Part 1
Lagi? Kenapa harus aku terus yang mendapat tugas belakangan ini? Apa dia ingin aku mati lebih cepat? Sial! Kalau hanya ingin bebas berduaan dengan Janeta, tidak perlu menyingkirkanku dengan cara seperti ini! Aku tidak keberatan jika memang dia lebih memilih Janeta sebagai kekasih barunya. lagi pula, bukan hanya dia laki laki satu satunya dimuka bumi ini. Dasar buaya darat, tunggu pembalasanku!
"Aila, apa kau melamun?"
"Jangan menyentuhku," Aku menepis tangan Mossa, lalu melayangkan satu tendangan ke wajahnya. Tentu saja dengan mudah dia menghindar.
"Hei, ada apa denganmu, Manis? Belakangan ini kau terlihat galak?"
"Namaku Aila bukan Manis, jadi berhentilah memanggilku Manis."
"Hahaha.... Aila, apa kau sedang datang bulan?"
Mataku membulat mendengar ucapannya. Pertanyaan macam apa itu? Menyebalkan sekali lelaki ini. Dasar buaya. Aku beranjak dari tempat itu, bergegas pergi dan masuk ke mobilku. Tidak kupedulikan lagi ocehannya. Bos macam apa dia? Tidak bisa menjaga wibawanya. Pantang melihat kening licin, matanya langsung jelalatan.
Mobilku bergerak meninggalkan base camp. Aku melaju dengan cepat, agar segera tiba di apartemenku. Lelah sekali rasanya tubuh ini, bukan latihan fisik yang membuatku lelah, tapi sikap Mossa pada Janeta yang membuat energiku terkuras habis menahan emosi.
Hem, sedekat apa hubungan mereka saat ini? Sejak kapan keduanya dekat? Janeta memang cantik dan feminim. Tidak seperti aku yang berantakan. Bagaimana tidak berantakan? Setiap hari aku harus berlatih beladiri dan menembak. Padahal aku juga ingin seperti Janeta, menjadi wanita yang sesungguhnya. Bukan wanita jadi jadian seperti ini.
Tiba tiba rasa rindu pada keluargaku kembali hadir. Andaikan aku tidak terpisah dari mereka saat bencana alam itu, mungkin jalan hidupku akan berbeda. Beruntunglah Janeta, ia bisa bermanja manja dengan orang tuanya.
Sesampainya di apartemen, aku segera mandi dan istirahat sejenak, sembari menikmati secangkir kopi panas dan sepotong roti. Balkon ini adalah tempat faforitku. Dari sini, kota Jakarta terlihat indah. Gedung gedung pencakar langit berdiri dengan pongah menjanjikan kehidupan megah bagi penghuninya. Senja selalu terlihat indah dimataku, kilauan jingga itu meliuk diantara celah gedung memberi kesan tersendiri di hatiku.
Saat mentari tenggelam, aku masuk ke dalam. Aku ingin merebahkan tubuhku, mempersiapkan diri menyambut datangnya esok. Tak ada pilihan, besok pagi aku harus datang menemui Tuan Sky. Hah, seperti mengantar nyawa saja rasanya menjalankan misi ini.
****
Pagi yang cerah, selesai mandi, Aku menggunakan baju kemeja putih dan rok hitam. Setelah berdadan rapi, aku melangkah meninggalkan kamar menuju parkiran. Aku melaju mobil melintasi kota Jakarta yang padat. Misi kali ini cukup berat. Menjaga keselamatan Ezi, adik Tuan Sky dari musuh musuhnya. Sedangkan dia sendiri tidak tahu persis siapa musuh yang sesunguhnya. Runyam, bukan?
Sesampainya di rumah megah itu, satpam segera mengantarku ke ruangan Tuan Sky. Lelaki bertubuh atletis itu sudah menunguku.
"Apa kabar Nona Aila? selamat datang di rumahku."
"Baik Tuan Sky, terima kasih."
"Aku sudah bicara pada Ezi, sebenarnya dia menolak mendapat penjagaan darimu. Tapi tidak masalah. Tidak usah pedulikan dia. Yang harus kau lakukan adalah tetap di sampingnya, pastikan dia selalu aman?"
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Walau ada segudang tanya dihatiku. Tapi percuma bertanya, aku yakin dia juga tidak tahu jawabannya. Untuk itulah dia menyewaku, bukan?
"Seperti perjanjian kita, lakukan tugasmu sebaik mungkin. Kau tidak perlu persetujuan apapun dariku jika memang untuk keselamatannya." sesaat ia menarik napas dalam, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku sengaja menyewamu. Kalian sama sama wanita, akan lebih leluasa bagimu menjaganya dimanapun. Bahkan saat dia di kamar mandi. Paham?" Aku segera mengangguk menjawab pertanyaannya. " Ayo, ikut denganku, akan kukenalkan kau padanya."
Sekali lagi, aku mengangguk sekadar memberi hormat, lalu berjalan mengikutinya dari belakang. Rumah ini terlihat lebih mirip istana eropa klasik yang bernuansa putih. Belum pernah aku memasuki rumah semewah ini. Aku mengikuti Tuan Sky menaiki tangga. Railling tangga ini terbuat dari material besi dengan uliran motif dibagian tengah dan juga aksen bunga. Di sebuah ruangan, aku melihat wanita cantik berwajah polos sedang bermain piano. Diakah Ezi?
Gadis itu tidak mempedulikan kehadiranku. Ia hanya tersenyum pada Tuan Sky, kakaknya. Aku hanya diam berdiri tak jauh di belakangnya. Terlihat Tuan Sky sangat menyayangi adiknya itu. Ia sabar menungu Nona Ezi menyelesaikan lagu yang sedang dimainkannya.
"Ezi, lihat siapa yang datang?" ujarnya setelah Ezi mengakhiri permainan pianomya.
Pelan Ezi menoleh ke arahku. Wajahnya terlihat sendu, mata itu sayu menatapku. Sesaat kemudian dia kembali menoleh pada tuan Sky.
"Apa Kakak yakin dia bisa melindungiku?"
Sky tersenyum tipis membelai rambut adiknya. "Ezi, aku menambah bodyguarndmu, jadi perlindunganmu akan semakin kuat. Dia akan menjagamu saat kau tidur bahkan saat kau mandi sekalipun. Aku ingin agar kau merasa nyaman karena kalian sama sama wanita."
"Apa dia akan selalu mengikutiku? Apa aku tidak akan punya privasi lagi?"
"Hahaha, anggap saja dia hanya robot, jadi kau tidak perlu merasa terganggu dengan kehadirannya." Sky terlihat sangat puas dengan keputusannya. Ia mengusap puncak kepala Ezi, kemudia berlalu.
Aku memilih diam ditempatku semula. Gadis itu menatap punggung kakanya sejenak, lalu kembali memainkan lagunya.
Denting piano terdengar indah, Ezi terlihat mahir memainkannya. Aku pikir, kini saatnya berkenalan dengannya.
"Hai, Nona Ezi. Mulai hari ini aku akan menjaga Anda. Saya mohon agar kita bisa bekerja sama."
Gadis itu hanya diam, wajahnya terlihat datar. Aku bisa merasakan ketidak sukaannya padaku. Kenapa? Bukankah harusnya dia senang kakak lelakinya itu menambah personal untuk memperketat penjagaannya. Sampai diketahui siapa sebenarnya musuh dalam selimut di rumah ini.
Tapi perduli setan dengan sikapnya. Aku akan menjaganya dia suka atau tidak. Itulah tugasku di rumah ini.
"Nona Ezi, Tuan Sean datang ingin bertemu dengan Anda." ujar seseorang yang akhirnya kutahu dia adalah Tuan Baron, kepala pelayan di rumah ini.
Dia salah satu orang yang dicurigai Tuan Sky yang melakukan teror di rumah ini, hanya saja Sky belum memiliki bukti yang kuat untuk menyeretnya ke penjara. Selain menjaga Nona Ezi, Tuan Sky juga menyuruhku agar mengawasi gerak gerik Tuan Baron. Hah, apa bagusnya tinggal di rumah semewah ini jika tidak ada saling percaya anatar penghuninya?
Oke aku akan mengikuti kemanapun Nona kecilku itu pergi. Melihat Nona Ezi beranjak, aku mengikutinya dari belakang. Aku membuat jarak satu meter darinya. Agar lebih mudah bagiku melindunginya jika terjadi sesuatu. Sesampainya di ruang utama, kulihat seorang pria berwajah tanpan duduk di sofa.
"Aila, bisakah kau tinggalkan kami, dia Sean, kekasihku."
"Maaf Nona Ezi, aku tidak akan kemana-mana. Aku ditugaskan untuk melindungi Anda."