First Kiss

1870 Words
Seminggu sudah hati Chintya begitu berbunga-bunga setelah ia bisa melepas kerinduannya pada Abie. Tiada hari yang ia lewati tanpa mengenang keceriaan yang mereka lakukan di malam itu. Otak Chintya berpikir keras bagaimana cara ia bisa bertemu Abie lagi seperti minggu lalu. " Kenapa sih aku lupa terus untuk tanya nomer telepon Abie..? Tiap kali ketemu aku selalu lupa apa aja yang ingin aku tanya. Huuffttt.." ucap Chintya dalam hati. Chintya lebih banyak mengurung diri dikamar. Sepertinya ia asik sendiri dengan dunia baru yang ia ciptakan bersama bayangan Abie. Sejak sore hari keinginan Chintya untuk bertemu Abie amatlah kuat. Gadis itu bingung bagaimana caranya untuk melepas kerinduannya. Sikap Chintya membuat neneknya jengkel. Dirumah nenek nya tinggal pula tante Chintya dan ke 6 anak-anak nya. Chintya yang selalu mengurung diri dikamar membuat nenek nya merasa tidak enak hati dengan tante Chintya. Gadis itu seolah memiliki dunianya sendiri tanpa perduli keadaan sekitar. Seperti hari ini, dirumah nenek Chintya semua orang sibuk bekerja di dapur memasak hidangan untuk acara syukuran nanti malam. Ada juga yang beberes rumah mempersiapkan kedatangan tamu-tamu nanti. Sedangkan Chintya tak sekalipun keluar dari kamar. " Chintya ! Buka pintu !!! " " Tok !! Tok!! Tok!!!" suara pintu digedor dengan teriakan sang nenek yang memanggilnya dengan marah. Chintya dengan malas bangun dari tempat tidur lalu membuka pintu. Setelah membuka pintu tanpa bertanya pada neneknya , Chintya kembali berbalik badan dan melangkah ke pembaringan. Hal ini membuat sang nenek semakin murka. " Lihat itu semua orang sibuk di dapur! Kamu itu harus tau diri ! Kamu tidak tinggal dengan orang tua kamu !! Jangan seenak nya dong !!!" murka neneknya. Chintya seolah disadarkan tentang siapa dirinya disini. Tiba-tiba Chintya merasa hatinya sakit. Luka yang tertoreh akibat dari perceraian orang tua nya kembali menyeruak. Ibu nya yang pergi meninggalkan nya dan kini hidup dengan keluarga nya yang baru, dan ayah yang menitipkannya disini dan memilih hidup dengan keluarga nya yang baru pula. Membuat Chintya merasa seolah tak diharapkan kehadirannya sehingga tak dipedulikan bagaimana perasaannya tanpa kedua orang tua. Seringkali Chintya iri dengan anak-anak tantenya yang bisa bermanja dan berkeluh kesah pada ibu nya. Chintya selama ini hanya bisa mencurahkan perasaannya pada buku diary nya. " Cepet keluar ! Bantu yang lain di dapur !!!" perintah nenek nya menyadarkan ia yang sedang menangis tanpa suara. Chintya beranjak keluar kamar lalu kekamar mandi untuk mencuci muka. Ia telah berganti pakaian. Neneknya melirik kearahnya. Gadis itu seolah tak mengetahui kalau ia sedang diperhatikan. Ia terus melangkah ke luar rumah tanpa menyapa siapa pun. Sang nenek mengira ia akan pergi sebentar untuk membeli sesuatu. Selanjutnya sang nenek kembali di sibukan dengan memasak makanan. Acara syukuran pun telah selesai. Para tamu berpamitan pulang. Waktu telah menunjukan pukul 10 malam. Nenek Chintya kembali teringat akan cucu nya yang sejak sore pergi dan tak ia lihat lagi keberadaannya di rumah ini. Dicarinya Chintya dikamar, namun tak ada. Ditanyakan pada semua orang pun tak ada yang melihat keberadaan Chintya. Nenek Chintya mulai khawatir akan cucu yang sebenarnya paling ia sayang. " Sekarang kamu mau kemana Chiya? Hari sudah semakin malam." tanya Abie yang mengkhawatirkan keadaan Chintya. Gadis itu terus terisak tanpa berkata apa pun. Sejak kedatangannya Chintya hanya menangis tanpa menceritakan apa yang membuat ia bersedih. " Abie antar pulang ya.." ucap lelaki yang terus menggenggam tangannya. Chintya menggeleng . " Bawa Chiya pergi Bie.." pinta nya. Semilir angin pantai dan deburan ombak pantai utara Jakarta menemani kedua remaja yang saling membisu. Abie bingung harus membawa Chintya kemana. Lama pemuda itu memandang lautan didepannya sambil berpikir. Sebelah tangannya merangkul Chintya yang merebahkan kepalanya di bahu. Abie mencoba menenangkan Chintya dengan membelai rambutnya. Lama mereka saling terdiam . Abie memalingkan wajahnya untuk menatap gadis didalam rangkulannya. Seperti ada kekuatan yang menarik bibir Abie untuk mengecup bibir gadis itu. Sesaat bibir mereka bersatu. Chintya yang belum pernah dicium seorang lelaki pun cukup tersentak dengan kecupan Abie. Ia pun memalingkan wajah untuk melihat lelaki yang telah memenuhi Seluruh hati nya. Sejenak mereka saling menatap sebelum akhirnya bibir Abie kembali mengecup dan mulai melumat bibir itu dengan ciuman yang lama dan dalam. Chintya merasa terbang ke awan. Ini pertama kali ia merasakan sensasi sebuah ciuman. Setelah kedua bibir itu terlepas dan saling menghirup udara, tiba-tiba Chintya meminta Abie mengantar nya ke Puncak ke villa keluarganya. Abie yang tak punya pilihan harus mengantar gadis itu kemana akhirnya langsung setuju. Berangkat la mereka menuju Puncak. Hati kedua nya dipenuhi bunga-bunga asmara. Menggunakan sepeda motor mereka meninggalkan Jakarta utara menuju Puncak, Bogor. Angin malam begitu dingin buat mereka yang berkendara motor tanpa jacket dan helm. Pada zaman ini, belum ada razia helm. Masih banyak pengendara motor tanpa helm dijalan raya. Chintya memeluk erat pinggang Abie yang sedang mengendarai sepeda motor. Perjalanan jauh yang mereka tempuh di hening malam menambah romantis nya hati yang sedang berbunga. Sementara itu di rumah nenek nya terjadi kepanikan. Chintya yang kabur dari rumah membuat neneknya yang lelah tak lagi merasakan kelelahannya karena dilanda kepanikan cucu tersayang nya kabur. Terbayang andai ayah nya tau pasti akan mengamuk dan menyalahkan semua tentang kaburnya Chintya. Nenek Chintya menangis sambil berdoa memohon keselamatan cucu nya. Beberapa saudara sepupu Chintya mencoba mencari ke rumah teman-teman Chintya yang mereka kenal namun tak dijumpai juga gadis itu. Tante Chintya pun mencari ke rumah ibu kandung Chintya. Ibu kandungnya pun ikut panik. Mereka semua hafal bagaimana Afrizal Mahameru begitu menyayangi Chintya. Lelaki itu pasti akan murka dan menyalahkan semua orang atas kaburnya Chintya. Malam itu tak ada satu orang pun yang dapat terpejam. Jam 2 pagi, Chintya dan Abie tiba di villa mungil milik keluarga Chintya. Rupa nya villa itu sedang disewa oleh anak-anak muda Jakarta yang sedang merayakan perpisahan kelas. Tersisa satu kamar yang memang tidak pernah disewakan. Kamar pribadi keluarga. Setelah berbasa basi dengan penjaga villa, mereka pun dipersilahkan beristirahat di kamar itu. Setelah penjaga villa pergi, Chintya mengajak Abie ke balkon kamar untuk melihat pemandangan kebun teh yang terhampar luas. " Love you, Chiyaa.." bisik Abie ditelinga gadis itu yang sedang menikmati dinginnya udara puncak dan hamparan pohon teh juga bukit di depannya. Tangan Abie memeluk Chintya dari belakang. Chintya hanyut dalam kemesraan yang Abie berikan. Gadis itu pun berbalik menghadap Abie, lalu mereka kembali berciuman. Gejolak asmara yang memabukan bagi dua sejoli yang baru jadian. Kemesraan itu kembali berlanjut di kamar tidur. Tanpa lelah dan bosan mereka berciuman hingga pagi. Beruntung Abie pemuda yang bisa menjaga mahkota seorang gadis. Hingga yang mereka lakukan tak membuat Chintya kehilangan kesuciannya. Hari hampir senja, saat Abie berpamitan untuk pulang ke Jakarta. " Beneran ya kamu cuma ambil pakaian dan nanti malam kesini lagi" ujar Chintya. " Iyaa bener sayang.. Abie pamit yaa" jawab Abie sambil mencium kening Chintya. Chintya mengantar Abie hingga ke depan gerbang Villa. Selepas Abie pergi, Chintya langsung tertidur hingga menjelang jam 3 pagi , itu pun karena Abie telah datang kembali ke villa. Sayup- sayup Chintya mendengar percakapan antara penjaga villa dan seseorang yang ia kenal suaranya. Chintya memastikan apakah benar itu suara Abie yang sedang berbincang di balkon kamarnya. Gadis itu pun bangkit menuju balkon. Betapa senangnya ia melihat Abie sedang berbicara dengan penjaga villa. Senyum dan sinar mata Chintya melukiskan kegembiraannya. Abie benar menepati janjinya untuk datang kembali. Setelah penjaga villa pamit, Chintya dan Abie saling berpelukan. " Bagaimana keadaan rumah Chiyaa Bie? Apakah ayah tau Chiyaa pergi dari rumah?" tanya Chintya. " Seperti nya belum ada yang memberi tahu. " jawab Abie sambil menahan bibirnya yang menggigil terkena udara dini hari di Puncak. " Masuk yuk, kamu kedinginan" ajak Chintya. Mereka pun masuk ke dalam kamar. Abie terdiam sambil menatap langit- langit kamar. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Sementara Chintya pun terdiam sambil memeluk Abie yang terbaring disampingnya. Lama mereka saling terdiam sampai terdengar Adzan subuh berkumandang. " Chiyaa.." " Yaa.." " Pagi ini kita pulang ya, Abie antar " " Ngga mau.." " Kasihan nenek Chiyaa.. Nenek sampai terjatuh dari boncengan motor gara-gara kakinya sudah lemas mencari kamu kemana- mana.." " Hah?! Kok kamu tau ?" " Abie sengaja datang ke rumah nenek sebelum kesini tadi. Abie minta alamat dari kak Wenny. Abie lihat kaki nenek yang bengkak akibat terjatuh dari motor . Tante kamu cerita tentang kamu yang pergi dari rumah. Nenek merasa sangat bersalah karena telah menyakiti perasaan kamu sampai kamu pergi meninggalkan rumah." Airmata gadis itu mengalir deras mendengar penjelasan Abie. Chintya tau nenek nya amat menyayangi nya. Hati nya tersentak mendengar neneknya sampai terjatuh dari boncengan motor. " Mau ya sayang ? Mereka sangat menunggu kamu pulang." " Apa kamu kasih tau kita disini?" Abie menggeleng sambil berbalik menatap wajah gadis yang berbaring disebelah nya. Perlahan Abie mencium kedua mata yang basah oleh airmata. " Abie sayang kamu,, Abie mau kita lanjutkan hubungan ini dengan baik. Abie janji akan datang ke rumah nenek setiap malam minggu." " Beneran ?!" tanya Chintya " Ya. Asal kamu janji, belajar lebih giat lagi karena sebentar lagi kamu ujian kelulusan kan.." Chintya pun tersenyum bahagia mendengar ucapan Abie. " Aku takut nenek marah.." " Kita hadapi berdua sekarang, siapa pun yang nanti akan marah. Kamu ngga sendiri Chiya.." Chintya langsung memeluk Abie melupakan rasa bahagianya. Tanpa ada komando, bibir mereka kembali menyatu dan berciuman. Gejolak asmara Kembali mereka nikamati bersama hingga matahari telah meninggi. Betapa senang Abie melihat pemandangan alam sekitar vila. Bukit kebun teh dan aneka bunga mawar di taman . Abie mengajak Chintya untuk berjalan di area perkebunan teh sekitar villa. Mereka bergandengan tangan menyusuri jalan setapak diantara rimbunan pohon teh. Mereka tampak bahagia dan mesra.Sampai pada akhirnya, sepasang mata Chintya melihat dari kejauhan sebuah mobil memasuki gerbang villa. Mobil yang amat Chintya kenal. Tak lama terlihat nenek dan tante nya keluar dari dalam mobil. Mata Chintya nanar menatap Abie. Ia merasa Abie telah membohonginya. Ternyata Abie memberitahu tentang keberadaannya di villa ini. " Jahat kamu !!" bentak Chintya sambil mendorong tubuh Abie. Chintya langsung berlari diantara pepohonan teh menuju sungai yang berada di bawahnya. Ia merasa belum siap untuk bertemu nenek dan tantenya. Abie mengejar Chintya yang berlari dengan hati yang marah padanya. " Aaaaaa...!!" Jerit Chintya. Kakinya tersandung akar pohon teh. Gadis itu pun seketika terguling kejurang menuju sungai dibawahnya. " Chiyaa !!!" Teriak Abie yang panik melihat tubuh Chintya yang jatuh terguling-guling kebawah menuju sungai. Abie semakin cepat berlari mengejar Chintya. Beruntung sekelompok anak muda yang menginap di villa keluarga Chintya, baru saja naik dari sungai menuju villa. Salah satu dari pemuda itu sengaja menangkap tubuh Chintya yang bergulingan di tanah. Abie yang berlari pun langsung meraih tubuh Chintya dari dekapan pemuda itu. Sekelompok pemuda itu ingin membantu mengangkat tubuh Chintya yang pingsan. Namun Abie menolak uluran tangan mereka. " Biar aku saja yang gendong! " ujar Abie menampik pertolongan pemuda itu. Abie menggendong tubuh Chintya hingga ke villa. " Chintya, kenapa?!" tanya nenek dan tanteny saat melihat Abie tergopoh menggendong dan meletakan Chintya di tempat tidur. " Chintya pingsan nek, tan.." jawab Abie sambil berusaha menyadarkan Chintya. Nenek Chintya menangis sambil memeluk tubuh cucu kesayangan nya. Tak lama Chintya pun tersadar. Abie melihat Nenek dan cucu saling berpelukan dan menangis. Diam-diam Abie meninggalkan kamar lalu berjalan ke balkon untuk menghirup udara. Direlung hatinya Abie bersyukur, pertemuan keluarga ini tak seseram yang dibayangkan Chintya. Menjelang sore mereka berpamitan pada penjaga villa untuk kembali ke Jakarta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD