Part 17

1289 Words
"Jadi Vanessa adalah keturunan Snaker?" Rafael tidak langsung menjawab ketika Evan menanyakan hal itu setelah mendengarkan penjelasannya. "Aku menemukan sesuatu yang mengejutkan, Raf. Tato yang kau bilang ada di tengkuk Vanessa bukanlah tato sembarangan. Dari apa yang kutemukan, tato itu hanya dimiliki khusus oleh keturunan Snaker dan kau tahu apa yang lebih mengejutkan lagi, Raf? Tato itu bisa menjadi bukti bahwa Vanessa adalah pewaris Snaker Group dan dengan tato itu juga dia menjadi satu-satunya orang yang akan menerima harta dari Jacob Snaker. Coba tebak, semua kekayaan milik Jacob tersimpan rapat di Bank Swiss dan hanya satu orang yang bisa membukanya, yaitu Vanessa karena ia adalah pemilik tato terakhir dari Snaker." Rafael masih mengingat setiap detail kata yang Victor berikan setelah mendapatkan informasi dari orang yang bekerja di bawah perintah Jacob. Jacob Snaker. Pria itu sudah tua, sangat tua dan sekarang terbaring lemah di kursi roda yang selalu menjadi tumpuannya. Namun, meskipun usianya sangat tua, Jacob tidak bisa dilawan karena kekuasaannya. Ia memiliki pengacara sekaligus tamengnya yang akan melindungi dirinya. Setelah Victor memberitahukannya hal itu, Rafael jadi mengerti. Jacob memburu Vanessa saat waktunya, ketika Vanessa bisa menjadi pewarisnya. Sedangkan Yakuza, kelompok itu mungkin tahu Vanessa pewaris Snaker dari tato yang ada di tengkuk Vanessa saat ia berlibur. Namun, ada banyak pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya. Mengenai apakah benar Vanessa adalah keturunan Snaker? Lalu kenapa tato itu bisa ada di sana dan apakah orangtua Vanessa tahu tentang ini? Faktanya masih banyak pertanyaan yang belum Rafael dapatkan jawabannya. Sehingga ia tidak mungkin menjawab pertanyaan yang diajukan Evan. "Apa maksudmu, Rafa?" Lamunan Rafael dibuyarkan oleh suara Veronica yang terdengar terkejut. Ia buru-buru menurunkan pistolnya dan berjalan ke arah Vanessa dengan cepat. Ia berjongkok di hadapan Vanessa dan mengangkat kepala melihatnya. "Kita harus pergi dulu dari sini." "Katakan apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku menjadi keturunan Snaker yang kalian bicarakan?!" "Ane..." "Aku keturunan bangsawan, ingat? Dan aku---" Rafael mengerutkan kening ketika Vanessa menghentikan perkataannya. "Ada apa Vanessa?" "Tidak mungkin..." "Hei, ada apa?" tanya Rafael mulai panik. Tangannya bergerak ke wajah Vanessa dan mulai menyadarkannya. "Apa ada sesuatu?" Vanessa dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Sebaiknya kalian pergi, sebelum kalian ditemukan di sini." Rafael sontak melihat ke arah Veronica yang wajahnya kini tampak pucat. Bahkan dilihat dari sini saja, Rafael dapat membuktikan perempuan itu sedang menahan dirinya atas fakta yang baru saja diketahuinya. "Wait, apa kau yakin itu tato asli?" Semua mata langsung memandang Evan yang manahan sakitnya, tapi masih bisa berbicara dengan tenang. "Dalam sejarah Snaker, tidak pernah ada tato palsu. Jika pada akhirnya Vanessa ditemukan Snaker, akan ada alat khusus yang digunakan untuk membuktikan keasliannya dan juga---" Rafael menghentikan perkataannya ketika ia merasa sudah berbicara terlalu jauh kepada Evan dan Veronica. Tanpa niat untuk melanjutkan perkataannya, Rafael berusaha melepaskan Vanessa dan menggendongnya untuk segera membawanya keluar dari tempat ini. "Rafa...." Saat Rafael akan pergi, Veronica memanggil namanya dan membuat ia menoleh ke arah perempuan itu. "Ini terakhir kalinya. Jika gadis ini membuatmu masuk lebih jauh ke Snaker," Veronica meliriknya, "Kau tahu apa yang akan terjadi padanya, bukan?" Rafael tahu itu. Veronica bukanlah lawan yang mudah. Ia hanya bisa tersenyum. "Sampai jumpa." Lalu kemudian Rafael membawa Vanessa lari dari gedung yang ditempatinya ini. Sepanjang ia kabur, Rafael berhasil melewati lorong-lorong yang ada. Namun, tepat di lorong terakhir, Rafael menyipitkan matanya ketika melihat seseorang yang sangat dikenalinya. Menyadari bahwa lawannya bukan seseorang yang biasa, Rafael menurunkan Vanessa yang ketakutan. "Kau bisa menungguku, kan?" "Cepat selesaikan, aku benar-benar ingin pulang." Rafael melihat ketakutan yang mendalam di wajah Vanessa dan ia tersenyum. Berjanji untuk membuat mimpi buruk ini berakhir bagi Vanessa. Napasnya berembus. Seiring dengan kepala Rafael yang terangkat untuk melihat pria itu. Pria yang sangat dikenalinya dan satu-satunya pria yang bisa menahan pukulannya. Rafael melangkah perlahan ke arah pria itu. Berjalan dengan rasa sakit yang dideritanya. "Sepertinya kau cukup terkejut dengan keberadaanku," ucap pria itu. Rafael tersenyum sinis. "Sangat," ucapnya. "Apa Snaker membayar kalian dengan sangat mahal?" Pria itu tertawa, seolah mengejeknya. "Bukan bayarannya, tapi hal lain yang membuatku menerima ini semua. Mereka berdua terlalu bodoh untuk tidak mencaritahu lebih dalam tentang misi ini." Rafael menarik napasnya. Kemudian ia menodongkan pistolnya ke arah pria itu. "Mari kita selesaikan pertemuan ini." Sebenarnya Rafael cemas untuk saat ini. Pelurunya tinggal satu, karena semuanya telah ia gunakan demi menjemput Vanessa. Jika peluru ini berhasil dihindari oleh pria itu, maka ia tamat. Vanessa akan jatuh di tangannya. "Vanessa adalah keturunan Snaker yang sah." Tubuh Rafael bergetar. Leon pasti tahu banyak. "Apa maksudmu?! Aku bukan keturunan siapapun selain keluargaku." Vanessa menyahut dengan lantang, bahkan gadis itu sudah berdiri di sisi Rafael. "Sebenarnya siapa itu Snaker?!" "Ane...." "Kau harus membawaku keluar," ucap Vanessa kemudian. "Aku tidak bisa memainkan drama ini." "Ane, dengarkan aku---" "Vanilla Fernando, itu nama Ibumu, kan?" Rafael langsung menoleh ke arah Leon yang menyebutkan nama asli dari ibu Vanessa. "Apa kau mengenal Levina Anastasia?" Rafael mengerutkan keningnya, lalu ia memandang Vanessa yang terlihat tahu dengan nama itu. "Apa kau mengenalnya?" Vanessa langsung menganggukkan kepalanya. "Dia adalah nenekku, ibu dari Mommy." Rafael memijat pelipisnya yang pening karena ini semua. Ternyata ada hal yang ia lewatkan tentang Vanessa dan keluarganya. "Dia mengubah nama belakangnya, dengan alasan menjauhkan diri sebagai pewaris sah Snaker Group. Karena keputusannya, harta jatuh ke Jacob Snaker yang tak lain adalah saudara lelakinya. Dalam sejarah Snaker, pewaris sah hanya bisa berada di tangan keturunan perempuan. Karena pendirinya adalah wanita yang benci dengan laki-laki yang menganggap dirinya bisa berkuasa." Penjelasan Leon membuat Rafael panas dingin. Bagaimana bisa dirinya tidak tahu apa pun dengan kelompok itu selama ini? "Saat Jacob tahu tentang keturunan Levina, dia terus mencarinya sampai ke belahan dunia. Hingga akhirnya Jacob menemukan Vanilla yang sudah melahirkan anak-anak perempuan." "Wait, kenapa Jacob mencari keturunan---" Leon tertawa. "Untuk apa lagi? Karena dia harus menyerahkannya ke pemilik yang sah. Jacob Snaker saat itu juga didiagnosa tidak akan bisa melahirkan seorang penerus. Jalan satu-satunya untuk mendapatkan pewaris yang sah sebagai pimpinan Snaker adalah mendapatkan Vanessa O'brian. Jacob sudah memutuskan akan memberikannya kepada Vanessa dan itu tidak bisa diganggu gugat." "Ini sangat gila dan menyebalkan," ujar Vanessa kesal. "Apa aku akan percaya dengan semua perk---" "Kau bisa menanyakan itu kepada orangtuamu, Nona." Rafael membatu. Menanyakan kepada orangtua Vanessa? Apa jangan-jangan.... "Untuk apa aku melakukan itu? Aku bukanlah keturunan Snaker-Snaker itu. Jadi, aku mohon kepadamu jangan mengada-ngada." "Katakan semua yang kau ketahui," ucap Rafael kemudian, dengan rahang yang mengeras. "Rafael, apa yang kau lakukan?" Rafael tidak memperdulikan Vanessa. Pandangannya masih terarah kepada Leon yang tampak puas karena sudah membuatnya penasaran dengan rahasia yang ada. "Tato yang ada di tengkuk Vanessa, itu sudah ditempelkan sejak dia masih kecil. Saat itu Vanessa berhasil diculik, tapi karena dirinya dilindungi keluarga kerajaan, Vanessa menjadi tak tersentuh. Sampai akhirnya Snaker melakukan cara paling licik yang pernah ada." "Cara paling licik?" Rafael melihat ada sesuatu yang disembunyikan Leon. Sesuatu yang besar, di mana mungkin saja tidak bisa Rafael terima. "Cara paling licik apa maksudmu?" Rafael kembali bertanya. Namun, Leon seperti enggan memberitahukannya. Itu membuat Rafael kesal. Tangannya mulai menarik pelatuk pistolnya. Berniat mengancam Leon. "Kalian tidak akan senang mendengarnya," ujar Leon. "Mungkin aku akan memberitahukannya kepada Rafael saja." Rafael semakin percaya bahwa itu adalah hal yang tidak bisa dikatakannya kepada Vanessa. Ia pun melirik Vanessa yang tampak pucat karena ini semua. "Sebaiknya kita pulang." Rafael melihat Vanessa gemetar. Gadis di sisinya ini sangat ingin pulang. "Kau pelindungku, kan?" Kini tatapan Rafael bertemu dengan mata Vanessa yang lembut dan memohon. Gadis ini akan menangis dan Rafael bisa merasakannya. "Dalam hitungan ketiga, larilah," bisik Rafael pelan. Kemudian ia menoleh ke arah Leon. "Biarkan Vanessa pergi." Leon tersenyum. "Maaf, Raf. Kau bukan atasan yang harus kuturuti lagi. Vanessa adalah milik kami..." "One." Rafael membuat dirinya menyembunyikan Vanessa ke belakang tubuhnya. Tentu saja dengan tangan yang masih menodongkan pistol ke arah Leon. "Two---" Dor "RAFAEL!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD