When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam itu Leon memilih membawa perasaan sakit itu dalam minuman, ia menghabiskan alkohol begitu banyak, berharap bisa melupakan semuanya. “Saya sangat membenci kalian semua. Dengar gadis bodoh. Seandainya ayahmu tidak memintaku menjagamu, di saat-saat terakhirnya saya tidak akan mati-matian menyelamatkanmu. Karena sebenarnya saya masih marah." Praaang! Botol yang ketiga yang di lempar Leon. “Kamu tidak pantas menitipkan putrimu padaku setelah apa yang kamu lakukan pada kakak perempuanku! Saya sangat marah padamu!” Leon berjala sempoyongan di kamarnya. Ada lagi rahasia Leon satu lagi; Flashback Ternyata malam itu, saat keluarga Jovita di habisi, setelah ia menyekap mulut Jovita dan menyembunyikannya di belakang rumah. Leon kembali lagi ke rumah ingin memperjelas siapa yang membunuh