Fany kembali ke meja kerjanya, setelah itu ia membuat desain yang ia inginkan untuk mengasah kemampuannya.
"Suatu saat nanti desain ku pasti akan terkenal juga. Aku harus yakin itu" Batinku.
Ketika sedang serius menggambar tiba-tiba rekan kerjanya meminta tolong pada Fany.
"Fany, tolong foto copy kan ini" Ujar salah seorang rekan kerjanya.
"Baik" Ucapku.
Selama Fany belum mendapatkan tugas dari Eliana, ia membantu rekan kerjanya.
Pukul 18.30, waktunya Fany pulang kerja. Setelah merapikan meja kerjanya, Fany beranjak menuju lift.
Tap Tap Tap
Fany sampai di depan lift, ia menekan tombol turun. Setelah menunggu beberapa menit, lift berada di lantai 7.
Ting
Pintu lift terbuka, beberapa orang yang berada di lantai 7 termasuk Fany masuk ke dalam lift. Salah satu karyawan telah menekan angka 1, jadi Fany tidak perlu menekan angka untuk turun.
Lift berjalan turun, sebelum sampai di lantai 1 beberapa kali lift berhenti karena karyawan di lantai sebelum Fany juga akan pulang. Akhirnya lift sampai di lantai 1.
Ting
Pintu lift terbuka, beberapa orang dan juga Fany keluar dari lift. Fany berjalan ke halte.
Tap Tap Tap
Seperti biasanya, Fany menggunakan headset dan mendengarkan musik. Ketika sedang menunggu bus tiba-tiba ponselnya bergetar.
Drrttt~ Drrttt~
Fany mengambil ponselnya yang berada di saku, lalu ia melihat layar ponselnya ternyata Raka yang menelfonnya.
Bip
"Halo" Ucapku.
"Halo, Fany" Ujar Raka.
"Iya, ada apa Raka?" Ucapku.
"Apa kamu sibuk?" Tanyanya.
"Tidak, aku baru saja pulang kerja" Ucapku. "Ada apa?" Tanyaku.
"Aku hanya ingin bicara denganmu sebentar, apa bisa?" Ujarnya.
"Tentu saja" Ucapku.
Raka mulai bicara dengan Fany, tidak lama bus yang Fany tunggu datang jadi selama perjalanan pulang Fany di temani oleh Raka.
Selama liburan ini Raka lebih sering menghubungi Fany, karena ia sedang tidak sibuk di Indonesia, sedangkan Alifa dan Ina sedang sedikit sibuk.
Terkadang Fany juga menyempatkan untuk menghubungi teman-temannya hanya sekedar bertukar cerita.
***
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, selama satu bulan ini Fany menjalani pekerjaannya dengan baik, ia mulai terbiasa bekerja di F Fashion.
Kegiatan yang Fany lakukan setiap hari membuat ia jadi terbiasa. Sesekali ketika Fany merasa bosan dengan kegiatan itu, ia harus mencari suasana baru.
Terkadang Fany melakukan hal yang baru seperti makan di luar kantor, bawa bekal sendiri atau waktu pulang kerja ia tidak langsung pulang ke apartemennya tapi jalan-jalan sebentar.
Siang ini ketika istirahat, Fany berjalan ke Cafetaria sendirian untuk membeli minum dan juga roti.
Tap Tap Tap
Ketika sampai di cafetaria ia membeli yang ia inginkan, setelah itu Fany kembali ke lantai 7.
Ting
Fany sampai di lantai 7, ia berjalan menuju meja kerjanya. Fany lebih suka makan di meja kerjanya daripada di cafetaria.
Ketika sedang makan tiba-tiba ponselnya bergetar.
Drrttt~ Drrttt~
"Siapa yang telfon?" Fikirku.
Ketika Fany melihat layar ponselnya ternyata Ina yang menelfon.
BIP
"Halo, Ina" Ucapku.
"Hai, Fany" Sapanya. "Apa kabar?" Tanyanya.
"Baik, ada apa jam segini menelfon?" Ucapku.
"Apa aku tidak boleh menelfonmu jam segini?" Ujarnya.
"Tidak apa-apa, tapi aku tidak bisa bicara dengan mu terlalu lama karena sebentar lagi jam istirahatku habis" Ucapku.
"Tidak masalah, aku hanya ingin tahu kabarmu saja" Ucapnya.
"Oh. Kabarku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Ucapku.
"Aku juga baik. Oh, ya. Kemarin malam aku mencoba menelfonmu tapi nomormu sedang sibuk. Siapa yang menelfonmu hingga lama?" Ujarnya.
"Oh. Benarkah? Aku kemarin malam bicara dengan Raka, tapi setau ku tidak lama kok" Ucapku.
"Bagaimana mungkin tidak lama? Jelas-jelas kalian bicara lama sekali karena aku menelfonmu hingga dua kali tapi tetap saja nomor mu sedang sibuk" Ujarnya.
"Astaga, apa selama itu aku bicara dengan Raka" Batinku.
"Hei, Fany" Panggil Ina.
"Hah. Apa?" Jawabku.
"Sudah dulu ya, aku di panggil papaku" Ujarnya.
"Oh, iya. Bye Ina" Ucapku.
"Bye."
Telfon Ina tidak berlangsung lama karena ia harus pergi bersama kedua orang tuanya.
Setelah selesai istirahat makan siang, Fany melanjutkan pekerjaannya.
Pukul 18.30, waktunya untuk pulang tapi Fany tidak langsung pulang ke apartemen melainkan ia jalan-jalan ke menara Eiffel.
Beberapa menit Fany naik taksi untuk sampai di menara Eiffel, setelah sampai ia hanya berjalan-jalan di sekitarnya saja.
Tap Tap Tap
"Aku berharap bisa datang ke menara Eiffel dengan seseorang yang aku sukai" Pintaku dalam hati.
Saat ini Fany sedang berada di taman Menara Eiffel, karena ia sedang bosan di apartemen jadi setelah pulang kerja ia berinisiatif untuk jalan-jalan sebentar.
"Betapa indahnya pemandangan menara Eiffel" Gumam ku melihat keindahan menara Eiffel.
Ketika Fany sedang berdiri dan memandangi menara Eiffel tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya.
BRAK
Fany terjatuh dan merasa sakit di bagian pantatnya, bajunya pun juga basah karena kena tumpahan minuman yang dibawa orang tersebut.
"Aduh!" Ucapku. "HEI! APA KAMU BUTA?!" Teriakku pada pria itu sembari berdiri.
Pria tinggi dengan tato di lengannya, dan bertindik itu sudah menabrak Fany hingga jatuh.
"APA MAKSUDMU?! AKU TIDAK BUTA! KENAPA?" Jawab pria itu.
"JIKA TIDAK BUTA, KENAPA JALAN TIDAK PAKAI MATA?!" Ucapku marah.
"JALAN PAKAI KAKI, LIHAT PAKAI MATA! DARIMANA JALAN PAKAI MATA!" Jawabnya.
"JIKA KAMU JALAN PAKAI KAKI LALU MELIHAT PAKAI MATA, KENAPA KAMU TIDAK MELIHAT BADANKU YANG SEBESAR INI BERDIRI DISINI DAN MENABRAKKU?!" Bentakku.
"Salah sendiri berdiri di situ. Ini jalanan untuk orang jalan bukan tempat orang berdiri diam!" jelasnya sinis.
"Suka-suka aku berdiri disini, tidak ada larangannya kan berdiri disini" Ucapku.
"Jadi aku tidak salah juga karena menabrakmu karena suka-suka aku jalan di sebelah mana" Ujarnya.
Beberapa orang yang lewat hanya melihat Fany dan pria tersebut bertengkar.
"Sudah salah tidak minta maaf malah bicara tidak jelas" Ucapku.
"Huh? Maaf?" Ujar pria itu. "Buat apa aku minta maaf padamu?!" Lanjut ujar pria itu.
Pria itu langsung pergi tanpa meminta maaf, dan Fany belum sempat membalas ucapan pria tersebut.
"Hei!" Teriakku memanggilnya.
Pria itu tidak menghiraukan panggilan Fany, ia tetap berjalan meninggalkan Fany begitu saja. Fany pun merasa kesal karena sikap pria tadi, ia bahkan sampai mengumpat.
"Dasar pria gila" Geramku. "Semoga aku tidak bertemu dengannya lagi."
Fany berjalan sembari membersihkan pakaiannya, ia tidak bisa menikmati pemandangan menara Eiffel lagi karena pria yang tidak jelas tadi.
"Astaga, kenapa aku kena sial?" Batinku. "Jadi kotor kan bajuku."
Akhirnya Fany memutuskan untuk pulang ke apartemen karena bajunya yang basah.
Tap Tap Tap
Fany naik taksi hingga sampai ke apartemennya. Beberapa menit kemudian ia sampai di gedung apartemennya.
Tap Tap Tap
Fany berjalan masuk, ketika sampai di depan pintunya ia membuka kunci pintunya.
Ketika pintu sudah terbuka, ia buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepuluh menit kemudian Fany keluar dari kamar mandi, ia masih merasa kesal dengan pria tadi.
"Dasar cowok tidak sopan. Dimana-mana jika yang menabrak dia harusnya minta maaf dong, ini malah pergi begitu saja" Gumamku kesal.
Fany langsung mencuci pakaiannya, karena ia tidak ingin menumpuk baju kotornya.
Hah....
"Cucianku sudah banyak, aku harus mencucinya jika tidak akan semakin banyak" Gumamku.
Satu jam berlalu, Fany selesai mencuci bajunya. Setelah itu ia menjemur pakaiannya.
Hari semakin malam, Fany akhirnya beristirahat karena ia tidak ingin jika besok pagi ia telat bangun.
To be Continued