Malam di mana dirinya tidur di kamar Pras, ada rasa takut yang besar sekali menyelimutinya. Beberapa kali ia terjaga lantaran khawatir sang empunya kamar masuk dan menyergapnya. Mengingat hal terakhir yang Pras lakukan, bukan tak mungkin hal itu terjadi lagi, kan? Namun, sepertinya Tuhan tengah baik hati sekali dengan membiarkan Lavi tertidur pulas selama tiga hari belakangan ini. Teman bicaranya hanya Anne juga Uti yang sesekali mendatanginya. Itu pun obrolan yang tercipta terbatas karena ada hal lain yang harus mereka kerjakan. Sementara Lavi, lagi-lagi hanya bisa mengelilingi kamar ini dengan decakan kesal. Menggerutu dengan makian di mana seluruh dinding kamar Pras sebagai saksi. “Hai, Lavi,” sapa Anne dengan riang. Di tangannya terdapat kantung berlogo salah satu mall yang cukup te