Sebelum diserbu pertanyaan, Eijun menghampiri pagar pemisah dan memegang tengan Minami Satoru. Perempuan itu berdiri dan berjalan kaku ke podium, Eijun berdiri di sampingnya. Dia mendekatkan mikrofon sedikit dan mengatakan, “Namaku Minami Satoru. Furuya Satoru adalah anak laki-lakiku. Tidak banyak yang ingin aku katakan saat ini. Keluargaku sedang berduka. Kami mengalami syok berat. Namun aku meminta kepada kalian semua, aku meminta kepada penduduk di kota ini, hentikan kekerasan. Hentikan kebakaran dan pelemparan batu, pertikaian dan ancaman-ancaman. Tolong hentikan semua itu. Semua itu sama sekali tidak ada gunanya. Benar, kami marah. Benar, bahwa kami terluka, namun sekali lagi, kekerasan tidak ada gunanya. Aku meminta kepada saudara-saudaraku untuk menurunkan tangan kalian, untuk menghormati setiap orang, dan pergi dari jalanan. Kekerasan tidak memberikan apa pun selain mencoreng kehormatan anakku.”
Eijun membimbingnya kembali ke tempat duduk, lalu tersenyum kepada para hadirin dan mengatakan, “Sekarang, ada yang ingin mengajukan pertanyaan?”
***
Ichiro Ozawa turut bergabung dengan keluarga Stefanus untuh sebuah sarapan—padahal sudah masuk waktu siang—yang dimeriahkan oleh panekuk dan sosis. Anak-anak itu makan dengan lahap dan cepat, setelah itu mereka kembali ke permainan video mereka. Kiki membuat satu kopi lagi dan mulai menyingkirkan peralatan di meja makan sekaligus mengelapnya. Mereka membicarakan mengenai pertemuan pers, presentasi Robert Eijun yang cemerlang tentang kasus, dan beberapa komentar Minami Stefa yang menyayat hati. Ichiro penasaran soal Kanto, khususnya soal kebakaran dan setiap kekerasan yang ada di sana. Tapi sayangnya, Ivan tak begitu punya banyak informasi tentang apa yang Ichiro ingin ketahui itu. Dia memang merasakan ada ketegangan, kerihan, mencium bau asap, mendengar suara helikopter, tapi tidak banyak yang dia lihat di Kanto seperti apa kekerasan itu.
Dengan ditemani secangkir kopi, mereka bertiga duduk di seputar meja dan membicarakan perjalanan yang sangat menarik dari Ivan dan keberadaan siapa itu Harry Kazuya. Kendati demikian, Ivan menjadi bosan dengan setiap detail kisah itu. Ada beberapa masalah lain yang juga mengusik pikirannya, dan Ichiro siap untuk pembicaraan itu.
“Nah pengacara, seberapa besar masalahku?” tanya Ivan.
“Terkadang hukum itu membingungkan. Tak selalu pasti. Apalagi dalam masalah kau ini. Tak ada larangan khusus mengenai membantu seorang tahanan yang bersalah dalam percobaannya melanggar ketentuan pembebasan bersyaratnya…”
“Itu bukan lagi percobaan. Tapi sudah terjadi.” Ivan menyela mencoba untuk membenarkan.
“Ya, tapi hal itu tetap saja bertentangan dengan hukum. Pasal-pasal yang berlaku cuma menyebutkan tentang menghalangi hukum, yang mana dapat menyangkut pula berbagai macam tindakan, karena akan sangat tidak mungkin apabila menyebutkannya satu per satu. Dengan membantu membawa keluar Harry Kazuya dari yurisdiksi Yamaguchi ini, juga disertai pemahaman kalau hal itu melanggar setiap ketentuan pembebasan bersyaratnya, kau memang sudah melanggar hukum.”
“Seberapa besar ketentuan yang sudah aku langgar?”
Ichiro hanya mengedikkan bahunya, mengernyit, dan mengaduk kopinya dengan sendok kecil. “Itu merupakan kejahatan pidana, tapi tak begitu serius. Dan bukan jenis kejahatan yang membuat kami, para pengacara senang jika diminta jadi pendamping.”
“Kami?” tanya Kiki.
“Maksudku, jaksa penuntut. Kejaksaan memiki yurisdiksinya sendiri, kantor yang berbeda. Kalau aku sih, dengan pemerintah kota.”
“Kejahatan pidana?” tanya Ivan.
“Mungkin. Tampaknya tak ada orang di Fukui yang tahu mengenai kepergianmu ke Kanto. Kau berhasil menghindari semua kamera, dan aku belum menemukan namamu di mana-mana,” kata Ichiro.
“Tapi kau tahu, Ichiro,” kata Kiki.
“Ya, dan aku rasa hal itu, kalau secara teknis, aku harus lapor ke polisi, menyerahkan dirimu. Tapi bukan seperti itu cara kerjanya. Kami cuma bisa menangani kejahatan dalam hal tertentu. Kami terpaksa memilih dan memilah. Ini bukan sebuah pelanggaran yang ingin ditangani oleh jaksa penuntut mana pun.”
“Aku mengerti. Tapi di sini ada yang berbeda. Harry Kazuya saat ini bisa dibilang merupakan penjahat terkenal,” kata Kiki. “Ini cuma masalah waktu saja sebelum para reporter itu menguraikan ceritanya. Dia melanggar ketentuan pembebasan bersyaratnya, kemudian melarikan diri ke Kanto dan kita telah melihat wajahnya selama tiga hari sekarang.”
“Ada benarnya. Tapi siapa yang dapat menghubungkan Ivan dengan Harry?”
“Beberapa orang di Kanto,” kata Ivan.
“Ya, tapi aku ragu apabila mereka peduli dengan apa yang terjadi di sini. Dan beberapa orang yang kau maksud itu ada di pihak kita bukan?”
“Aku rasa, iya,” kata Ivan.
“Jadi kemungkinan siapa yang akan membuat hubungan itu? Apa adakah orang yang melihat kau dengan Harry?” tanya Ichiro.
“Gimana dengan orang yang ada di rumah singgah itu?” tanya Kiki.
“Bisa jadi,” kata Ivan. “Aku mampir ke sana beberapa kali untuk mencari Harry. Aku menandatangani buku tamu, dan di sana ada seorang resepsionis, aku lupa namanya, oh ya, Denis, namanya, dia juga tahu namaku.”
“Tapi dia tak melihat kau berada dalam satu mobil dengan Harry pada larut malam di hari rabu itu, kan?”
“Tak ada satu pun yang melihat kami hari itu. Ketika itu telah lewat tengah malam.”
Ichiro mengangkat pundaknya, merasa lega. Mereka bertiga sama-sama menikmati kopi masing-masing selama beberapa saat, lalu Ivan mengatakan, “Aku dapat membuat hubungan itu, Ichiro. Aku tahu bahwa aku telah melanggar hukum saat aku pergi dengan Harry karena kau telah menjelaskan itu padaku. Aku telah mengambil opsi. Pada waktu itu, aku tahu bahwa aku sedang melakukan hal yang benar. Aku tak memiliki penyesalan yang perlu aku rasakan saat ini, asal jika Harry ditemukan sebelum dia sempat menyakiti orang lain. Namun jika dia tidak bisa ditemukan, dan jika ada orang lain yang terluka, maka aku akan mempunyai begitu besar penyesalan. Aku tak ingin hidup dengan kesadaran kalau aku mungkin sudah melakukan tindakan criminal. Kita harus membereskannya.”
Kiki dan Ivan sama-sama memandang ke arah Ichiro. “Aku juga memikirkan hal yang sama,” kata Ichiro.
“Aku tak ingin melarikan diri dari ini,” kaya Ivan.
“Dan juga kami tak ingin hidup di bawah goncangan rasa bersalah karena seorang polisi akan mengetuk pintu rumah kami. Ayo kita hadapi saja sekarang/”
Ichiro menggeleng dan mengatakan, “Baiklah, kalau begitu kau akan membutuhkan pengacara dalam hal ini.”
“Bagaimana denganmu?” tanya Kiki.
“Seorang pengacara pembela, seperti dalam pembelaan perbuatan criminal. Sedangkan aku? Aku saat ini ada di pihak lain, dan terus terang saja, aku bisa lebih membantu dari sana.”
“Apa mungkin Ivan berpeluang dijebloskan ke penjara?” tanya Kiki.
“Kau suka berterus terang, kan?” tanya Ivan sambil tersenyum. Kiki tak tersenyum. Matanya mulai berkaca-kaca.
Ichiro meregangkan kedua lengannya di atas kepala, lalu mencondongkan maju dan menopangkan siku-siku. “Ini scenario terburukku. Bukannya aku meramal begini lho, cuma contoh kasus terburuk saja. Jika kau mengakui perananmu dalam mengajak Harry ke Kanto, bersiap-siaplah menghadapi sejumlah pemaparan. Lalu, jika Harry memerkosa perempuan lain, maka semuanya akan gempar. Aku dapat membayangkan Jaksa Penuntut Umum akan mencecarmu dengan membabi-buta, namun aku tidak bisa, dalam skenario apa pun, membayangkan dirimu masuk penjara. Kau mungkin harus mengaku bersalah, mendapat hukum percobaan, membayar sejumlah denda kecil, tapi aku meragukan itu semua.”
“Aku harus berdiri di ruang sidang, dan di hadapan hakim, juga mengaku bahwa diriku bersalah?”
“Ya, biasanya itu yang terjadi.”
Ivan memegang tangan Kiki di meja. Masing-masing merenung dengan serius, lalu Kiki mengatakan, “Jika saja kau yang di posisi Ivan, apa yang akan kau lakukan, Ichiro?”
“Ya, menyewa pengacara, dan berdoa supaya Harry entah dalam keadaan mati atau sakit parah, untuk tidak lagi menyerang seseorang.”