Ambyaaaaarrrrrrr...

2840 Words
Malam minggu yang dijanjikan Abie tibalah sudah. Sejak sore hari, hati Chintya berdebar penuh harap membayangkan apel pertamanya. Nenek dan tantenya memang mengizinkan Abie untuk berkunjung ke rumahnya kapan pun Abie mau. Mereka tak ingin mengekang Chintya seperti ayah Chintya mengekangnya. Tepat jam 7 malam Abie dan Yudha sahabatnya tiba di rumah Chintya. Gadis cantik dan manis itu menyambutnya penuh suka cita. Selagi Chintya sibuk membuat minuman dan menyiapkan makanan ringan di dapur, Abie dan Yudha ditemani ngobrol oleh sepupu Chintya, Lamira. Lamira adalah anak perempuan tante Chintya. Ia pun baru saja lulus SMA seperti Abie dan Yudha. Mereka berbincang tentang serunya UJIAN NASIONAL dan persiapan SIPENMARU . Untuk saat ini disebut PTN yaitu ujian untuk calon mahasiswa perguruan tinggi negeri baru. Chintya yang sejak tadi telah duduk bergabung hanya mendengarkan pembicaraan mereka yang semakin seru. Abie yang ramah dan pandai bergaul membuat Lamira langsung akrab dengannya. Pembicaraan mereka pun semakin akrab dan seru dengan menceritakan tentang kelulusan dan perpisahan sekolah masing-masing. Tak terasa waktu telah menunjukan jam 11 malam. "Chiyaa,, Abie pamit yaa.." ujar Abie sambil tersenyum menatap Chintya yang terlihat kecewa. " Huuuffttt.." Chintya menghela nafas membuang rasa kecewanya . Ia sama sekali tak diberi kesempatan untuk berbincang dengan Abie apa lagi untuk melepas kerinduan. Tanpa menunggu persetujuan dari Chintya, Abie dan Yudha berdiri dan berpamitan pada Lamira. Malas-malasan Chintya pun berdiri dan mengantar Abie menuju motornya. " Masih bisa ketemu kan minggu depan" ucap Abie yang tau Chintya kecewa sambil membelai perlahan rambut gadis itu penuh rasa sayang. Chintya hanya mendengus dan menggigit bibirnya dengan pandangan ke jalan raya di depan rumahnya. " Hati-hati, Bie udah malam banget.." ujar Lamira menyadarkan Abie yang sedang menatap Chintya untuk segera pulang. " Oh iya , makasih Mira" jawab Abie sambil tersenyum. Abie dan Yudha pun kembali pamit dan menjalankan motornya menuju utara Jakarta. Chintya yang kecewa, segera membereskan gelas-gelas diatas meja tamu lalu bergegas masuk kedalam kamar. Ditumpahkannya tangis kecewa di atas bantal. Ada perasaan marah dan jengkel pada kakak sepupunya Lamira yang seakan tidak mengerti maksud kedatangan Abie kesini. Perasaan cemburu langsung menyergap relung hati nya. Mengingat selama ini Chintya belum pernah melihat Lamira diapeli pacarnya. Chintya mengira Lamira pun naksir Abie . Perasaan kecewadan cemburu terus menguasai hati dan pikirannya sampai ia tertidur. Abie memacu motornya dengan kecepatan maksimal dijalan raya. Sebenarnya ia pun kecewa tidak diberi kesempatan untuk berbincang dengan Chintya, namun Abie pandai menutupi perasaan nya. Ia juga pandai menguasai emosi dan perasaannya. Tidak sia- sia Abie jadi ketua OSIS selama 2 tahun yang membentuk sikap dan perilakunya menjadi bijaksana. Kegalauannya ditumpahkan dengan mengebut tengah malam dijalan menuju rumahnya. " Santai bro, gue masih pingin hidup!" protes Yudha yang berteriak saat motor Abie menyalip truck kontainer yang memang beroperasi di jam-jam malam seperti itu. Abie tak menghiraukan protes Yudha, ia terus memacu sepeda motornya hingga sampai di depan rumah. Yudha yang memang sedang menginap di rumah Abie, segera masuk kedalam rumah dan bersiap untuk istirahat. Sedangkan Abie masih duduk diatas sepeda motornya di garasi rumah sambil menghisap sebatang rokok. Terlihat sekali kekecewaan di paras wajahnya. Ia juga amat memahami kekecewaan Chintya. " Maliiing ! Tolong , maling !!!" teriak seorang perempuan membuyarkan lamunan Abie. Lelaki itu langsung lompat dari atas motornya dan berlari keluar rumah menuju sumber suara perempuan yang meminta tolong. " Tolong Bie, ada maling diatas rumah kakak ! " teriak Wenny saat bertemu Abie di depan rumah. Abie langsung masuk kedalam rumah Afrizal Mahameru, yang tak lain adalah ayah Chintya. Terdengar oleh nya kak Wenny terus menerus meneriakan kata tolong membuat warga berdatangan. Sebagian warga ikut masuk bersama Abie sebagian lagi berkumpul di depan rumah . Afrizal Mahameru yang baru saja pulang dari tempat usahanya bersama sang istri terheran melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya. " Ada apa ya?! " tanya Afrizal pada Yudha yang berdiri di depan rumah . " Ada maling om ." jawab Yudha. " Bakar saja ! " jawab Afrizal seenaknya sambil keluar dari mobil dan berdiri sempoyongan. Ia memang sedang mabuk dan dalam pengaruh alkohol. " Dimana maling nya?!" tanya Afrizal lagi. " Di rumah om." jawab Yudha. Afrizal terkaget saat mengetahui rumahnya lah yang sedang di masuki maling. Ia pun bergegas masuk kedalam rumah. Di ruang tamu, Afrizal melihat Abie yang baru saja turun dari lantai atas sedang menyeret maling yang sudah babak belur ia pukuli. Mata Afrizal sedikit membeliak , ia terkejut melihat Abie yang berhasil meringkus sang maling. Abie pun terkejut melihat ayah Chintya yang sudah berada di ruang tamu. Abie segera menyerahkan sang maling pada tuan rumah Afrizal Mahameru. " Buuukkk!!" Ayah Chintya menjatuhkan satu pukulan telak ke wajah sang maling. Darah segar langsung muncrat dari hidung dan mulutnya. Abie mencoba menahan amuk ayah Chintya pada maling tersebut. " Jangan, om.. Lebih baik telepon polisi untuk mengamankan nya. " ujar Abie. Afrizal pun berjalan menuju pesawat telepon dan menghubungi polisi. Malam itu sampai pagi setelah menyerahkan maling pada pihak berwajib, Abie dan Afrizal berbincang tentang segala hal. " Abie pamit om, mungkin om juga mau istirahat." ujar Abie dengan sopan. " Istirahat disini saja kamu. Temani om." jawab Afrizal yang sedang mabuk berat. " Ia Bie, Yudha.. kalian disini aja temani om.." ajak ibu tiri Chintya sambil mengedipkan mata pada Abie agar lelaki itu tidak menolak ajakan ayahnya Chintya. " Tante berharap dengan begini kalian menjadi akrab Bie.." bisik ibu tiri Chintya. Abie paham apa yang di maksud ibu Afrizal. " Baik tante.." ucap Abie. Dalam hati Abie berucap semoga ini menjadi jalan disetujuinya hubungan dengan Chintya. " Yang diapelin jauh-jauh anaknya." " Yang diajak ngobrol dan nyuruh nginap malah bapaknya ." ledek Yudha berbisik ditelinga Abie. " Sialan " ucap Abie dengan tersenyum mendengar ledekan sahabatnya seraya memukul bahu Yudha pelan. Siang ini Chintya mengunjungi toko buku terbesar dan ternama di Jakarta. Di masa itu belum banyak Mall di ibu kota. Toko buku Gunung Agung yang terkenal layak nya seperti Mall saat itu. Tidak hanya menjual buku, namun juga keperluan kantor dan barang -barang lain nya. Chintya berniat membeli kado untuk ulang tahun ibu sambungnya yang tinggal beberapa hari lagi. Setelah berkeliling toko buku, akhirnya Chintya menemukan pajangan patung keramik berbentuk sekelompok bunga mawar beserta vas nya yang ia pilih sebagai kado untuk Ibu Arini . Ibu tiri yang sudah seperti ibu kandung untuk Chintya. Sementara itu di rumah ayahnya, Abie dan Afrizal Mahameru beserta kedua teman Abie yang lain sedang asik bermain kartu Remi. Nampak sekali keakraban diantara Abie dan Afrizal Mahameru, ayah Chintya. " Semoga ini menjadi lampu hijau buat hubungan Abie dan Chintya ya bu.." ucap Wenny lirih yang menyaksikan mereka tertawa-tawa sambil bermain kartu. " Iya.. " jawab ibu nya. Perihal Chintya yang sempat kabur dari rumah rupanya diketahui oleh ibu tiri nya dari Wenny. Abie yang saat itu meminta alamat nenek Chintya menceritakan semua tentang gadis itu yang nekad kabur dari rumah pada Wenny. Wenny pun memberitahu ibu nya. Mereka berdua merahasiakan dari ayah nya. Mereka percaya Abie anak muda yang baik dan percaya Abie mampu membujuk Chintya untuk pulang. Masalah ini pasti akan selesai tanpa Afrizal mengetahuinya . Chintya telah kembali dari toko buku. Seperti biasa ia langsung mengurung diri di kamarnya. Sebelum masuk ke dalam kamar, Chintya sempat menyaksikan tantenya sedang bercengkrama dengan anak-anak nya. Ada sesuatu yang perih di hati Chintya. Gadis itu tak memiliki masa ia dapat curhat dengan ibu atau ayahnya mengenai apa pun yang ia rasakan atau alami disekolah atau di dalam masalah yang sedang ia hadapi. Ia juga sempat mendengar suara Lamira tertawa. Hati nya kembali kesal mengingat kejadian semalam saat Abie berkunjung kerumah ini. Nenek Chintya masuk kedalam kamar sambil membawa segelas es teler buat cucu kesayangan nya. " Ini ada es teler , Chin.. " " Makasih nek.." " Dapat kado nya?" " Dapat dong.." jawab Chintya sambil mencicipi es teler yang neneknya bawa. Neneknya melihat kado yang di beli Chintya lalu tersenyum. " Jangan dikamar aja, coba bergabung sama kakak sepupu kamu yang lain" Chintya hanya menatap neneknya sekilas lalu asik menghabiskan es telernya. ~~~~ Hari yang ditunggu tiba. Hari ulang tahun ibu Arini Rihana . Chintya berpenampilan secantik mungkin. Walau tanpa make up hanya memakai bedak tipis wajah Chintya terlihat semakin cantik. Hatinya sangat bahagia. Bukan karena ibu sambungnya yang sedang berulang tahun, melainkan kesempatan untuk bertemu dengan Abie kekasih hatinya. Setelah berpamitan dengan nenek dan tantenya, Chintya pun berangkat menggunakan taxi menuju rumah ayahnya. " Huuufftttt.." Chintya menghela nafas yang berat. Jantungnya berdegup kencang manakala taxi memasuki komplek rumah ayahnya. " Tumben sepi" bathin Chintya yang tak melihat anak muda yang biasa berkumpul di ujung jalan rumahnya. Chintya memasuki rumah ayahnya yang juga terlihat sepi. Hanya ada asisten rumah tangga yaitu Bik Murni. " Pada kemana bik?" tanya Chintya. " Semua pada pergi ke villa , katanya merayakan ulang tahun ibu" jawab bik Murni. " Sejak kapan berangkatnya?" " Belum lama , baru saja" jawab bik Murni. Mata Chintya berbinar mendengar jawaban bik Murni. Dengan senyum dikulum Chintya berjalan ke teras rumahnya. Sesampai di pintu gerbang, Chintya keluar rumah dan berdiri tengok kanan dan kiri. Ia berharap ada Abie, namun tak terlihat satu pun ada anak muda di jalan itu. Akhirnya ia masuk kembali dan duduk di taman rumahnya. " Hai ! Kapan datang?" tanya Yudha yang melihat Chintya sedang melamun di taman. " Hai ! Baru aja.. " jawab Chintya dengan senyum ceria. " Abie lagi fitness. Sebentar aku panggilkan." ujar Yudha yang seolah mengerti maksud hati Chintya. Yudha bergegas mengendarai motor menuju tempat fitness untuk menjemput Abie. Chintya menonton televisi untuk membuang waktu menunggu Abie datang. Setengah jam kemudian, Chintya mendengar suara motor berhenti dan suara Abie yang bercanda dengan Yudha. Abie yang mengetahui keluarga Chintya tak ada di rumah segera memasuki rumah Chintya. Gadis itu pun sedang menuju teras rumahnya. Mereka bertemu di depan pintu utama rumah Chintya. Tanpa bicara Abie langsung memeluk tubuh kekasihnya dan mencium bibir Chintya dengan kerinduan yang sangat. Tanpa melepas ciumannya Abie mendorong tubuh Chintya perlahan masuk kedalam rumah . Di balik pintu ruang utama bibir mereka menyatu. Saling melumat dan menghisap dengan ciuman yang panjang dan lama. Mata Abie menangkap bayangan seseorang yang lewat di ruang tengah. Ia pun menghentikan ciuman nya lalu berbisik " Kamu ke atas ya non,, " "Abie tunggu dikamar Abie.." bisik Abie lirih. Chintya pun mengangguk. Abie langsung pura- pura berpamitan pada bik Murni. Chintya pun pura-pura beristirahat di kamar Wenny yang berada diatas. Chintya dengan lincah memanjat tembok pembatas teras depan atas menuju genteng ruang tengah lantai bawah rumahnya. Perlahan ia berjalan diantara tulang genteng atap ruang bawah menuju tembok pembatas rumah Abie dan rumahnya. Di pinggir tembok Abie telah menunggu nya. Kaki Chintya melangkah hati-hati menyeberangi pembatas antara rumah mereka. Dengan sigap Abie membantu memegang tangan chintya dan meraihnya kedalam pelukannya. Kembali mereka berciuman dengan penuh gejolak gairah anak muda. Abie menggendong Chintya dengan tanpa melepas ciumannya menuju kamar nya. Dibaringkan tubuh gadis itu di tempat tidurnya. Mereka kembali melepas kerinduan saling memeluk dan mencium. Entah berapa lama mereka mereguk kemesraan. Sampai terdengar suara Wenny yang memanggil nama Chintya. " Chintya ! Chintyaaaa!!" teriak Wenny memanggil namanya. Chintya dan Abie melepas ciumannya. " Kak Wenny !! Jadi mereka udah pulang! Haduuuh,, gimana ini?!" Chintya langsung panik. Buru- buru Chintya membetulkan dan menaikan cup bra nya yang letaknya sudah bukan pada tempatnya lalu mengancingkan baju yang sempat di buka oleh Abie. Abie pun terlihat panik. Segera setelah Chintya selesai merapikan baju dan rambutnya yang sedikit berantakan , Abie menuntunnya keluar kamar dan menuruni tangga rumah nya. Di lantai bawah rumah Abie, Chintya berpapasan dengan Santi kakak Abie yang terlihat bingung melihat Chintya dan Abie tergesa turun dari lantai atas rumahnya. Chintya tersenyum kecut dan takut - takut pada kak Santi lalu bergegas mencari pintu utama. Chintya belum sekali pun masuk ke rumah Abie . Wajar kalau ia bingung dimana pintu utama rumah itu. Abie menuntun Chintya menuju pintu utama. Dengan asal Chintya memakai sendal yang ada di rumah Abie lalu segera meninggalkan rumah Abie dan masuk kedalam rumahnya. Sekuat tenaga ia mencoba bersikap santai dan sedikit riang. Ayah dan ibu Arini melihat Chintya memasuki pintu gerbang rumahnya. Dalam hati ibu Arini bersyukur Chintya tak turun dari atas seperti dugaan suami nya. " Happy Birthday, Mom.." ujar Chintya seraya memeluk dan mencium ibu sambungnya dengan wajah ceria dan senyum terkembang. " Darimana kamu?!" tanya ayahnya. Sebelah tangan ayahnya telah siap memegang gesper untuk meluapkan kemarahan andai saja Chintya ketahuan kembali menyeberangi rumah Abie. " Habis makan bakso" jawab Chintya santai dan memeluk ayahnya juga mencium pipi kanan dan kiri sang ayah. " Kata Bik Murni kamu tidur di atas?" tanya ayahnya lagi. " Tadinya iya tidur di atas, trus laper jadi aja keluar beli bakso." jawab Chintya sambil berjalan mengambil kado dan memberikan pada ibu nya. " Terimakasih sayang.. Yuk yah kita buka kado nya " ajak ibu nya menyudahi interogasi Afrizal pada anak nya. Chintya bersyukur ibu nya pengertian dan ia terselamatkan dari ketakutan akan kemarahan ayah nya. " Kita ke rumah nenek tadi mau jemput kamu, eh kamu nya malah kesini" ucap kak Wenny. " Oh ya ?? Lagian ayah nggak telepon dulu." protes Chintya pada ayahnya membuat Afrizal merasa bersalah. Mereka pun akhirnya tak jadi merayakan ulang tahun ibu nya di puncak. Chintya terlihat panik saat ia mengganti baju dengan baju tidurnya yang terbuka rendah bagian lehernya ketika ia bercermin dan menemukan 3 buah tanda kiss mark yang di buat Abie di bagian dadanya. " Haduhhh,,, bagaimana ini??" kepanikan melanda hati gadis itu. "Chin.. buka pintu nya kakak kebelet ini." Wenny tak lagi sabar menunggu Chintya keluar dari kamar mandi. Chintya bingung bagaimana menutupi tanda kiss mark ini. Akhirnya dengan bantuan handuk yang ia kalungkan di leher, hingga menutupi belahan rendah baju tidurnya . Selamat lah ia dan bisa keluar dari kamar mandi. Sampai waktu nya mereka tidur, Wenny yang melihat Chintya tak juga melepas handuk dari lehernya menanyakan keanehan itu. " Handuk nya dilepas lah Chin.." " Mmm,, eeh iya kak nanti.." jawab Chintya gugup. Wenny mengernyitkan dahi nya seolah berpikir. Tak lama ia pun bangkit menuju lemari lalu mengambil piyama berkerah tinggi dan memberikan pada adiknya. " Nih pake piyama kakak aja, kerah nya tinggi itu, jadi kamu ngga kedinginan nanti waktu tidur." ucap Wenny. Dengan wajah bersemu merah menahan malu perlahan Chintya mengambil piyama pemberian Wenny lalu bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju. Wenny menahan senyum. Seperti nya ia tahu apa yang terjadi. Malam semakin larut bahkan menjelang pagi. Waktu telah menunjukan pukul setengah empat pagi. Chintya masih tak mampu memejamkan mata. Bayangan nya di penuhi pengalaman pertama yang diberikan Abie padanya tadi. Jantung Chintya kembali berdesir tiap kali mengingat setiap sentuhan yang Abie berikan. " Oouuhh.. Abiee.." ucap Chintya lirih. Entah bisikan setan mana, Chintya perlahan bangun dari pembaringan menuju tembok pembatas teras atas. Dengan sigap ia memanjat dan berjalan di atas genteng terus melompat ke rumah Abie. Dengan berjingkat pelan-pelan ia mengingat letak kamar Abie. Ternyata pintu kamar itu tidak di tutup. Udara utara Jakarta memang sangat panas untuk kamar yang tidak memakai AC. Rupa nya Abie tidur dengan tanpa menutup pintu agar udara malam dapat masuk ke kamarnya. Setiba nya dikamar Abie yang gelap, Chintya terperanjat kaget. Bukan hanya Abie yang tertidur disana. Lebih dari 7 orang terlihat sedang tidur. Kamar Abie yang luas memang tidak menggunakan tempat tidur. Hanya ada kasur besar dilantai beralaskan karpet. Chintya tak dapat mengenali mana Abie mana temannya. Hanya tubuh mereka yang terlihat tertidur lelap. Feeling nya menyuruhnya untuk merangkak perlahan diatas kasur mendekati wajah orang yang sedang terlelap di kasur itu. Cuma ada satu orang yang tidur di kasur. Selebihnya mereka tertidur di atas karpet. Feeling Chintya Abie lah yang tidur di kasur. Susah payah Chintya membuka mata untuk melihat wajah orang itu. Perlahan dan sangat lembut tangan nya menepuk pipi Abie yang sedang terlelap. Tanpa membuka mata tangan Abie langsung menggenggam tangan Chintya yang berada di pipinya lalu menarik tangan itu hingga Chintya terjatuh di d**a nya. Abie langsung melumat bibir Chintya dan menggulingkan tubuh Chintya hingga berada di bawah tubuh nya. Kedua sejoli di mabuk asmara itu kembali tak melewatkan kesempatan untuk mencurahkan kemesraan nya. Otak Chintya masih sempat berpikir : "bagaimana Abie tau bahwa ini aku yang membangunkannya." Sekejap kemudian Chintya kembali larut dalam kemesraan yang Abie berikan. Mereka tak memperdulikan teman-teman Abie yang terlelap di kamar itu. Dunia seolah hanya milik mereka. Beruntung Abie tak berani berbuat lebih jauh. Otaknya masih mampu memilah apa yang boleh ia lakukan dan apa yang tidak boleh ia lakukan. Hal ini yang membuat Chintya merasa nyaman bermesraan dengan Abie tanpa rasa takut Abie merenggut kehormatannya. Kokok ayam bersahutan menyambut pagi menyadarkan Chintya untuk segera kembali ke kamar kak Wenny. Abie mengantar nya dan membimbingnya menyeberangi jarak pembatas rumah mereka. Abie juga memperhatikan sampai gadis itu berhasil melewati tembok pembatas teras atas dan genteng ruang bawah. Mereka kembali sama-sama memberi tanda kiss bye setelah Chintya selamat berada di teras atas depan kamar Wenny. Langit hitam telah bercampur warna biru tanda matahari mulai menampakan sinarnya. Dengan hati berbunga Chintya kembali masuk kedalam selimut tebalnya lalu memejamkan mata. Kembali ia mengingat setiap sentuhan yang Abie lakukan..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD