When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Mendengar Jovita sadar. Leon buru-buru menuju rumah sakit, ia bahkan tidak menginjakkan kaki ke rumah, setelah menjadikan tubuh kedua anak buahnya sebagai samsak tinju dan menghajarnya sampai sekarat, ia meninggalkan gudang. Tanpa di apa-apain pun kedua lelaki yang mengalami luka dalam itu, pasti akan meninggal juga, bahkan saat tali itu di buka salah satu dari mereka sudah tidak bergerak lagi. Pukulan-pukuk hook kuat yang diberikan Leon tepat mengenai ulu hati salah satu dari mereka dan tewas saat itu juga. * Leon berjalan menuju ruangan Jovita. “Bagaimana?” Tanya Leon saat ia bertemu dr. Billy di pintu . “Syukurlah dia sudah sadar” “Lalu … bagaimana dengan matanya?” “Sepertinya kebutaan itu hanya sementara, terapinya saraf berhasil. Bersabarlah Pak Leon, dokter lagi berusaha kera