When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Leon menunggu Jovita Hara bernyanyi dengan gelisah “Apa masih lama?” tanya Leon pada Hilda yang berdiri di belakang meja, wanita berwajah tegas itu melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. “ Lima menit lagi Pak,” ujar Hilda pelan. Leon menarik dasi yang terasa mencekik lehernya dan meneguk air dalam gelas. Ia merasa sangat gugup terakhir ia melihat Hara saat wanita cantik itu, salah masuk ke kakamarnya, tidak lama kemudian. Hingga akhirnya yang tunggu akhirnya muncul, ia menoleh saat tepuk tangan dari tamu yang datang riuh menyambut Hara. Ia naik ke panggung di papah seorang petugas hotel, tetapi kali ini Hara tidak tampil sendiri, dan penampilannya juga saat berbeda kali ini, ia sangat cantik dengan gaun pilihan Hilda, seorang pianis ikut andil menemaninya untuk tampil . Biasa