Chapter 3

735 Words
I want to go back, to a time before it’s too late   Bodoh. Bodoh. Bodoh. Ia terus-terusan memaki dirinya sendiri saat ini. Aleina tidak mungkin berbohong padanya. Mungkin saja ia benar, saat Ia mabuk, Ia tidak mau memakai pengaman dan tidak mau menunggu Aleina meminum pil.  Kenapa ia harus punya ego sebesar ini sampai ia tega membiarkan Aleina berjuang sendirian membesarkan Alisa sedangkan ia terus-terusan berpikiran buruk tentang wanita itu? Hanya  -- Keesokan harinya, Ia memberanikan diri datang pagi-pagi ke rumah Aleina untuk mengajaknya dan Alisa sarapan dan berenang di hotel yang Ia tempati. Persetan dengan Aleina yang tidak mau bertemu dengannya. Keinginannya bertemu dengan Alisa sangat tinggi. Adrian memarkirkan mobilnya dan keluar. Ia mengetuk pintu rumah itu beberapa kali lalu terdengar suara anak kecil yang ia kenal dari dalam. "Ali aja yang buka pintunya, Ma." Adrian tersenyum dan mundur beberapa langkah. "Om Adrian!" Adrian langsung memeluk dan membawa anak itu ke dalam gendongannya. "Kamu udah sarapan?" tanya Adrian di gendongannya. Alisa menggeleng. "Mama baru aja mau masak." "Mau sarapan di tempat om, nggak? Habis itu kamu bisa berenang disana." "Mau Om!" sahut Alisa sambil melompat dengan semangat. "Mas ngapain?" Aleina muncul dari balik pintu dengan rambut panjangnya yang ia ikat ke belakang sehingga Adrian bisa melihat leher indah wanita itu. Wajah mantan istrinya itu menujukkan ekspresi datar, terlihat bahwa Aleina tidak menyukai keberadaannya disini. "Aku mau mengajak kamu dan Alisa ke hotelku buat sarapan dan berenang." Adrian menjelaskan, berusaha setenang mungkin. "Kayaknya ucapan aku kemarin kurang jelas." Aleina berkata sinis. "Mama marah ya sama Om Adrian?" Alisa yang masih dalam gendongan Adrian mungkin dapat merasakan ketegangan diantara kedua orang dewasa ini. "Enggak sayang." "Berarti kamu mau dong aku ajak kamu sama Alisa ke hotelku? Come on, Al. Aku hanya ingin mengajak Alisa berenang." Adrian benar-benar mencari kesempatan dalam kesempitan. "Kamu ambil baju renang kamu dulu, sayang," ujar Adrian pada Alisa. Adrian menurunkan Alisa yang langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Adrian tersenyum pada Aleina. "Kamu juga, Al. Nggak usah mandi, aku juga belum mandi. Nanti mandi disana aja." Aleina melengos masuk ke dalam rumahnya tanpa menyuruh Adrian untuk ikut masuk juga. Adrian tidak masalah. Ia memilih duduk di kursi depan rumah Aleina dan menyibukan diri dengan handphonenya. "Ali udah siap, Om." Alisa sudah berganti baju dan membawa ransel kecil berwarna pink dan biru lalu memanjat sampai ia bisa duduk di pangkuan Adrian. "Mama mana, Sayang?" "Mama lagi ganti baju dulu." Aleina keluar dan mengunci pintu rumahnya. Ia mengenakan baju terusan selutut berwarna navy blue yang kontras dengan kulitnya yang putih. Ia membawa shoulder bag ukuran sedang entah apa isi di dalamnya. Melihat kedua wanitanya sudah siap, Adrian berdiri dan ia benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya pada Aleina. Wanita itu benar-benar cantik. “Ayo kita ke mobil.” -- Adrian memakai jatah sarapan untuk dua orang yang didapatkan dari hotel untuknya dan Aleina, sedangakan Alisa tidak perlu membayar karena umurnya masih terhitung gratis. Restoran belum terlalu ramai ketika mereka bertiga sampai disana. "Kamu mau duduk dulu atau ikut ambil makanan?" Adrian bertanya pada Aleina. "Ikut ambil makanan." "Alisa biar sama aku aja, Al." Aleina mengangguk mereka lalu berpencar untuk mengambil makanan. -- Setelah selesai sarapan, Adrian menunggu agar makanannya agak sedikit turun dengan bercanda dengan Alisa.  Anak itu sudah siap dengan mengenakan pakaian renang one-piece berwarna pink. Mereka lalu berjalan ke arah kolam renang dan mengambil tempat di kursi panjang yang tersedia di pinggiran kolam renang. "Aku mau pakai pakaian renang dulu di ruang ganti.  Aku nggak akan lama." Tidak lama, Adrian datang sambil membawa beberapa handuk putih yang disediakan oleh hotelnya. Ia menghampiri Aleina dan matanya mencari Alisa yang ternyata sedang memasukkan kakinya ke dalam kolam anak-anak itu. "Nanti pake handuk ini aja, Al. Biar gak usah berat-beratin tas kamu." Aleina mengangguk. Ia mengambil handuk itu dan meletakannya disebelahnya. "Kamu nggak berenang?" Adrian bertanya. "Enggak." "Aku yang turun deh.” Adrian duduk dan membuka kausnya di sebelah Aleina. "Tolong lipetin ya, Al." Adrian memberikan kaus yang tadi ia kenakan pada Aleina. Ia berdiri, dan membuka celana panjangnya yang menyisakan celana pendek untuk berenang. Ya Tuhan, Aleina tahu wajahnya memerah saat ini. Adrian tersenyum geli melihat Aleina yang mengalihkan pandangannya. Padahal kan dulu wanita itu sering melihatnya kenapa sekarang jadi malu-malu gini. "Lipetin celana aku juga ya, Al." Adrian berjalan dan melompat ke kolam anak-anak itu sehingga menciptakan cipratan-cipratan yang mengenai Alisa. Anak itu tertawa dan mundur sedikit. "Ayo ketengah, Al. Om temenin."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD