BAB 2

1061 Words
Selama beberapa hari Fany tidak bertemu dengan Raka, ia juga tidak bisa menghubunginya. Waktu Fany mencarinya di kelas, Raka selalu menghindar. Fany mulai khawatir dengan sikap Raka. "Apa aku punya salah pada Raka? Kenapa sepertinya ia sedang menghindariku?" Batinku "Kenapa Raka tidak bisa dihubungi?" Gumamku. Terakhir kali Raka hanya mengirim pesan pada Fany 'semangat buat ujiannya, semoga kamu lulus dan diterima di perguruan tinggi yang kamu inginkan' "Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?" Tanya dalam hatiku. "Apa aku berbuat salah padanya?" Fikirku. Tok Tok Tok "Masuk" KRIET- Fany menoleh ke arah pintu, ternyata mamanya yang mengetuk pintunya. "Mama" Ucapku. "Ada apa ma?" Tanyaku. "Kamu sedang apa sayang?" Tanya Ani. "Belajar ma" Jawabku. "Mama ingin tanya sesuatu padamu" Ujar Ani. "Mau tanya apa ma?" Tanyaku. "Apa kamu yakin akan kuliah di luar negri?" Tanyanya. "Iya, ma. Mama kan tahu aku suka sekali mendesain baju" Ucapku. "Tapi, sayang. Kenapa tidak kuliah disini saja?" Ujar Ani. "Bukankah lebih baik kuliah di luar negeri, ma. Kan bisa banyak pengalamannya" Ucapku. Keputusan Fany tidak bisa dirubah lagi, ia memang berniat untuk kuliah di luar negeri. "Baiklah, mama akan mendukung semua keputusanmu. Semoga itu yang terbaik untukmu" Ujar Ani. "Terima kasih, ma." Ani mengusap kepala Fany, llau setelah itu ia keluar dari kamar Fany, dan Fany pun melanjutkan belajarnya. "Sudahlah aku harus fokus belajar lagi, besok aku akan mencoba tanya langsung padanya" Gumamku. Dua jam Fany hanya fokus belajar. Malam semakin larut, Fany pun beristirahat. Ia tidur sangat lelap. --- Kring... Kring... Kring... "Fany, ayo bangun sayang" Ujar Ani menggoyangkan tubuh putrinya. Fany merenggangkan badannya, dan mulai membuka mata. "Ayo, sayang. Ini sudah pagi, nanti kamu terlambat masuk sekolah loh" Ujar Ani sekali lagi. Fany mulai bangun dan beranjak dari kasurnya, ia masuk ke dalam kamar mandi. Byur... Byur... Byur... 10menit kemudian, Fany selesai mandi, ia berganti baju seragam lalu keluar kamar. "Pagi, ma" Sapaku. "Pagi sayang" Sapa balik Ani. "Dimana papa, ma?" Tanyaku. "Papamu sudah berangkat pagi-pagi sekali" Ujarnya. "Oh." Fany mulai sarapan, setelah sarapan ia berangkat ke sekolah sendiri. Hanya beberapa menit saja Fany sampai di sekolahannya. Tap Tap Tap Tap Ketika masuk gerbang, Fany melihat Raka sedang berjalan menuju kelasnya. "Raka" Panggilku. Raka tidak memperdulikan panggilan Fany, ia tetap berjalan ke arah kelasnya. Fany tergesa-gesa menghampiri Raka, ia ingin bertanya sesuatu padanya. "Raka" Panggilku sekali lagi. Fany meraih tangan Raka untuk mengajaknya bicara. "Hei" Ucapku. "Ada apa?" Tanyanya. "Kenapa kamu seperti ini? Apa aku ada salah padamu?" Tanyaku. "Tidak ada" Jawabnya. "Lalu kenapa kamu menghindari aku?" Tanyaku. "Aku sedang sibuk" Jawabnya.  Setelah itu Raka berjalan masuk ke dalam kelasnya, Fany tidak bisa masuk begitu saja ke dalam kelas Raka. "Padahal aku belum selesai bicara. Kenapa dia menghindariku?" Gerutuku. Tiba-tiba dari belakang ada yang menganggetkanku. "Fany!"  "Astaga" Ucapku sembari memegang dadaku. Fany membalikkan badan, lalu ia melihat salah seorang teman kelasnya. "Kamu mengagetkanku saja" Ucapku. "Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya temanku. "Tidak ada" Jawabku. "Aku masuk ke kelasku dulu ya" Ucapku. Setelah hari itu Fany kembali sibuk dengan tugas dan juga test nya untuk masuk ke perguruan tinggi. Ia sangat berharap agar keterima di perguruan tinggi di Paris. "Semoga aku berhasil diterima, dan semoga aku bisa kuliah disana" Pintaku. Karena sibuk Fany tidak bertemu dengan Raka lagi, ia lebih fokus pada keinginannya. *** 6 bulan kemudian Setelah mengikuti Test, dan menunggu beberapa lama akhirnya hasilnya pun keluar. Tanpa diduga Fany berhasil masuk ke perguruan tinggi yang ia inginkan.  "Pa, Ma, Finally i will go to Paris. Yeay" ucapku senang. "Mama ikut bahagia atas keberhasilanmu sayang" ucap Ani. "Ya, papa juga bangga padamu" sahut Yudha. Akhirnya keinginan Fany terkabul. Dengan susah payah ia berhasil keterima di Perguruan Tinggi di Paris dan bisa jauh dari kedua orang tuanya. Jika kebanyakan gadis memilih untuk tinggal bersama kedua orang tua mereka tapi tidak dengan Fany, justru ia lebih memilih untuk tinggal jauh dari mereka dan mandiri. Setelah mengurus beberapa surat untuk keberangkatannya ke Paris dan menunggu beberapa bulan hingga siap untuk berangkat ke kota Paris, kini Fany akhirnya berada di kota tersebut. Saat ini Fany sendirian dan merasakan kebebasan yang ia inginkan. Tanpa ada orang tua, suasana baru, tempat baru, dan teman-teman baru.  Setelah sampai di depan gerbang Perguruan Tinggi Fany pun memasuki gedung tersebut. "maaf, dimana ruangan registrasi?" tanyaku. "Oh disana!!" jawab serentak dari kedua wanita yang belum aku kenal. "Terima kasih" balas ku pada kedua wanita tersebut. Setelah beberapa jam Fany berada di dalam ruang registrasi untuk mengurus surat-suratnya. Akhirnya Fany keluar dari tempat itu. "Sekarang aku harus mencari tempat tinggalku dan mencari kamarku agar aku bisa segera beristirahat" gerutuku. *** "Akhirnya aku menemukan tempat tinggalku, tapi menaiki anak tangga untuk mencari kamarku itu sangat melelahkan" gumam ku sekali lagi. Tap Tap Tap Tap kini Fany menaiki anak tangga dengan membawa kopernya, dan menelusuri lorong hingga ia bertemu dengan seseorang. "Maaf dimana nomor kamar ini?" tanyaku. "oh disana, Anda lurus lalu belok kanan setalah itu di sebelah kiri itu nomor kamar yang Anda cari" jawabnya. "Oh okay, terima kasih" balas ku. Akhirnya Fany sampai di depan kamar dan mengetuk pintu kamarnya. Tok Tok Tok "Masuklah" Ujar dari dalam kamar. CKLEK "permisi" Ucapku sambil membuka pintu kamar. Setelah Fany membuka pintu kamar tersebut, ternyata ada dua wanita yang sebelumnya juga telah ia temui di kampus. Mereka adalah dua wanita yang menunjukkan ruang registrasi tadi. "Maaf, saya Fany. Mulai hari ini saya akan tinggal di kamar ini" ucapku sambil masuk kedalam kamar. "Oh hay Fany.. Saya Ina and dia Alifa" jawab Ina. "kemarilah. Jangan hanya berdiri di depan pintu." ucap Alifa. Pada kesan pertama kali mereka berdua sangatlah baik dan ramah padaku. Walaupun mereka belum mengenal Fany. Setelah beberapa saat mereka menunjukan tempat tidur Fany dan lemarinya, akhirnya Fany menata barang bawaannya. "Ini adalah awal untukku hidup mandiri dan menggapai impianku dengan bekerja keras. Semoga dewi Fortuna berpihak padaku kali ini" batinku. Fany beristirahat, besok ia akan memulai harinya di kota Paris. *** KRING... KRING... KRING... Alarm milik salah satu penghuni kamar membangunkan mereka dari tidurnya. "Astaga, alarm siapa ini?" Tanya salah seorang. Fany membuka matanya, dan merenggangkan badannya. "Sepertinya alarm Ina yang bunyi" Jawabku sembari melihat ke arah asal suara alarm tersebut. Tap Tap Tap Alifa mematikan alarm Ina, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian Alifa keluar, lalu ganti Fany yang masuk ke dalam kamar mandi. "Dasar Ina, jika tidak bisa bangun jangan memasang alarm" Keluh Alifa. "Ina, bangun! Bangun! Ayo bangun!" Ujar Alifa seraya mengoyak tubuh Ina. "Ehm...." Ina hanya sedikit membuka matanya, lalu ia kembali tidur. "HEI! Bangun!" Teriak Alifa di telinga Ina. Ina terbangun dengan emosi "apa?!" "Cepat bangun! Apa kamu tidak masuk kelas?" Ujar Alifa. "Memangnya pukul berapa?" Tanya Ina. "Pukul 08.00" Jawabku. Ina terkejut, lalu ia beranjak dari kasurnya. "Dasar Ina, selalu saja seperti itu" Ujar Alifa. Fany dan kedua temannya berjalan menuju ke fakultasnya. Impian Fany adalah menjadi seorang Desainer Fashion yang berkuliah di Paris. Karena yang Fany tau Paris terkenal akan Fashionnya hingga Internasional. Dan Fany pun memiliki impian untuk menjadi anak yg mandiri dan merasakan kebebasan di kota Paris. To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD