Empat Belas- Pengakuan Terdakwa (Dua)

2195 Words
Benar-benar strategi yang sangat klasik. Memadukan antara polisi baik dan polisi buruk. Dan Furuya tahu persis apa yang sedang terjadi. Oleh karena Yoshio lebih bisa untuk bersikap sopan, Furuya lebih memilih untuk mengobrol dengannya. Sekejap mereka tidak membicarakan mengenai kasus. Furuya meminta minuman dan makanan apa saja yang sekiranya ada. Yoshio pergi untuk mengambilkannya. Furuya memiliki seorang teman baik bernama Tatsuya Kimura. Sejak kelas tujuh, mereka sudah bermain futbol bersama. Tetapi sebelum tahun sekolahnya berakhir, Tatsuya terlibat masalah hukum, tepatnya di musim panas. Dia terciduk dalam masalah penjualan n*****a. Alhasil dia dipenjara. Tatsuya tidak menyelesaikan sekolahnya. Dia bekerja di toko bahan pangan di Kanto. Polisi mengetahui kalau Tatsuya pulang kerja setiap pukul sepuluh malam. Dua orang dari kepolisian, lengkap berseragam sedang menunggunya. Saat itu toko sudah tutup. Salah satu polisi itu menyerukan pertanyaan yang sama persis ketika dengan Furuya dulu. Apakah dia mau secara sukarela diajak ke kantor polisi untuk dimintai keterangan mengenai Bella Stefa? Tatsuya terlihat ragu-ragu. Hal ini lantas membuat polisi sempat curiga. Mereka juga memberitahunya bahwa salah seorang temannya, Furuya, sudah ada di sana dan membutuhkan pertolongannya. Tatsuya memilih untuk melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Dia menumpang mobil polisi di bagian jok belakang. Setibanya di kantor polisi, Tatsuya ditempatkan di sebuah ruangan yang berjarak sekitar dua pintu dari ruangan yang ditempati Furuya. Ruangan itu di salah satu sisi penyekat terdapat jendela besar yang berkaca. Polisi bisa melihat mereka, namun si tersangka tidak. Ruangan itu juga dilengkapi alat perekam. Tentu saja untuk memudahkan interogasi. Kali ini yang menginterogasi Tatsuya bukanlah Detektif Bonjamin, melainkan Sishio, yang sama-sama bekerja di Departemen Kepolisian. Detekktif itu menanyakan pada Tatsuya tentang beberapa pertanyaan umum yang sifatnya tidak menyerang. Tatsuya dengan cepat melepaskan hak-haknya. Sishio bertanya tentang gadis-gadis, siapa yang mengencani siapa. Sementara Tatsuya mengatakan bahwa dirinya hampir tidak mengenal Stefa, dan tidak pernah melihat gadis itu selama bertahun-tahun. Dia menyela dengan mengatakan bahwa teman baiknya, Furuya Satoru berpacaran dengan gadis itu. Kira-kira sekitar tiga puluh menit bertanya, Sishio meninggalkan ruangan. Tatsuya tetap duduk di meja sambil menunggu. Sementara itu, di ruangan paduan suara, Furuya Satoru mendapatkan gertakan baru. Bonjamin memberitahunya bahwa dari pihak kepolisian memiliki seorang saksi mata yang bersedia memberikan keterangannya bahwa Furuya dan Tetsuya menyambar Stefa dan memerkosanya di jok belakang mobil van ford hijau itu, kemudian melemparkan gadis itu ke luar jembatan menuju Sungai Merah. Mendengar informasi itu, Furuya tertawa tidak ada habisnya. Tawa itu justru membuat Detektif Bonjamin jengkel. Furuya kemudian menjelaskan tentang tawanya itu. Bahwa dia tidak sedang menertawai seorang gadis yang mati, melainkan tertawa karena khayalan yang diciptakan oleh Bonjamin itu. Apabila memang Bonjamin memang mempunyai seorang saksi mata, itu berarti dia bodoh karena telah mempercayai seseorang yang berdusta. Di sisi lain, kedua laki-laki itu saling memaki bahwa masing-masing di antaranya adalah pembohong. Situasi menjadi semakin memburuk. Tidak lama setelah itu, Sishio masuk ruangan dan memberitahu Bonjamin dan Yoshio bahwa Tatsuya telah diamankan. Bonjamin menyambut dengan girang. Kemudian dia kembali meninggalkan ruangan. Beberapa saat kemudian, Bonjamin kembali masuk ruangan. Dia melanjutkan pertanyaan-pertanyaan. Kali ini sepertinya bukan bernada tanya, tapi mencecar tuduhan. Dia menuduh Furuya sebagai dalang pembunuhan. Furuya selalu menyangkal. Dan setiap Furuya menyangkal, Bonjamin selalu mengatakan bahwa Furuya berdusta. Bonjamin mengatakan bahwa dirinya tahu pasti bahwa Furuya dan Tatsuya telah memerkosa gadis itu dan membunuhnya. Dan jika Furuya ingin membuktikan ketidakterlibatannya dalam kasus ini, maka dia harus memulai dengan poligraf. Sebuah jenis tes untuk mendeteksi kebohongan. Tes itu tak bisa dimanipulasi atau dikelabui. Furuya sempat mencurigai tes itu. Namun dia berpikir sejenak bahwa tes itu mungkin sebuah ide bagus, sebuah cara cepat untuk mengakhiri drama ini. Dia tahu bahwa dirinya tak bersalah. Dan dia yakin kalau dirinya akan mampu lolos tes itu. Serta dengan melakukan tes itu, dia bisa segera menyingkirkan sosok Bonjamin yang menjengkelkan itu. Furuya Satoru setuju untuk menjalani tes itu. Melalui standar interogasi dari pihak kepolisian, sebagian orang yang tidak bersalah merasa mudah untuk menjalani serangkaian tes yang diminta demi kepentingan interogasi. Mereka tidak mempunyai hal apapun yang perlu disembunyikan, karena memang tidak ada yang bisa ditutup-tutupi dan mereka ingin sekali membuktikan ketidakbersalahannya. Sementara para tersangka yang bersalah justru sulit sekali untuk melewati prosedur pemeriksaan, pertanyaannya banyak, dan alasannya jelas. Furuya Satoru diajak ke ruangan lain dan diperkenalkan pada seorang Detektif, namanya Detektif Hiragi—di mana dia sedang ada di rumah ketika Detektif Sishio menelepon. Hiragi adalah seorang detektif yang ahli poligraf departemen, dan dia bersikeras agar Bonjamin, Yoshio, dan Sishio agar berkenan meninggalkan ruangan. Hiragi ini mempunyai kepribadian yang lembut, benar-benar sopan, bahkan dia meminta maaf pada tiga detektif itu karena harus melakukan pemeriksaan pada Furuya. Dia menjelaskan semuanya, prosedur, laporan, kemudian mulai menghidupkan mesin, dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan bagi Furuya tentang keterlibatannya dalam kasus Bella Stefa. Kira-kira pemeriksaan itu berlangsung sekitar satu jam. Ketika pertanyaan-pertanyaan dirasa sudah tidak ada lagi, Hiragi memutuskan pemeriksaan telah selesai. Hanya tinggal menunggu hasilnya yang akan keluar setelah beberapa menit. Furuya Satoru dibawa kembali ke ruangan paduan suara. Berselang beberapa menit, hasil itu keluar dan membuktikan bahwa Furuya Satoru mengatakan hal-hal yang sebenarnya. Bagaimanapun, hukum, seperti diputuskan oleh Mahkamah Agung, mengizinkan polisi untuk melakukan berbagai macam praktik kedetektifan demi keperluan interogasi. Termasuk mereka boleh berbohong dengan sengaja. Ketika Bonjamin sudah berada di ruang paduan suara, dia mengamati hasil tes poligraf itu. Dia melemparkannya pada Furuya, dan memukul wajahnya, serta menyebut dirinya “pembohong biadab”. Sekarang mereka memiliki buktik kalau Furuya Satoru telah berdusta. Mereka telah mempunyai bukti kalau Furuya Satoru menyergap manta kekasihnya, memerkosanya dan membunuhnya secara keji, dan melemparkan mayatnya ke Sungai Merah. Bonjamin kembali memungut kertas itu dan mengusap-usap kertas itu ke wajah Furuya. Dan dia berjanji bahwa apabila dewan juri melihat kertas grafik hasil tes poligraf itu, mereka pasti akan menyalahkan Furuya dan memberinya hukuman mati. Kau akan menerima suntikan itu, kata Bonjamin berulang kali. Sebuah dusta yang lain, bahwa tes poligraf itu sudah terkenal tak bisa dipercaya, sehingga baik hasilnya pun tidak bisa digunakan dalam persidangan. Furuya Satoru tercengang. Dia sekejap merasa kepayahan untuk membuka mulut. Dia begitu bingun dan merasa hampir pingsan. Semenatra Bonjamin duduk dengan lunak di sudut. Dia berkata bahwa dalam setiap kasus yang melibatkan kejahatan-kejahatan mengerikan—terutama yang dilakukan oleh orang baik dan sopan—si pembunuh secara tidak sadar telah memblokir perbuatan itu dari ingatannya. Ini sudah kejadian umum. Bagi Bonjamin yang telah memiliki serangkaian pelatihan dan pengalaman, dia sudah sering melihatnya. Menurut dugaannya, Furuya sangat menyukai Stefa, bahkan mencintainya, dan tidak berencana melukai gadis itu. Tapi situasi menjadi tidak terkendali. Furuya Satoru hilang kesadaran. Bella Stefa mati sebelum Furuya Satoru menyadarinya. Lalu dia merasa trauma, dan rasa bersalah membungkus dirinya. Oleh karena itu, dia berusaha memblokirnya. Furuya masih berusaha menyangkal. Dia sangat penat, lehernya sudah terlalu lama menyangga kepalanya. Dia merebahkan kepalanya di atas meja. Bonjamin menggebrak meja keras-keras dan membuat tersangkanya terhentak. Bonjamin masih gencar mengatakan bahwa Furuya adalah dalang dari kasus itu. Mengancam-ancam dengan mengatakan kalau dia punya saksi mata dan cukup bukti, dan Furuya akan dipastikan mati dalam tempo lima tahun. Para jaksa penuntut umum di Kanto punya banyak cara agar eksekusi itu tak perlu ditunda-tunda. Bonjamin mencoba merangsang mental Furuya terkait hal-hal tragis. Dia meminta Furuya untuk membayangkan tentang ibunya, di mana ibunya sedang duduk di ruangan saksi mata, melambaikan tangannya untuk yang terakhir kalinya, menangis tersedu-sedu, sementara para Furuya sedang diikat dan disuntikkan sebuah cairan yang akan mampu mengakhiri hidupnya dalam sekejap. Dia pasti mati. Tapi ada pilihan, kata Bonjamin. Jika Furuya berkenan untuk mengaku bahwa dirinya bersalah, maka Bonjamin akan memastikan bahwa dia tidak akan menerima hukuman mati. Sebagai gantinya, Furuya akan mendapatkan hukuman penjara seumur hidup tanpa ada kemungkinan bebas, meskipun tidak begitu melegakan, setidaknya dia masih bisa menulis surat untuk ibunya dan masih bisa saling bertemu dua kali sebulan. Sekitar tengah malam, Detektif Sishio mengatakan kalau Tatsuya “membuka mulut”. Bonjamin girang lagi. Lalu dia meninggalkan ruangan dengan kesan dramatis. Tatsuya berdiam sendirian di ruangan yang terkunci. Dia jengkel karena merasa terlupakan. Dia tidak bertemu atau berbicara dengan siapapun selama satu jam. Taiga menemukan mobil van ford hijaunya diparkir di penjara kota. Dia sudah menyusuri jalanan selama berjam-jam dan akhirnya lega karena mendapati mobil itu. Dia agaknya juga khawatir dengan anak laki-lakinya serta masalah yang akan ditimbulkannya. Penjara kota Kanto ada di gedung sekolah dan menjadi satu dengan kantor polisi. Taiga langsung menyasar ke penjara dan dia bingung bahwa anak laki-lakinya tidak ada di sana. Lantas dia diberitahu kalau anaknya belum diproses. Ada sekitar 62 tahanan yang ada di sana, dan di antaranya tidak ada yang bernama Furuya Satoru. Sipir penjara, polisi muda mengenal nama Furuya dan dia cukup membantu. Sipir penjara menyarankan agar Taiga memeriksa gedung sebelah. Taiga menurut. Tetapi meskipun begitu masih cukup merumitkan. Pada saat itu tepat pukul tengah malam, dan pintu depan kantor polisi terkunci. Taiga memberitahu istrinya untuk memberi kabar, sembari itu dia berpikir untuk mencari cara bagaimana supaya dia bisa masuk ke dalam. Berselang beberapa menit, terdengar mobil polisi yang berhenti di parkiran. Dua orang berseragam kemudian muncul dari dalam mobil. Mereka berbicara dengan Taiga, dan Taiga menjelaskan apa yang tengah dilakukannya. Setelah berbincang sedikit, Taiga diajak masuk ke dalam ruangan, lalu dia disuruh untuk menunggu di lobi. Kedua petugas berseragam itu lalu mencari nama yang dimaksud oleh Taiga. Tidak lama, dua orang berseragam itu kembali lagi dan berkata bahwa Furuya Satoru sedang ditanyai. Kenapa? Tentang apa? Dua orang itu tidak menahu. Taiga menunggu. Dia berusaha menghibur diri, paling tidak anak laki-lakinya baik-baik saja. Kerapuhan Furuya dimulai ketika Bonjamin menyodorkan foto ukuran 8R di mana mentereng foto Bella Stefa di sana. Furuya yang penat, sendirian dirundung ketakutan, tak kuasa melihat wajah gadis itu dan kemudian menangis. Detektif Bonjamin dan Yoshio saling melempar senyum satu sama lain. Furuya menangis tersengal-sengal sebelum akhirnya dia meminta izin ke toilet. Mereka mengikuti Furuya Satoru menyusuri selasar dan berhenti sejenak di jendela agar dia bisa melihat Tatsuya yang duduk di belakang meja, memegangi pena dan menulis di sebuah buku tulis milik polisi. Furuya kaget, sedikit tak percaya, dia menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri. Tatsuya Kimura menulis selembar laporan di mana dia membantah tentang keterlibatannya dalam kasus hilangnya Bella Stefa. Laporan tersebut, entah bagaimana tidak pernah ditemukan lagi di Departemen Kepolisian Kanto. Kembali ke ruang paduan suara, bahwa Bonjamin kembali menekankan pada Furuya bahwa Tatsuya, kawan baiknya telah menandatangani selembar pernyataan dan terlah bersumpah kalau Furuya berpacaran dengan Stefa, dan dia tergila-gila dengan Stefa, namun Stefa khawatir dengan hubungannya dan berusaha memutuskan hubungan. Furuya Satoru menjadi putus asa dan mulai menguntit gadis itu. Tatsuya khawatir dengan kemungkinan kalau Furuya akan melukai Stefa. Bonjamin seolah-olah memainkan dramatikalnya dengan sangat baik. Dia membaca secarik kertas seolah-olah itu adalah memang pernyataan Tatsuya. Furuya tak percaya, dia menggeleng dan memejamkan mata. Dia bertahan di situasi itu dan memahami apa yang sedang terjadi. Tapi kinerja pikirannya jauh lebih lambat. Dia didesak oleh ketakutan, diselimuti keletihan. Furuya kembali bertanya, apakah dia boleh pergi atau tidak. Bonjamin malah meneriakinya. Dia bilang bahwa Furuya adalah tersangka utama mereka. Furuya tidak boleh pergi ke manapun. Furuya bertanya apakah dirinya memerlukan pengacara, Bonjamin dengan nada memaki menjawab tentu saja tidak. Sekalipun dia punya pengacara pun, tetap tidak bisa membuktikan apa-apa. Pengacara tidak bisa mengembalikan nyawa Stefa, pengacara tidak bisa menyelamatkan hidupmu, kecuali kami. Catatan-catatan Yoshio tidak menyertakan pembicaraan tentang Pengacara. Sekitar pukul 2 pagi, Tatsuya Kimura diizinkan pulang dan ditemani Detektif Sishio melalui pintu samping untuk bertemu dengan Taiga di lobi. Para detektif yang ada di bawah tanah sebelumnya sudah menyerukan bahwa ayah si tersangka ada di gedung dan ingin menemuinya. Dan hal ini disangkal berulang kali di bawah sumpah. Yoshio mulai lelah dan dia digantikan oleh Sishio. Selama tiga jam ke depan, Sishio yang menulis sejumlah laporan. Sementara Yoshio tidur sebentar. Bonjamin semakin gila-gilaan mencecar tersangkanya, dia terlihat semakin bersemangat. Dia hampir mematahkan pertahanan si tersangka. Di dalam benaknya dia sambil membayangkan kalau sebentar lagi dia akan menjadi pahlawan karena usai menyelesaikan sebuah kasus populer. Dia menawarkan Furuya untuk menjalani tes poligraf sekali lagi. Kali ini terbatas pada pertanyaan-pertanyaan terkait keberadaannya pada hari Jumat tanggal 4 Desember malam. Reaksi pertama kali Furuya adalah dengan menolaknya. Dia menjadi tidak percaya dengan mesin itu. Tapi dengan alasan bahwa dia ingin segera menjauh dari Bonjamin, dia melakukannya. Apa saja untuk menyingkirkan polisi gila itu dari hadapannya. Detektif Hiragi dengan lihai menyambungkan dirinya ke mesin itu sekali lagi. Kemudian dia memberikan sejumlah pertanyaan. Poligraf itu mengeluarkan suara, dan perlahan-lahan kertas grafiknya menggulung keluar. Furuya menatapnya agak sedikit bingung. Dan satu hal lagi yang dia mengerti kalau hasil dari tes itu tidak benar-benar bagus. Sekali lagi, tes itu bisa membuktikan kalau dia mengatakan hal yang sebenarnya. Dia sedang ada di rumah pada Jumat malam itu, dia tengah menjaga adik perempuannya dan tidak pernah keluar. Ketika Furuya kembali dari ruangan tes poligraf, Bonjamin menarik kursinya begitu dekat sampai lutut mereka bersentuhan. Bonjamin kembali mengumpati Furuya. Dia memberitahu bahwa Furuya telah gagal dalam tes kedua itu, bukan hanya itu, dia mengatakan lebih jelas lagi bahwa Furuya telah gagal total.Untuk pertama kalinya, Bonjamin menghunjamkan telunjuknya ke d**a Furuya. Sementara Furuya bereaksi dengan menepis tangan Bonjamin. Sorot matanya jelas-jelas ingin memberitahu kalau dia siap bertarung. Sishio maju dengan sebuah Taser. Entah kenapa detektif itu terlihat seperti ingin sekali mencoba senjata itu, tapi tidak jadi. Kedua detektif itu hanya bisa mengumpat dan melemparkan ancaman-ancaman pada Furuya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD