Bagian 6

808 Words
Sampai di depan lift penthouse, Nancye menarik napas dalam-dalam karena harus menghadapi Darren lagi setelah seharian ini merasa tenang dan damai. Ketika hendak masuk kedalam kamarnya, Darren menghentikan langkah kakinya. "Dari mana saja kamu?" tanya Darren yang sejak tadi berada di ruang tamu dan menyadari kepulangan Nancye. "Apa urusannya denganmu? Aku dari manapun juga tak ada urusannya denganmu." "Apa kau lupa, kau itu siapa?" "Aku tak pernah lupa, jadi tak perlu mengingatkanku." Nancye agak kesal karena Darren mau tahu saja tentang kepergiaannya. Darren berdiri dan menghampiri Nancye dengan tatapan yang begitu tajam dan tatapan yang mengintimidasi. "Kau mau apa?" tanya Nancye agak takut karena Darren menatapnya dengan amarah. "Jika kau tau, kau itu siapa, kenapa tidak kau lakukan saja tugasmu? Dan tak usah keluyuran tak jelas di larut malam begini." "Kau bukan suamiku atau kekasihku sampai harus mengusik kehidupan pribadiku," kata Nancye. "Aku rela dan ikhlas jika pria iblis ini mau memukuliku, karena aku sudah cukup bahagia bersama Robert seharian ini, jadi pukulan sesakit apa pun tak akan mampan lagi bagiku." Nancye membatin sembari menundukkan kepala. "Tapi kau milikku selama enam bulan, jadi selama enam bulan kau tak boleh pergi tanpa pamit dan tak boleh kemanapun tanpa seizinku. Kau paham?" Nancye terdiam dan tak mengatakan apa pun lagi, karena tak ada gunanya jika harus berdebat dengan seorang Darren yang selalu ingin menang sendiri. "Sekarang masuk ke kamarmu," perintah Darren. "Aku juga akan masuk sejak tadi, tapi mau selalu saja bicara," kata Nancye sembari membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan kasar. "Dasar wanita aneh, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu menjadi milikku, dan tak ada seorangpun pria yang boleh mendahuluiku," batin Darren. "Hampir saja aku di pukuli, untung mulut ini tak sepedas dulu," kata Nancye sembari masuk ke kamar mandi. Sudah hampir jam 2 malam, Nancye merasa sangat haus, Nancye berjalan ke dapur dan mengambil segelas minuman lalu di teguknya. Setelah merasa agak segaran, ia hendak kembali ke kamar, namun Darren mencegahnya dan menarik tangannya, lalu Nancye di sandarkan di tembok, Darren mengunci Nancye sampai Nancye terjebak oleh tubuh pria iblis ini. "Kau mau apa?" tanya Nancye. Darren lalu mencium bibir Nancye dan melumatnya dengan liar, mencoba membuka lebar bibir Nancye yang ia tutup dengan rapat. Awalnya, Nancye tak membalas ciuman itu, lama kelamaan karena terasa sangat nikmat akhirnya Nancye membuka mulutnya dan bibir mereka bertaut saling menjelajah di dalam sana. Mereka saling berciuman sembari berjalan menuju meja dapur.. Darren mengangkat pinggang ramping Nancye dan mendudukkannya di meja dapur tanpa melepas ciuman mereka. "Sadar, Nancye. Please … sadar." Nancye membatin, ia sangat sulit untuk menolak kenikmatan yang saat ini sedang ia rasakan. Desah Nancye membuat Darren semakin memperdalam ciumannya karena untuk pertama kali mendengar Nancye mendesah dalam keadaan sadar. Darren melepas lumatannya dan turun melumat dibagian leher Nancye serta tangan kirinya meremas gundukan milik Nancye. Darren menandai tanda kissmark di leher Nancye. Nancye sudah tak sadarkan diri, ia terbawa suasana dan terbawa kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan dalam keadaan sadar. Nancye mengalungkan kedua tangannya di leher Darren dan membiarkan Darren menjelajahi tubuhnya. Darren mulai dengan gerakan kecilnya dan lama kelamaan gerakannya semakin cepat membuat Nancye merasa sedang berada di atas awan. Lima belas menit berlalu, Darren mendesah ketika sejuta sel miliknya ia tembakkan ke dalam rahim Nancye. Nancye bersandar memeluk Darren, kepalanya ia baringkan di bahu Darren. Darren merasakan gesekan tubuh serta 2 gundukan Nancye menggesek dadanya dan merasakan napas halus Nancye, ketika melihatnya Darren tertawa kecil ketika Nancye terlihat sudah tertidur, meski belum saling melepaskan. Darren menggendong Nancye ala bridal style dan di tidurkannya di ranjang miliknya bukan di kamar Nancye, Darren sadar betapa indahnya tubuh mungil Nancye yang begitu membuatnya kecanduan. Kulit putih yang indah dan rambut hitam yang begitu wangi, wangi tubuh Nancye membuatnya seperti orang gila saja. Darren lalu menyelimuti tubuh telanjang Nancye dengan selimutnya. Darren menatap Nancye. "Maafkan aku karena selama ini aku selalu saja menyiksamu, awalnya aku benar-benar membenci wanita yang sok suci seperti dirimu, entah kenapa seiring berjalannya waktu aku malah terobsesi ingin memiliimu seutuhnya," gumam Darren sembari menatap Nancye yang sedang tertidur dengan wajah damainya. Darren lalu membaringkan tubuhnya disamping tubuh telanjang Nancye yang terbalut selimut, Darren masih menatap Nancye penuh dengan perasaan yang menggebu-gebu, meskipun ia belum tau itu perasaan apa. Darren merasa sangat senang ketika melihat kepuasan di wajah Nancye. Nancye menikmati permainannya dalam keadaan sadar. "Kau membuat gila, Nancye. Aku begitu kecanduan oleh tubuhmu." Darren membatin. Darren lalu mengingat sosok Robert yang ternyata adalah kekasih Nancye. Robert adalah ahli Waris dari Maximus Corp. Darren tak menyangka jika Nancye adalah kekasih dari ahli waris Maximus Corp, meskipun Maximus Corp tak akan menandingi perusahaannya, namun dengan begitu Nancye membuktikan dirinya bahwa ia berharga. BERSAMBUNG. . . Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi. Salam cintaku. Irhen Dirga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD