Pertemuan Pertama

919 Words
Lima Tahun Kemudian "Mami, where is my Daddy?" tanya Zafran Balita tampan yang merupakan duplikat Ayahnya itu memang sangat kritis. Sementara Zafira, kembarannya, balita itu juga tak kalah pandainya dengan sang Kakak. Hanya saja, dia bisa meredam rasa ingin tahunya. Namun, jika sudah mulai diajak bicara, dia akan seperti rel kereta api yang tak ada hentinya. Aqeela menghembuskan nafas kasar.8 Wanita cantik itu pun mengusap rambut halus sang putra. "Kenapa Afran tanya seperti itu?" Aqeela membalik pertanyaan putranya. "Mami tahu, kemarin saat Ciyo dijemput oleh Papanya. Ciyo meledek Kak Afran dan Fira. Katanya, kami ini anak haram yang tidak punya Papa," cerita Zafira dengan antusias. "Ciyo berkata seperti itu?" ujar Aqeela tak percaya. Jaman sekarang, memang kasus pembully-an pada anak marak sekali. Bahkan pada anak yang masih TK sekalipun. "Iya Mami, Ciyo bahkan memamerkan kemesraannya dengan Papanya," Zafira semakin antusias bercerita. "Baiklah, akan Mami katakan yang sebenarnya. Mami tidak tahu dimana Daddy-mu. Bahkan namanya saja, Mami juga tidak tahu. Yang Mami ingat, wajahnya sangat mirip dengan Afran," cerita Aqeela mengenang malam panjangnya dengan lelaki tampan itu. Dia sangat bersyukur, bisa menghabiskan malam dengan lelaki itu hingga memiliki kedua buah hatinya. Meski dia harus mengalami jungkir balik saat merawat bayi kembar sendirian. Namun, dia tetap bahagia. "Apa kami hadir karena cinta satu malam?" celetuk Zafira. "Hei, darimana kamu mendapatkan kata-kata itu? Kalimat itu tidak cocok diucapkan oleh balita kecil seusia kalian," amuk Aqeela Zafira memutar bola matanya malas. Dia memang masih balita. Namun, dari cerita sang Mami, dia sudah tahu dan paham akan kejadian yang sebenarnya. "Baiklah, kami tidak akan bertanya lagi," putus Zafran. "Oke, Mami harus kerja lagi. Kalian jangan main di dalam ya, nanti Nyonya marah," titah sang Mami. Zafran dan Zahira memang tidak pernah keluar dari paviliun belakang tempat para karyawan beristirahat. Karena Aqeela takut, kalau Siena akan marah kalau melihat kedua anaknya merusuh. Pernah suatu ketika mereka bertengkar. Zafira masuk ke dalam rumah besar berniat mengadu pada sang Mami. Namun, bukannya bertemu sang Mami, balita itu malah dimarahin habis-habisan oleh Siena. "Dimana cucuku?" tanya Nyonya Beti saat Aqeela masuk ke dalam kamarnya. "Mereka sedang main di belakang Nyonya," jawab Aqeela. "Selesai makan, bawa aku ke sana. Aku sangat merindukan mereka," kata Nyonya Beti. "Baik Nyonya," jawab Aqeela. Nyonya Beti sangat senang dengan keberadaan Zafran dan Zafira. Dia juga sering bermain dengan kedua balita itu. Apalagi saat melihat wajah Zafran yang sangat mirip dengan putra sulungnya. Setelah memandikan dan menyuapi Nyonya Beti, Aqeela membawanya ke paviliun belakang. Dua balita lincah itu bersorak gembira kala sang nenek merentangkan tangannya. "Cucu-cucu Oma. Kenapa kalian tidak pernah keluar. Oma jadi rindu," sapanya. "Nenek, jangan merindukan kami lagi. Sebentar lagi, Kakak Afran dan aku akan pergi ke Indonesia," celetuk Zafira. Nyonya Beti menatap Aqeela penuh tanya, sementara wanita cantik itu hanya mengedikkan bahunya tanda tak mengerti. "Coba ceritakan sama nenek," kata Nyonya Beti. "Begini Nek, Kak Afran mengikuti lomba mendesain logo sebuah perusahaan beserta jargonnya. Nah, ternyata, Kak Afran terpilih menjadi finalisnya. Jadi, kami akan pergi ke Indonesia beberapa minggu ke depan," cerita Zafira. "Lalu, Nenek sama siapa di sini?" Nyonya Beti sudah merubah raut wajahnya menjadi sedih. "Cup, cup, Nenek jangan khawatir. Kalau kami tidak menang lomba, kami akan kembali ke sini," celetuk Zafran. "Kalau menang?" tanya Nyonya Beti. "Hehehe, kalau menang, kami akan pindah ke Indonesia. Kalau nenek mau, nenek bisa tinggal bersama kita," ujar Zafran sok bijak. "Ohh, kamu manis sekali sayang. Baiklah, nenek akan berdoa supaya kamu menang. Setelah itu, kalian harus menjemput nenek di sini," kata Nyonya Beti. "Baik Nenek, kami pasti akan menjemput nenek," kata Zafran kemudian keduanya berlari meninggalkan Nyonya Beti dan juga Maminya. "Apa betul, kalian akan pergi?" tanya Nyonya Beti. "Saya tidak tahu Nyonya, nanti akan saya tanyakan lagi pada mereka. Kalaupun itu benar, aku pasti akan sangat sedih meninggalkan Nyonya sendiri di sini," kata Aqeela sambil memeluk wanita yang sudah seperti ibunya ini. Wanita inilah yang selalu membelanya saat Seina marah karena tangisan bayi kembarnya dulu. Paspor untuk Zafran dan Zafira sudah jadi. Entah bagaimana caranya mereka mengurusnya. Padahal Aqeela tidak pernah keluar dari rumah. Ketiga orang itu pun mengucapkan salam perpisahan pada Nyonya Beti sebelum mereka berangkat ke Indonesia. Tangis haru mewarnai acara perpisahan malam itu. Pagi ini, Aqeela sudah tiba di bandara Soetta. Tangan kanannya menggandeng Zafran sementara tangan kirinya menggandeng Zafira. Banyak mata yang memandang iri padanya karena memiliki putra dan putri yang tampan dan cantik. Zafran mencari sopir yang diutus perusahaan Lionil. Namun, tak ada orang yang mirip dengan foto yang dikirimkan kemarin. "Kamu cari siapa sayang?" tanya Aqeela. Zafran lalu menunjukkan foto lelaki tampan yang diutus untuk menjemput mereka. "Tampan juga," celetuk sang Mami. "Tidak, lelaki ini tidak cocok menjadi calon Daddy-ku," sahut Zafran. Aqeela memutar bola matanya malas. "Hei, aku hanya bilang dia tampan, bukan berniat menjadikannya suami," kesal Aqeela. Tiba-tiba, Zafira memegang perutnya. Aqeela sangat panik saat putrinya meringis kesakitan. "Kamu kenapa sayang?" tanyanya. "Pengen pup Mami," jawab Fira. "Ayo, biar Mami antar," kata Aqeela. "Tidak perlu, biar Fira aku yang antar. Mami cukup disini dan menunggu lelaki yang katanya Mami tampan itu. Ini fotonya. Ingat, jangan sampai jatuh cinta padanya," ujar Zafran. "Baiklah, aku akan menurut pada Bos kecil," sahut Aqeela. Aqeela pun duduk di lobby sambil memandangi setiap orang yang berlalu lalang. Siapa tahu, lelaki yang menjemputnya itu sudah ada di sini. Kedua balita itu pun berlari menuju ke toilet. Karena terburu-buru, Zafira malah menabrak seorang lelaki tampan yang baru saja keluar dari toilet. Brug "Auww," lirih Zafira "Kamu tidak apa girl?" tanya lelaki itu. Kedua balita itu sontak menengadahkan kepalanya. "Daddy."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD