Maafkan aku, Kathleen

1439 Words
Di dalam semua video itu Darren melihat Melvin yang sedang merayu.Intan dengan menggunakan bahasa vulgar dan terkesan melecehkan. Tapi yang membuatnya tak habis pikir adalah ketenangan sang kakak dalam menghadapi pria yang memiliki wajah menyebalkan sekaligus angkuh itu. Mengingatkannya kepada Tobias Tanujaya sang model untuk iklan body mist Gregorius dan juga.... Morgan. Morgan sering sekali merayu Cecilia dengan mengatakan jika mulut gadis itu pasti akan lebih manis jika digunakan untuk memuaskan dirinya daripada mengeluarkan kalimat yang tajam. Sebuah pernyataan yang seringkali membuat Darren jengah ketika mendengarnya karena pria semacam itu hanya menginginkan tubuh wanita lalu mencampakkannya setelah jenuh ataupun mendapatkan penggantinya. Dan tidak salah juga jika perempuan seperti Cecilia membekali dirinya dengan peralatan yang mumpuni untuk memastikan keamanannya dari gangguan para pria yang menatapnya dengan buas seakan dia adalah mangsa empuk yang menjadi primadona bagi para predator. Ah, memikirkan tentang Cecilia membuatnya terpikir untuk mengajak gadis itu bekerja sama besok untuk mengawasi pergerakan dari Intan yang semakin mencurigakan belakangan ini. Dengan kemampuannya itu, Darren yakin ini bukan hal yang sulit baginya. Dan tanpa dapat dicegah, angannya berkelana membayangkan gadis angkuh dan keras kepala itu. Sedang apakah dirinya hari ini? Apakah dia sedang bersantai seperti kebanyakan para pekerja pada umumnya jika weekend tiba? Tapi dengan lancangnya ingatan tentang tubuh mereka yang menempel satu sama lainnya memenuhi pikiran Darren dengan jelas. Sontak Darren menggeram kasar, nafasnya memburu saat mengingat wajah Cecilia yang merona dengan bibir merah sensual yang mengundang untuk dicicipi. Sial! Lagi-lagi sesuatu yang belum semestinya bangun bangkit dengan gagahnya. Celana Darren kian terasa sesak dan menyakitkan. Darren harus mengenyahkan pikiran m***m terhadap Cecilia secepatnya. Untung saja dia sudah berada di dalam kamar sehingga tidak ada para pekerja di rumah yang akan melihat tingkah mesumnya ini. Gegas Darren masuk ke kamar mandi untuk menidurkan pusakanya yang sudah mengacung tegak dan membuat kepalanya berdenyut nyeri. 'Oh Cecilia. Mengapa kamu selalu saja hadir di dalam pikiranku dan juga mengapa aku tidak dapat menahan hasrat kelelakianku jika itu menyangkut dirimu? Seakan seluruh indra tubuhku bereaksi hanya dengan memikirkanmu lebih dalam.' Sungut Darren ketika pelepasan itu terjadi. Nafas pria itu memburu seakan baru habis berlari dalam jarak jauh, bahkan dadanya pun mengembang kempis saat pancuran air dingin menerpa seluruh tubuhnya. Tepat setelah Darren keluar dari kamar mandi iPhonenya berbunyi, gegas dia mengambilnya dari nakas dan menghela nafas berkali-kali saat mengetahui jika nama sang pemanggil adalah Kathleen. "Halo Babe, bisa kita ketemu sekarang juga?" Suara Kathleen yang panik dan marah langsung terdengar saat Darren menekan ikon gagang telepon berwarna hijau yang membuat Darren mengernyit heran saat itu juga. "Ada apa sampai kamu terdengar panik seperti ini?" "Aku...ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu," sahut Kathleen setelah sempat tergagap. "Kebetulan juga aku mau bertemu denganmu, kita akan bertemu pada jam makan siang di restoran Burger Queen yang ada di Mall East of Jakarta," Darren yang langsung memutuskan sambungan telepon tanpa memperdulikan sang kekasih yang akan berbicara kembali. Pada saat Darren akan berangkat, Giovani dan Regina belum juga kembali dari jalan-jalan. Mbak Marni salah satu art bagian kebersihan mengatakan jika mereka berdua pergi dengan diantarkan oleh supir ayah. Setelah mengucapkan terima kasih atas jawaban yang diberikan oleh wanita berusia 30 tahunan itu, pria itu segera menuju garasi untuk memanaskan mobil sebentar sebelum meninggalkan rumah ini. Kathleen menunggu di dalam restoran sambil memainkan iPhone yang berbalut soft case bergambar patung Liberty yang memang menjadi tempat favoritnya. Tak terhitung berapa kali gadis itu mengajak Darren untuk melihat patung wanita yang memegang obor di sebelah kanan dan buku di sebelah kiri itu. "Sudah menunggu lama?" tanya Darren yang segera duduk di depan sang kekasih. "Baru juga 10 menit, aku sudah lapar dan kasir itu tidak terlalu mengerti bahasa inggris jadi aku agak kesulitan untuk membuat pesanan," ucap Kathleen dengan sedikit mengomel dan juga untuk melampiaskan kekesalannya kepada Darren yang seenaknya memutuskan percakapan mereka di telepon tadi. Darren menghela nafas panjang dan bertanya ingin menu apakah sang kekasih untuk makan siang kali ini. Setelah membuat pesanan melalui aplikasi restoran fast food ini Darren menunggu sebentar hingga namanya dipanggil oleh kasir. ''Kita makan dulu setelah ini aku mau berbicara dengan kamu," ucap Darren setelah meletakkan pesanan keduanya di meja. "Kenapa tidak bicara sekarang saja?" tanya Kathleen sambil memanyunkan bibirnya sebagai tanda jika dia tidak setuju akan perkataan Darren. "Bukannya kamu tadi bilang lapar dan aku juga sudah mulai lapar." sahut Darren yang akhirnya membungkam Kathleen. "Kita pergi dari sini aku sedang bosan dengan suasana Mall yang dipenuhi oleh banyak orang, malahan terganggu dengan suara bising orang-orang yang lalu lalang di sini," ucap Darren dengan nada datar. "Oh ayo, aku juga ingin menikmati suasana outdoor," sahut Kathleen dan tak lama kemudian merangkul lengan Darren. Pria itu seketika berjengit lalu tersadar jika mereka masih berada ditempat umum dan menepis lembut tangan Kathleen. "Maaf aku hanya terkejut," ucap Darren dengan dusta, tidak mungkin dia jujur jika sudah tidak nyaman dengan sentuhan dari Kathleen. Kathleen terlihat memaksakan senyumnya. Semakin lama memandangi dirinya tidak membuat hati Darren bergetar seperti sebelumnya. Dan dia semakin mantap untuk memutuskan hubungan ini daripada pada akhirnya mereka berdua akan saling menyakiti nantinya. Darren mengajak Kathleen ke sebuah pantai yang terletak di kawasan utara kota Jakarta. Suasana mendung langsung menyapa saat keduanya turun dari mobil. Orang-orang yang awalnya berkerumun mulai meninggalkan tempat ini karena khawatir akan hujan yang mungkin sewaktu-waktu akan turun. Pantai ini hanya menyisakan beberapa orang yang bertahan, termasuk Darren dan Kathleen. "Kath, sebelumnya aku mau minta maaf jika apa yang akan aku sampaikan ini akan menyakiti kamu. Aku merasa jika hubungan kita ini tidak akan berhasil.." "Jadi kamu mau meminta putus dariku, begitulah maksud kamu?" potong Kathleen dengan cepat, mata birunya memandangi Darren dengan tajam yang seakan dapat menenggelamkan pria itu ke dasar lautan. Suara guntur tak lama terdengar bersahutan, membuat siapapun yang mendengar akan merasa ciut nyalinya. Tapi tidak dengan keduanya, suasana hening menyelimuti atmosfer di sekeliling tempat Darren berpijak. "Iya karena aku sudah tidak merasakan perasaan apapun kepada kamu," ucap Darren dengan sedikit berteriak agar tidak kalah dengan suara ombak yang menerjang. "Kamu sungguh benar-benar tega, Darren! Setelah apa yang aku lakukan selama ini untuk kamu, bahkan aku sampai menyusul kamu ke Jakarta dan meninggalkan negaraku. Jadi inikah pembalasan kamu terhadap pengorbanan aku!" pekikan keras keluar dari bibir Kathleen dan dia memukuli d**a pria itu bertubi-tubi. Darren membiarkan Kathleen melakukan itu untuk meringankan rasa sakit yang gadis itu pikul karena keputusannya. "Setidaknya ini lebih baik daripada kita akan saling menyakiti dan tersakiti nantinya," sahut Darren dengan hati bergetar. Wajah Kathleen sudah mulai memerah yang Darren yakini sebentar lagi akan menangis. "Tapi Darren....Aku sangat mencintaimu! Tidakkah kamu masih memiliki secuil perasaan yang tersisa untukku?" tanya Kathleen dengan bulir air mata yang mulai mengalir deras. Darren menguatkan hati agar tidak terpengaruh dengan wajah yang selama 2 tahun ini pernah dia cintai dengan sepenuh hati. Tak lama petir pun menyambar keras disertai hujan deras, semakin menambah kesedihan di hati keduanya. Udara dingin yang menembus kulit tak seberapa sakitnya dengan perpisahan ini. "Kathleen, aku mohon mengertilah jika ini adalah keputusan yang tepat untuk kita berdua," ucap Darren yang masih menerima pukulan dari Kathleen "Keputusan tepat untuk kamu atau kita berdua? Jujur saja Darren, semenjak kamu pulang ke negaramu dan bertemu dengan sekertaris itu, perasaanmu sudah berubah. Apakah jalang itu melemparkan tubuhnya kepada kamu?" Tuding Kathleen masih menatap Darren tajam. Air hujan yang sudah sepenuhnya membasahi tubuh mereka, tidak gadis itu pedulikan. Fokusnya hanya kepada pria yang pasrah menerima pukulannya. "Jangan membawa Cecilia dalam masalah ini, Kathleen. Dia tidak bersalah, tugasnya hanya sebatas mentorku!" Darren berteriak, tidak terima jika Cecilia dianggap murahan. "Lihat! Kamu membelanya dengan membentakku. Selama ini kamu tidak pernah meninggikan suara sama aku!" balas Kathleen tidak kalah kencang. Gadis itu sudah menghentikan pukulannya lalu terjatuh di pasir dan menangis tergugu. Meratapi nasibnya jika sang tuan muda Sanjaya memutuskannya. "Karena itu aku mohon terimalah keputusan ini. Please, Kathleen. Aku tidak ingin menyakiti kamu lebih dalam daripada hari ini," sahut Darren dengan bahu bergetar menahan tangis. Biarpun dia sudah tidak memiliki perasaan lagi untuk Kathleen, hatiku tetap saja merasakan sakit itu. "Baiklah! Jika itu sudah menjadi keputusanmu, maka aku akan menerimanya. Tapi camkan ini Darren, suatu saat kamu akan kembali lagi kepada aku. Aku akan membiarkan perasaanmu yang sedang bimbang itu menyadari jika akulah yang akan menjadi pelabuhan terakhir untukmu." Darren tersentak saat mendengar kalimat yang penuh tekad meluncur dengan lancar dari mulut Kathleen. "Terima kasih atas pengertian kamu, aku berharap Kamu akan mendapatkan pria yang tulus mencintai Kamu. Sekali lagi maafkan aku Kathleen," Darren meminta maaf dengan tulus dan memandang mata biru yang sudah tidak mengeluarkan airmata lagi. Hujan yang semakin deras disertai dengan gemuruh seakan menjadi saksi jika inilah akhir dari hubungan kedua insan yang pernah mencintai dengan setulus hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD