahaan yang dia maksud dengan alasan itu akan bahaya jika dirinya membocorkan hal tersebut. Perusahaan itu merupakan perusahaan besar di dunia yang pernah mendapatkan rumor tidak sedap, tapi berhasil diselesaikan oleh Direktur barunya yang katanya merupakan putra dari salah satu klan di Yakuza. Rumor ini sudah beredar luas di bidang bisnis Jepang, sampai membuat semua pengusaha hati-hati untuk tidak tertipu oleh mereka." "Mereka tahu perusahaannya, kan? Lalu kenapa mereka harus---" "Perusahaan besar itu memiliki cabang hampir di seluruh dunia yang berdasarkan pencarianku, baik dari direktur, manager, dewan komisaris dan sebagainya berkaitan dengan Yakuza. Tahun lalu pernah ada kasus pengusaha melaporkan ada campur tangan Yakuza pada perusahaan yang diduga sudah diakuisisi oleh perusahaan besar itu, tapi ternyata laporannya salah yang menyebabkan dia sendiri kehilangan kepercayaan oleh masyarakat dan investor, hingga membuat nilai sahamnya turun drastis. Itulah sebabnya mereka hati-hati karena memang perusahaan besar ini sangat tidak bisa dikalahkan." "Kau tidak berusaha mencari nama perusahaan itu?" "Hahaha." Terdengar suara tawa Victor di seberang sana. "Aku tidak mungkin melemparkan diriku ke Jepang tanpa mendapatkan berita utamanya, Rafael. Aku sudah mencarinya sampai tubuhku penuh luka dan sebagainya, tapi aku menemukannya dengan sangat hebat." "Perusahaan apa itu?" "Giant Group." Rafael terdiam dalam beberapa saat ketika nama perusahaan itu disebutkan oleh Victor. Ia hampir tidak percaya bahwa perusahaan raksasa yang terletak di New York itu akan mendapatkan masalah seperti ini. "Apa kau bisa percaya ini, Raf? Giant, perusahaan besar dunia memiliki keterlibatan dengan sindikat mafia yang dihindari dunia. Dapat kutebak jika ini semua muncul di publik, Giant tidak dapat lari, tentu saja dengan bukti yang luar biasa." "Aku harus pergi, kirimkan yang kau dapatkan ke emailku." Rafael langsung memutuskan panggilannya, lalu matanya terarah ke depan. Giant Group. Siapa yang tidak mengenal perusahaan besar itu. Perusahaan yang berhasil berdiri dalam waktu singkat dan menjadikannya perusahaan besar dunia. Nilai sahamnya bernilai fantastis dan keuntungan perusahaan tiap tahunnya selalu naik. Giant bahkan pernah dianggap sebagai perusahaan hebat yang bersih, tapi jika apa yang Victor temukan benar, maka Giant sama saja dengan perusahaan lain yang melakukan berbagai cara demi mendapatkan keuntungan fantastis. Drt... Rafael membuka emailnya, Victor sudah mengirimkan file yang ingin ia baca. Dari yang ia baca, Victor mengatakan bahwa ada kepastian keterlibatan Yakuza dengan Olympus. Bukti dari transaksi dan sebagainya ditemukan oleh Victor yang semakin membuktikan itu semua. Rafael kembali termenung. Giant, Olympus dan Yakuza. Mereka saling berkaitan. Lalu, apa hubungannya dengan Vanessa? Rafael kembali menghubungi Victor dan menanyakan kemungkinan Vanessa dan keluarganya terlibat. "Yakuza tidak sembarangan dalam mencari orang, Rafael. Sudah dipastikan Vanessa sangat berharga. Untuk perusahaan O'brian, aku sudah mengeceknya. Tidak ada data yang memperlihatkan keterlibatan Yakuza. Justin bermain aman demi kesejahteraan perusahaannya." Rafael mengembuskan napasnya frustrasi. "Aku akan tetap di Jepang untuk mencaritahu semuanya, jangan khawatir, Raf. Akan kupastikan kali ini berjalan lancar." "Baiklah, hubungi aku jika kau mendapatkan sesuatu lagi." Lalu Rafael menghentikan obrolannya dan kembali membaca file itu. Ini sangat membingungkan. Apa yang sebenarnya Yakuza inginkan dari Vanessa? "Kau belum tidur?" Rafael mendongakkan kepalanya. James muncul di hadapannya. "Apa yang kau lakukan di lantai ini?" "Aku ingin melihat Vanessa---" "Dia sudah tidur," ucap Rafael langsung. Ia segera berdiri, melangkahkan kaki ke arah James dan menatapnya. "Kau terlambat." Lalu Rafael melihat James yang tersenyum dengan sinis. "Yeah, aku belum bertunangan dengannya secara resmi, jadi kupikir tidak baik untukku masuk begitu saja ke kamarnya meski aku sangat merindukannya." Rafael membalas tatapan sinis James. "Aku bersyukur kau masih diberi pikiran untuk tahu mana yang baik dan tidak. Title sebagai keluarga kerajaan sepertinya sudah membuatmu tahu akan hal itu." Rafael sadar jika James tidak akan menyerah akan perkataannya. Namun, Rafael tampak lelah. Ia tidak ingin berdebat terlalu panjang dengan James. Ada baiknya jika ia istirahat dan menyiapkan diri untuk liburan besok pagi. Ia pun memilih untuk membalikkan diri meninggalkan James. "Apa Vanessa tahu jika kau bukan sekadar bodyguard?" Langkah kaki Rafael terhenti. Masih dengan tangan yang tersimpan di saku celananya, Rafael menoleh membalas perkataan James dengan tatapannya. "Aku penasaran, Rafael," ujar James, "bagaimana respon Vanessa ketika dia tahu jika kau adalah seorang pembunuh baya---" "Apa respon Vanessa penting untukmu?" Rafael menatap James tajam, sedangkan tangannya yang masih ada di saku celana sedang terkepal dengan erat. Ingin sekali ia menghajar James dan membuatnya tutup mulut. Namun, Rafael sadar jika ia berhadapan dengannya sekarang hanya akan membuat masalah dan ia tidak ingin itu. "Supaya dia menjauhimu, tentu saja. Aku baru sadar jika kau sangat berbahaya untuk Vanessa. Aku tidak tahu apa binatang buas yang kau kurung akan tetap berada di sana atau mulai beraksi. Aku hanya khawatir." Rafael tersenyum sinis. Ia mengembuskan napasnya dan berjalan ke arah James. Lalu ditatapnya mata James yang tampak santai. "Dengar, aku tidak peduli dengan rasa penasaranmu atau sebagainya, tapi kuperingatkan untukmu, jangan sampai kau bersikap tidak tahu diri seperti ini lagi di hadapanku. Aku benar-benar tidak tahu cara menahan diri yang baik, Bung." Setelahnya Rafael pergi, enggan untuk mendengarkan omongan tak masuk akal James, bangsawan gila itu. *** Keesokan harinya, Rafael dibangunkan oleh suara keributan di rumah ini yang membuatnya mau tak mau bangun dan keluar untuk mencaritahu apa yang terjadi. Saat dirinya keluar, hal pertama yang ia lihat adalah kehebohan Vanessa yang meminta para pelayan untuk mencari baju kesukannya yang ingin ia kenakan untuk camping. Melihat itu membuat Rafael menghela napasnya dan menggelengkan kepala karena tingkah Vanessa yang kadang sifat kekanakannya keluar begitu saja. Efek dimanjakan membuat gadis itu jadi seorang putri yang tak kenal kata 'tidak'. "Vanessa...." "Jangan katakan apa pun, Rafa. Aku sedang pusing dan tolong pergilah jika tidak ingin kubunuh karena mood-ku yang sangat kacau." Rafael tersenyum. Menggemaskan adalah definisi Vanessa saat ini. "Gosh, di mana baju itu?!" teriak Vanessa akhirnya dengan kaki yang dihentakkan ke bawah. Rafael tidak bisa menahan senyumnya. Entah mimpi apa Vanessa semalam sampai bersikap seperti ini pagi-pagi sekali. "Bajumu yang bewarna putih dengan tulisan Ane?" Rafael mengerutkan kening sembari bertanya. Faktanya baju itu adalah baju kesukaan Vanessa yang hanya digunakannya ketika Vanessa ingin pergi ke tempat yang membuatnya bersemangat. Baju bewarna putih yang selalu menjadi obyek kekesalan pelayan di rumah ini karena tidak boleh ada satu kesalahan atau apa pun itu. "Kau melihatnya?" tanya Vanessa. Rafael menggeleng. "Kapan terakhir kali kau gunakan?" "Mana aku tahu!" balas Vanessa kesal. "Aku tidak mungkin mengingat banyak hal." Lalu Vanessa melanjutkan diri untuk mencari ke lemari besarnya. "Vanessa, gunakan saja apa yang ada." "Tidak, aku ingin itu. Itu akan membuatku nyaman saat perjalanan." Rafael tidak bisa menahannya. Ia meminta semua pelayan untuk pergi dan hanya meninggalkan mereka berdua. Lalu setelahnya ia berusaha mencari di mana pakaian itu dengan membongkar semua isi lemari Vanessa. Hingga akhirnya pakaian itu ditemukan di bagian paling bawah dan sudut lemari. Setelah menemukannya, Vanessa tampak senang dan segera menggunakannya. "Ke mana tujuan kita?" tanya Vanessa setelah menggunakan pakaian itu yang dipadu celana hitam ketat. "Montserrat," jawab Rafael. Kedua matanya tidak pernah terlepas dari Vanessa yang sibuk memasukkan peralatannya ke sebuah tas. Lalu, Rafael mengerutkan keningnya ketika melihat Vanessa sedang mengikat rambutnya dengan cara membelakangi dirinya. Rambut merah Vanessa dibuat tinggi sampai memperlihatkan tengkuk putihnya yang membuat Rafael secara tak sadar langsung berjalan ke arahnya. Diperhatikan apa yang membuatnya mengerutkan kening dan tangannya sudah akan bergerak menyentuh itu jika seandainya Vanessa tidak segera berbalik. "Apa yang kau lakukan?" Rafael langsung sadar. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Tunggu aku di bawah," ujarnya, kemudian melenggang pergi meninggalkan kamar Vanessa. Saat dirinya keluar dari kamar Vanessa, Rafael langsung berlari dengan cepat ke kamarnya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Dean. Nama itulah yang sedang ia hubungi dengan terburu-buru. "Halo, Tuan?" "Kau masih di Yunani?" tanya Rafael cepat. "Iya, Tuan, sesuai perintah anda. Apa terjadi sesuatu?" "Kau masih ingat dengan logo yang dimiliki Snaker?" "Logo berbentuk ular dengan mahkota di atasnya?" "Iya. Apa itu benar logonya?" "Benar, Tuan. Saya masih menyimpan kalung berlogo Snaker yang kita dapatkan di Yunani tahun lalu. Apa anda ingin melihatnya untuk memastikan itu?" "Tolong kirimkan sekarang juga dan jangan lupa selagi kau di sana, segera kirimkan data tentang mereka." Rafael langsung mematikan teleponnya. Ia kemudian berjalan ke tepi ranjangnya dan duduk dengan pikiran yang lemas. Ia hampir tidak mempercayai ini. Apa yang dilihatnya pada diri Vanessa membuatnya lemas. Drt... Rafael membuka pesan Dean. Dilihatnya foto yang Dean kirimkan dan demi apa pun gambar itu persis dengan tato yang Vanessa miliki di tengkuknya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD