Happy Reading! Dea Sudah lebih dari dua menit aku berdiri mematung di depan pintu kamar Mas Danish. Aku belum melihatnya lagi sejak tadi siang setelah dia masuk kamar dan mengunci pintu. Ini sudah jam tuju malam, dan aku belum merasakan tanda-tanda Mas Danish akan keluar. Dia apa nggak lapar? Tok tok! Akhirnya kuberanikan diri mengetuk pintu. Ketukan pertama tidak ada sahutan. Aku mengetuk lagi, dan ketukan kedua juga belum mendapat sahutan dari dalam. “ Mas Danish? Di dalam kan?” Tanyaku setengah berteriak, sambil sesekali mengetuk pintu. “Mas Danish apa nggak lapar?” Tanyaku lagi. Masih belum ada sahutan. “ Mas Dan ---“ Kalimatku terhenti ketika tiba-tiba pintu terbuka dan tampaklah Mas Danish dengan rambut acak-acakan dan handu