When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dalam kamarnya, Jovita Hara kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang, melihat cairan merah yang mengalir deras dari d**a Leon membuat lututnya tidak mampu menopang tubuhnya. ‘Masih banyak yang ingin aku lakukan, tapi lelaki keras kepala itu membuat pekerjaanku tertunda, aku akan membuka email ayah, aku yakin seseorang pernah mengirim sesuatu ke email ayah. Aku akan memberikan itu pada bang Tigor. Aku harus mencari tahu bagaimana kelanjutannya, apakah bang Tigor, bisa memasukkan lelaki tua itu ke penjara?’ Hara membatin. Ia ingin menghubungi Tigor sang pengacara yang ia sewa, tetapi saat mencari benda persegi empat itu, mendadak tidak ada. “Aiiis kemana sih?” Jovita mencari di sekeliling ranjang di bawah bantal, selimut, di bawah ranjang, tapi tidak ketemu. "Apa Leon ....?" Disisi l