Lavi terkesima pada pemandangan yang ada di depannya. Hamparan biru laut yang jernih juga tenang sudah sejak setengah jam lalu memenuhi matanya. Ia duduk di halaman—entah ini Villa, resort, atau sejenis penginapan—ia tak peduli. Tempatnya luas sekali. Halaman belakang bangunan ini langsung tertuju pada pantai. Lavi bisa saja berlarian di tepian sana, bermain ombak, atau sekadar duduk membasahi kakinya. Menunggu ombak yang menepi di bibir pantai. Sayangnya, ia tak ingin melakukan hal itu. Sesekali ia menoleh ke belakang berharap orang yang ia tunggu segera datang. Namun … nihil. Orang yang ia tunggu kedatangannya tak juga tampak. Semua pesan, telepon, juga kabar tak ada satu pun yang datang. Entah sudah berapa kali Lavi menghela napas panjang. “Ke mana, ya?” lirih Lavi. Matanya kembali