6. Langkah Elaine

1464 Words
Antoni mengajak Eliza dan Lucas berjalan-jalan ke sebuah mall. Mereka ingin menghilangkan beban mereka sejenak. Karena dia tidak mendapatkan satu pun panggilan di ponselnya. Dia mengira bahwa semuanya aman-aman saja. Elaine pasti bisa memaafkannya dan sekarang dia pasti sudah merasa baik-baik saja. Walau pun ini adalah kali pertama Madie mengetahui masalah yang ada diantara mereka. Tapi Antoni merasa percaya diri, bahwa anaknya itu juga tidak akan membawa permasalahan tersebut secara berlarut-larut. Dengan santai mereka berjalan dan menikmati keseruan bersama. Mereka menikmati makan di sebuah resto ternama di sana. Memesan steak dan menu mahal lainnya. Mereka masih bisa tersenyum saat itu. Dia meminta tagihan dan memberikan kartunya. Tidak berselang lama pelayan itu pun kembali ke meja mereka. “Mohon maaf Tuan, kartu Anda ditolak. Apakah ada kartu yang lain? Atau ingin membayar dengan uang cash?” pelayan itu menjelaskan kendalanya dengan sangat sopan. Tidak sedikitpun dia memandang rendah pada Antoni. Karena dia tahu, Antoni adalah pelanggan setia di resto tersebut. “Ah, baiklah coba kartu yang lain. Bawa dua-duanya,” ucap Antoni. Dia mulai terlihat cemas. Apa Elaine memblokir kartunya? Tidak mungkin! Selama ini dia tidak pernah melakukan iitu walaupun dia sudah mengetahui hubungan gelapnya. Pelayan itu kembali dengan raut wajah sedikit ragu. “Tuan, kedua kartu ini juga di tolak.” Dia sedikit mundur dari meja. “Dia pasti sudah memblokir kartu kita,” sahut Eliza cemas. “Ada apa Ibu?’ tanya Lucas. Dia merasa penasaran kenapa kartu orang tuanya di tolak untuk melakukan p********n. Padahal sebelumnya mereka mudah saja menggunakannya untuk membayar apapun. “Tidak ada apa-apa sayang,” ucap Eliza dengan lembut. Dia mengusap pipi Lucas kemudian menciumnya. “Baiklah, kita bayar cash saja,” ucap Antoni. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya kepada pelayan tersebut. “Ambil saja kembaliannya sebagi tip untukmu,” ucap Antoni. Mereka pun bergegas pergi dari mall. Karena mereka tahu, mereka tidak bisa lagi membeli apapun di mall jika kartu mereka di blokir. “El, bisakah kamu membawa Lucas pulang sendiri? Aku akan pergi mengurus ini,” ucap Antoni pada Eliza. Eliza terseenyum kecut. Dia sebenarnya tidak rela jika Antoni memilih untuk kembali ke rumah Elaine. Tapi, demi uang dan demi kelancaran mereka saat berbelanja. Maka dia pun mengiyakan ucapan suaminya. “Baiklah, tapi ingat. Lusa adalah saatnya berkunjung. Jangan sampai kamu tidak pulang!” ucap Eliza padanya. “Iya sayang, aku pasti datang,” jawab Antoni. Kemudian mereka berdua berciuman dengan mesra. “Seharusnya kalian melakukannya di kamar, bukan di tempat umum,” ucap Lucas. Dia memalingkan wajahnya saat melihat kedua orang tuanya melakukan ciuman di tempat umum. Mendengar keluhan dari Lucas keduanya pun tertawa. “Suatu saat, kamu pasti juga akan melakukan hal yang sama.” bisik Eliza padanya. “Ayah pergi dulu, sampai jumpa jagoan,” ucapnya pada Lucas. “Aku bukan anak kecil lagi Ayah. Jangan memanggilku seperti itu!” ucap Lucas. Tapi tidak dihiraukan oleh Antoni. Dia mengacak rambut anaknya, kemudian dia pun pergi meninggalkan Lucas yang merasa kesal. *** Antoni sampai di halaman rumah mewah tersebut. Di sana dia melihat ada mobil milik Elaine. Itu tandanya dia sedang ada di rumah. Besar kemungkinan jika yang melakukan pemblokiran kartunya addalah Eddy. Karena dia tahu, mertuanya itu pasti sudah mendengar tentang hubungan gelapnya dari para mata-matanya. Apa lagi Elaine marah besar tadi, sudah bisa dipastikan bahwa dia pasti mengadukan hal tersebut pada Ayahnya. Antoni membawa seikat bunga mawar berwarna merah muda yang sangat cantik. Itu adalah bunga kesukaan Elaine. Dia mencoba untuk memintaa maaf dan memikat hatinya kembali. Dia memasuki rumah dengan perasaan tidak menentu. Dia menghela napas sebelum dia membuka pintu kamarnya. Kemudian dia pun masuk dan menyembunyikan bunga yang dia bawa di belakang tubuhnya. Dia tersenyum dengan sangat manis pada Elaine yang sedang duduk di kursi riasnya. Elaine sudah menunggunya datang cukup lama. Permainannya akan segera di mulai. Elaine menoleh ke arah Antoni. Dia memasang ekspresi bahagia melihat suaminya pulang. Melihat ekspresi tenang dan bahagia yang ditunjukkan oleh Istrinya, kepercayaan dirinya pun kembali. Dia menekuk satu lututnya, kemudian dia mengulurkan tangan yang membawa seikat bunga itu pada Elaine. Elaine terlihat sangat bahagia dengan pemberian dari suaminya. Tapi, itu hanyalah sandiwaranya saja. Agar Antoni kembali kepelukannya dan melupakan Eliza. Perempuan tidak tahu diri yang merebut suaminya sejak sekian lama. “Sayang, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya,” ucap Antoni dengan nada memohon pada Elaine. Elaine tersenyum sangat manis, “Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku tahu, wanita itu yang menggodamu.” Elaine memeluk tubuh Antoni. Dia menciumi lehernya dengan perlahan. Dia dengan sengaja membangkitkan gairah suaminya. Tidak perlu waktu yang lama untuk mereka saling berciuman. Ciuman itu semakin b*******h. Antoni mengangkat tubuh kecil Elaine ke atas tempat tidur. Dia merebahkan tubuh istrinya dengan perlahan. Seolah dia tidak ingin menyakitinya. Nyatanya, dia telah melakukan hal yang mengerikan dibalik sikap manisnya itu. Elaine mendesah pelan saat Antoni mulai menciumi lehernya. Tangan Antoni mulai meraba Elaine dengan perlahan. Semakin lama desahan Elaine menjadi semakin keras. “Antoni,” ucapnya dengan manja. Dia menggigit bibir bawahnya dan memasukkan jari telunjuk ke mulutnya. Membuat Antoni tidak sanggup lagi menahan diri. Dia dengan cepat melepaskan baju yang dia kenakan. Elaine tersenyum puas melihat itu. Kini antoni hanya akan menjadi milik dia seutuhnya. Selamat datang di neraka yang telah menantimu Eliza! Elaine bergelayut manja pada Antoni. Dia melingkarkan kedua tangan di leher Antoni. Kemudian dia mencium bibir Antoni dengan perlahan. Dia dengan sengaja memancing suaminya agar meminta lebih padanya. Benar saja, Antoni segera menarik tubuh Elaine dan dia melumat bibirnya dengan sangat b*******h. Kemudian dia menurunkan ciuman itu ke leher dan membuat bekas merah di sana. Mereka memang mempunyai anak yang sudah dewasa. Tapi itu bukan berarti gairah mereka tidak seperti saat mereka masih muda. Gairah itu masih tetap sama. Mereka saling memberikan kenikmatan yang sudah cukup lama tidak mereka lakukan. “Elaine, aku sudah tidak tahan,” ucap Antoni. Kemudian dia pun menidurkan Elaine kembali ke tempat tidur. Dia melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuh indah istrinya itu. Dengan lembut dia membelai kulit Elaine dari atas hingga ke bawah. Elaine memejamkan matanya. Dia tidak bisa memungkiri bahwa dia memang sudah lama menginginkan sentuhan itu. Desahannya semakin terdengar jelas. Antoni begitu hafal, bagian tubuh mana yang harus dia sentuh agar Elaine terus mendesah. Wajah Elaine terlihat mulai memerah. Dia benar-benar menikmati permainan Antoni yang sangat jantan. Antoni masih terus bergerak dengan cepat. Permainan Antoni membuat Elaine mencapai puncak berkali-kali. Antoni semakin b*******h saat dia melihat ekspresi Elaine yang terlihat sangat menikmati hubungan itu. “Ssshhh, Antoni,” ucap Elaine. Desahannya membuat Antoni terus bergerak dengan cepat. Gerakannya semakin cepat dan sangat cepat. Kemudian dia pun mencapai puncak kenikmatannya. Mereka berdua pun tidur berdampingan di atas tempat tidur. Antoni memeluk Elaine dari belakang. Sementara Elaine memjamkan matanya. Dia tersenyum dengan sangat puas. Dia sudah mendapatkan suaminya kembali. Kini dia hanya tinggal menunggu kabar dari Ronald. Kapan Wanita sialan itu akan masuk ke dalam neraka yang sudah dia buat dengan sangat sempurna. *** Eliza mendapatkan telepon dari dokter keluarganya. Dokter itu mengatakan bahwa dia harus segera datang ke rumah sakit untuk melihat hasil pemeriksaan rutinnya. Dia beralasan bahwa hasil pemeriksaannya tertukar dengan pasiennya yang lain. Tanpa curiga sedikitpun, Eliza pun datang ke rumah sakit tersebut. Dia masuk dan menemui dokter keluarganya. “Selamat datang Nyonya, saya sudah menunggu Anda dari tadi. Saya sedang ada janji, bisakah Anda menunggu hingga pertemuan itu selesai?” ucap Ronald padanya. “Ah, maafkan saya dokter. Saya sudah terlambat, apakah janji itu di luar rumah sakit? anda bisa membawaku ke sana, saya membawa mobil sendiri. Saya bisa menunggu di sana,” jawab Eliza. “Ah, baiklah. Silakan ikuti mobilku. Kita akan membahas hasilnya di sana.” Ronald pun tersenyum dengan penuh kemenangan. Elaine, tujuanmu sudah semakin dekat. Eliza mengikuti mobil Ronald tanpa curiga sedikitpun. Karena mereka sering melakukan konsultasi di luar rumah sakit. Eliza tidak bisa mengikuti mobil Ronald yang melaju dengan kenang tepat sebelum lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Setelah lampu hijua sudah menyala. Eliza dengan sangat kencang menekan pedal gas di mobilnya. Dia sudah semakin dekat dengan mobil Ronald. Tapi ban mobilnya tiba-tiba kempes. Dia pun menepikan mobilnya. Dia menendang ban mobilnya dengan pelan. “Sial, bagaimana aku bisa menyusul Ronald sekarang?” ucapnya dengan kesal. Sebuah mobil berhenti, ada seorang pria yang turun dan menawarkan tumpangan padanya. Entah karena kecerobohan atau karena dia terlalu cemas. Dia pun mengiyakan tawaran tersebut. Dia masuk dan duduk di samping pria tersebut. Mobil sudah mulai berjalan, dia menghubungi mobil derek agar membawa mobilnya ke bengkel. Kemudian mereka mulai berbincang. “Apa kamu mau permen?” Eliza menerima dan meengunyahnya tanpa ragu. “Terima kasih, ini sangat membantu menghilangkan rasa stresku,” ucap Eliza. Tidak berselang lama kemudian Eliza pun tertidur. Pria itu telah menaruh obat tidur pada permen tersebut. Dan itu adalah awal dari neraka yang telah Elaine siapkan untuk dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD