Meggie memperhatikan Max yang tertawa mendengar jawaban darinya seolah-olah jawaban yang ia katakan adalah lolucon yang bisa membuat seorang pria tua yang begitu disegani tertawa dengan keras, sementara Bram melotot jengkel ke arahnya. “Dari kata-katamu aku berpikir kalau saat ini adalah sebuah penurunan kwalitas dari seorang Bramasta Wijaya. Katakan! Apa kekurangan Bramasta? Apa yang tidak dimilikinya sampai kamu tidak yakin?” tanya Max geli. “Kekurangannya. Aku merasa Bram belum bisa melepaskan dirinya dari para wanita yang mengaguminya. Dan sebagai wanita aku menganggapnya suatu kekurangan,” jawab Meggie yakin. Dengan cepat Max menilai ucapan Meggie. Wanita yang memiliki semangat berbeda dari wanita lainnya. “Aku menyukai sikapmu.” “Terima kasih,” jawab Meg