Part 18

2057 Words
Rafael seharusnya baik-baik saja. Itu yang pertama kali Vanessa pikirkan ketika bantuan tiba beberapa saat setelah pria itu terkena tembakan dari arah belakang. Saat ini pria itu sedang berada di kamar operasi, dan Vanessa ada di ruang tunggu. Melihat kedua tangannya yang penuh darah Rafael. Matanya tidak henti melihat merahnya darah itu menghiasi tangannya yang tak juga ia bersihkan. Panggilan Rafael adalah devil, kau tidak tahu bagaimana berbahayanya dirimu jika berada di sisinya. Perkataan terakhir Leon masih terngiang di kepalanya sebelum pria itu kabur dari bantuan yang Leonor dan Jayden kirimkan. Pergi sebelum Vanessa mengetahui maksud Leon dengan sejelasnya. "Ane...." Vanessa mengangkat kepalanya. Tatapannya kini sudah kering karena air mata yang ia keluarkan telah berhenti. Namun, kedua matanya masih memerah, akibat menangis keras karena melihat Rafael tertembak di hadapannya. Sekarat dan tidak berdaya. Ia ketakutan. "Maaf karena aku terlambat." Jayden berjalan memeluknya dengan erat. Saat itu juga Vanessa bisa merasakan ketenangan yang mendalam. Ia menutup matanya, merasakan aroma menenangkan Jayden. "Jangan beritahu Mom dan Daddy, aku mohon," pinta Vanessa. Jika seandainya kedua orangtuanya tahu tentang hal ini, maka itu hanya akan mengejutkan sang ibu dan ayah. "Aku tidak ingin membuat mereka khawatir." "Aku paham," jawab Jayden. "Tidak akan kuberitahu, lagipula kau sudah aman sekarang." Vanessa melepaskan dirinya. "Apa Rafael akan baik-baik saja?" Jayden menghela napasnya. "Kita masih harus menunggu operasinya, tapi aku percaya dia akan baik-baik saja." "Kenapa Kakak berpikir seperti itu?" Vanessa mengerutkan kening, menuntut alasan Jayden yang mengatakan bahwa Rafael baik-baik saja. "Rafael berdarah, sangat banyak dibandingkan waktu di Madrid. Pelurunya masuk ke tubuhnya dan di-dia kesakitan---" "It's okay, Sayang," ujar Jayden. "Rafael tidak selemah yang lain. Bahkan jika kematian dihadapinya demi sesuatu yang harus dia rahasiakan, dia akan menjalani kematian itu." Panggilan Rafael adalah devil, kau tidak tahu bagaimana berbahayanya dirimu jika berada di sisinya. Vanessa mengingat perkataan Leon lagi. Seolah membuat dirinya percaya bahwa Rafael memang bukan pria biasa. "Kak...." "Ada apa?" "Siapa sebenarnya Rafael? Apa alasan Daddy memperkerjakannya untuk mengawalku? Lalu kenapa hanya dia yang bisa melakukannya? Tolong katakan apa yang membuatnya berbeda?" "Ane---" Jayden tidak segera melanjutkan perkataannya karena kamar operasi yang ditempati Rafael langsung terbuka dan menampilkan dokter yang baru saja selesai melakukan bedah kepada Rafael. Jayden dan Vanessa langsung bangkit dan berjalan ke arah dokter itu. "Bagaimana kondisinya?" tanya Jayden tenang. "Peluru itu menembus organ dalamnya melalui luka yang pernah didapatkannya. Meskipun terjadi pendarahan, tapi kami berhasil menghentikan pendarahannya dan pasien sekarang sudah membaik. Kami hanya menunggu saatnya tiba untuk pasien sadar." Penjelasan dokter membuat Jayden maupun Vanessa lega. Setelah dokter itu pamit, Rafael langsung dibawa ke ruang ICU untuk dirawat intensif sebelum akhirnya ia sadar dan dipindahkan ke ruang perawatan. Karena tidak ingin membuat Vanessa panik, Jayden meminta kepada Putri Leonor untuk membawa Vanessa pulang sementara. Keamanannya pun dijaga ketat, hingga membuat Vanessa tidak terlalu bebas. Saat dirinya kembali ke rumah, Vanessa tidak langsung menuju kamarnya karena ia melangkahkan dirinya menuju kamar Rafael yang berada di sayap kiri lantai dua. Dengan pengawal di belakangnya, ia terus berjalan masuk. Berusaha untuk memuaskan rasa penasarannya kepada Rafael. Ia melihat ke sekeliling kamar Rafael. Setidaknya jika ia berada di kamar ini, maka ia bisa mencaritahu semua hal tentang Rafael yang akan memuaskan rasa penasarannya. Saat Vanessa akan bergerak, ia seketika teringat sesuatu. Kemudian ia melirik ke arah sudut ruangan, di mana pot bunga yang diceritakan Rafael berada. Masih ada warna merah yang mengarahinya. Rafael sedang tidak sadarkan diri sekarang, mungkin ini saat yang ia tunggu. Ia pun berjalan ke arah pot itu dan mencoba untuk melepaskan alarm tersebut dengan cara apa pun. Setelah berhasil melakukannya. Vanessa mulai menjelajahi kamar Rafael untuk mencari sesuatu yang setidaknya bisa membuat ia mengetahui situasinya saat ini. Ia bahkan mencari lebih jauh di lemari Rafael yang penuh dengan tumpukan buku berbahasa asing yang semua judulnya membuat Vanessa pusing. Setelah beberapa saat, Vanessa menghela napasnya karena ia tidak menemukan apa pun. Bahkan ia sudah mencoba untuk menyalakan laptop Rafael, tapi laptop itu terkunci dengan sidik jari, retina dan kode yang hanya diketahui oleh Rafael. Sialan, dia benar-benar ahli dalam ini. Vanessa kesal, tapi ia tidak akan menyerah karena hanya sekaranglah waktu yang tepat baginya menemukan sesuatu tentang Rafael dan apa yang mengejarnya. Jika perlu ia mencaritahu siapa itu Snaker karena jujur, saat ia mencari di internet dalam perjalanan pulang tentang Snaker, semua menjelaskan jika Snaker merupakan perusahaan besar dunia yang diduga memiliki kekayaan tak terbatas. Tidak ada hal negatif yang ada, kecuali fakta jika ada kebingungan bagi mereka karena tidak adanya pewaris setelah Jacob Snaker. Yang apabila itu terjadi, maka kursi pimpinan dan sebagainya akan dilimpahkan ke yang terpilih. Selain itu tidak ada pemberitaan lain, bahkan nama sang nenek juga tidak ada. Seolah-olah banyak hal yang Snaker tutupi. "Jika aku bisa menemukan satu hal, kemungkinan besar lainnya yang berkaitan akan muncul," ujar Vanessa menjelaskan dirinya sendiri. Vanessa hampir saja frustrasi. Kamar Rafael tidak terlalu besar dibandingkan kamar yang ada di rumah ini. Namun, ia tetap berpikir jika ada sesuatu yang sangat penting di sini. Dan itu terjadi saat ia tidak sengaja mengambil salah satu buku bewarna hitam yang mana buku itu tidak memiliki judul. Saat ia membukanya, buku itu kosong. Tidak ada tulisan apa pun selain sebuah kata Rayhan. Rayhan. Nama yang tidak asing. Seperti nama Indonesia. Setelahnya tidak ada apa pun lagi, sampai ia tidak sengaja melihat ada keanehan di lemari buku ini. "Secret door." Vanessa memikirkan itu semua. Ia langsung bergegas mencari bagaimana caranya ia membukanya. Ia yakin sekali karena jujur ayahnya juga memiliki lemari seperti Rafael ini. Jika dugaannya benar, maka ia bisa mengetahui apa yang membuatnya penasaran di balik lemari ini. Namun, ia tidak tahu cara membukanya. Jika ia menghancurkannya, maka itu adalah hal paling bodoh yang dilakukannya. Vanessa menyerah. Pada akhirnya, ia harus berpikiran bahwa keamanan yang Rafael buat tidak akan dengan mudah ia aktifkan. "Vanessa?" Tubuh Vanessa reflek menoleh ke arah Putri Leonor yang berada di ambang pintu kamar Rafael. "Sedang apa kau di sini?" Apa mungkin Putri Leonor bisa membantuku? Vanessa berpikir keras. Putri Leonor memiliki kekuasaan di sini dan ia mungkin bisa membantunya. Lagipula Putri Leonor juga tidak tahu dengan apa yang dialaminya. Sepertinya ia harus mencobanya. "Apa aku bisa meminta bantuanmu?" tanya Vanessa serius. *** Jayden terus saja menatap Rafael yang terbaring lemah di ranjang ICU. Wajahnya tidak pucat seperti orang kebanyakan, tapi melihat pria itu terluka karena melindungi Vanessa membuat Jayden menghela napasnya. Rafael Xeaniro, yang ada di benaknya saat pertama kali ia bertemu dengan Rafael adalah: apakah pria itu bisa melindungi adiknya yang menjadi incaran Yakuza? Jayden tidak mempercayainya saat itu, tapi setelah ia berhasil melihat bagaimana Rafael berhasil melindungi Vanessa, ia percaya bahwa adiknya itu akan aman jika berada di sisi Rafael. Meskipun kadang ada saat di mana ia kesal karena sikap kejam Rafael. Sampai-sampai ia ingin menggantinya. Akan tetapi, itu setimpal dengan nyawa yang dipertaruhkannya. Terlebih lagi ia adalah Rafael Xeaniro. Pembunuh bayaran yang selalu mengutamakan misinya, tidak peduli apa pun. Pertama kali Jayden mengetahui siapa Rafael, ia sangat marah melebihi apa pun kepada ayahnya. Namun, setelah ia mendengarkan cerita sang ayah dan juga melihat perlindungan ketatnya pada Vanessa, Jayden bisa mengendalikan amarahnya. "Tuan." Jayden menoleh ke arah sekretarisnya, Zane. "Apa kau menemukan sesuatu?" "Bukan Yakuza, tapi Snaker. Kami berhasil mendapatkan rekaman CCTV di belakang gedung dan dia adalah Leon, pria yang sekarang bekerja sebagai Manajer Snaker Group. Setelah menyelidikinya, dia dulu pernah bekerja di bawah Rafael Xeaniro." Alis Jayden terangkat. "Snaker Group?" Zane menganggukkan kepalanya. "Tidak salah lagi." Jayden hampir saja tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat karena menyadari bahwa ini bukan ulah Yakuza, melainkan ulah Snaker. "Jadi ini saatnya?" gumam Jayden dengan bibir yang terangkat. Ia pun menarik napasnya, siap memberi perintah kepada Zane. "Selagi Rafael dirawat, perketat kemanan Vanessa. Jangan biarkan dia keluar dari rumah. Kelilingi rumah dengan kemanan CCTV tambahan dan sebagainya. Pilih pengawal terbaik dengan senjata." Jayden menoleh ke arah Zane. "Terakhir, periksa setiap sudut rumah dalam kurun waktu 1 jam. Jangan sampai Snaker melakukan cara liciknya seperti apa yang ditakutkan Dad dan Mom." "Akan saya laksanakan." Jayden menghela napasnya. "Satu lagi..." Ia memandang Zane dengan serius. "Jangan biarkan keluarga kerajaan, termasuk Pangeran James dan Putri Leonor datang ke rumah untuk sementara. Aku tidak ingin membuat mereka merasakan bahaya." "Baik, Tuan. Mengenai Putri Leonor..." "Aku yang akan mengatakannya." Setelah itu Zane pergi meninggalkan Jayden yang tampak cemas. Semua sudah dimulai. Snaker sudah menampakkan dirinya setelah sekian lama. Itu membuat Jayden mengingat kembali perkataan sang ayah sebelum ia berangkat ke Barcelona. Tahun ini Snaker akan bergerak. Perketat keamanan Vanessa setelah pergerakan awal mereka dimulai. Jangan katakan apa pun kepada Rafael mengenai Snaker. Itu satu-satunya cara supaya dia tidak tahu banyak tentang Snaker. Saat itu Jayden berhasil dibuat bingung, hingga akhirnya ia paham alasan mengapa ayahnya mengatakan itu. Karena Daddy khawatir jika seandainya dia tahu tentang Snaker, maka dia akan tahu juga jika Vanessa adalah penyebab kematian Rayhan dan ibunya. Jayden sudah mengerti dengan kondisinya. Ia tahu siapa Snaker, dan apa yang diinginkan kelompok mengerikan itu. Ia juga tahu kenapa pada akhirnya Rafael menjadi pilihan terakhir sang ayah. 1. Rafael akan mencaritahu apakah Yakuza berada di kelompok yang sama dengan Snaker. 2. Rafael akan membantunya menghancurkan Snaker tanpa tahu siapa yang ia lawan. Karena sang ayah percaya, dengan kejeniusan dan kelicikan Rafael, maka Snaker akan hancur. Terlebih Rafael sangat mementingkan misi kliennya. Dan terakhir. 3. Rafael akan manjadi alat pembalasan dendam keluarganya untuk apa yang menimpa mereka beberapa tahun lalu. Jayden sudah memikirkan semuanya matang-matang. Jika pada akhirnya Rafael tahu semuanya, maka dipastikan rencana yang sudah ayahnya bangun sejak lama akan hilang. Daddy hampir kehilangan harapan untuk menjaga keluarga ini, tapi tidak setelah nama Rafael Xeaniro muncul. Tidak diragukan lagi, kemunculan Rafael sebagai pembunuh bayaran terbaik membuat Justin O'brian bersemangat. Namun, itu juga membuat Justin takut dengan risiko yang akan terjadi jika Rafael tahu semuanya. Dan alasan mengapa Jayden berada di sini adalah memastikan bahwa risiko itu tidak akan terjadi. *** Beruntung, salah satu pengawal yang dimiliki Putri Leonor adalah ahli IT yang pernah bekerja di perusahaan besar Rusia dan Amerika. Dalam beberapa kali percobaan, lemari itu berhasil dibuka olehnya. Vanessa sangat berterimakasih akan hal itu. Sampai Putri Leonor pamit untuk pulang. Dan sekarang Vanessa berada di balik lemari ini sendirian. Ia melangkahkan kakinya dan pandangannya dibuat terkejut dengan apa yang ada di balik lemari buku itu. Sebuah ruangan besar penuh dengan buku. Seperti sebuah tempat peristirahatan. Ia akhirnya melangkahkan kakinya bergerak ke sudut ruangan yang di sana terdapat papan putih dengan tulisan dalam bahasa Inggris. Vanessa membaca tulisan itu, tapi banyak kata yang tidak ia ketahui hingga dirinya menjadi bingung. Ada kata yang ditulis dalam bahasa Yunani, yang entah mengapa ia menduga bahwa itu sangat penting. Vanessa menarik napasnya. Lalu ia berjalan ke meja besar milik Rafael dan duduk di kursi panasnya dengan tangan yang membuka satu persatu dokumen. Hingga akhirnya ia tiba di dokumen terakhir bewarna merah yang menampilkan nama tidak asing. Yakuza. Vanessa seolah diberi keberuntungan dengan melihat dokumen itu yang terdapat foto dirinya. Saat itu juga Vanessa menyadari satu hal yang sangat penting bahwa yang mengejarnya adalah sindikat mafia ternama: Yakuza. Vanessa panik. Tangannya bergetar, menyebabkan foto yang dipegangnya terjatuh. Matanya menyala, memberikan sorot ketakutan. Namun, ia berusaha untuk tenang agar ia bisa mencaritahu lebih. Perlahan, ia membuka lembar demi lembar. Yakuza menginginkan Vanessa karena apa? Kalimat itu membuat Vanessa ikut berpikir keras. Apa yang membuat dirinya harus terlibat dengan masalah seperti ini. Jika itu Yakuza, bukankah artinya hidupnya benar-benar berada dalam bahaya besar? Giant dan Justin O'brian? Alis Vanessa terangkat ketika ada nama sang ayah di sana. Otomatis napasnya menjadi tak teratur. Ia menggigit bibirnya, berusaha untuk mencaritahu lebih. "Nona?" Suara pengawalnya membuat Vanessa menoleh. Buru-buru, karena tidak ingin ketahuan, ia segera berlari keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya rapat hingga terkunci sempurna. Saat itulah pengawalnya muncul dan meminta Vanessa untuk beristirahat. Ia mengiyakan hal itu. Dirinya berjalan ke kamar dengan pikiran yang penuh akan Yakuza dan sang ayah. Bahkan setibanya di kamar, ia tampak frustrasi karena ada hal besar yang benar-benar keluarganya sembunyikan. "Giant?" Vanessa mengingat nama itu. Ia tidak tahu apa arti Vanessa dalam dokumen tersebut. Dan mengapa tanda hubungnya membuat Vanessa cemas. Seolah-olah ada hal besar yang melebihi Yakuza, yang di mana sang ayahnya sembunyikan. Lalu, apakah Rafael tahu tentang semua itu? Apakah di rumah ini, hanya dirinya yang tidak tahu apa pun? Miris. Vanessa tidak tahu bahwa ia berada di antara rahasia besar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD