Apa yang terjadi dalam hidupnya bagaikan mimpi dan ada perasaan takut ketika mengingat dulu ia lebih memilih Amran dibandingkan Serkan yang belum pernah ia temui. Ia tahu ia mungkin telah melukai ego seorang Serkan karena langsung memutuskan menerima Amran untuk dijodohkan dengannya saat itu. Apalagi orang tua Serkan juga mendengar perubahan perjodohan itu ketika pertemuan itu terjadi. Kana merasa tidak enak dan ia bingung harus melakukan apa ketika bertemu dengan mertuanya. Banyak pikiran buruk yang saat ini ada diotaknya bagaimana sikap mereka ketika bertemu dengannya lagi setelah resepsi sederhana di rumahnya. Apakah mereka akan membencinya karena pernah menerima Amran dari pada Serkan dan apakah mereka rela anaknya menjadi pengantin pengganti.
Malam ini malam pertama ia menjadi seorang istri dan kemarin ia masih menyangka Amran yang akan menjadi suaminya. Kana membenci Amran karena telah membuatnya bermimpi tinggi membangun rumah tangga yang bahagia, namun akhirnya gagal karena penghianatan. Penghinaan yang ia dapatkan membuatnya kuat dan harus bertahan apapun terjadi. Menikah dengan Serkan pasti akan membuatnya bertemu Amran karena keduanya merupakan saudara sepupu dan ia harus bisa menerima semua yang terjadi padanya.
Ketukan pintu membuat Kana gugup. "Asssalamuaikum," ucap suara dingin yang berat itu terdengar dari balik pintu.
"Waalikumsalam," ucap Kana.
Handel pintu bergerak membuat jantung Kana berdetak dengan kencang, ia melihat sosok laki-laki tampan dan gagah itu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar sambil membawa kopernya. Kana bingung harus menyapanya atau mendekatinya lebih dulu. Ia gugup dan otaknya tak mampu berpikir apa yang harus ia lakukan, ia merasa sangat canggung apalagi saat ini ia berada didalam kamar bersama laki-laki asing yang belum ia kenal tapi telah resmi menjadi suaminya.
Serkan duduk di sofa dan ia menatap sosok Kana yang saat ini duduk diranjang. Pakaian yang Kana pakai adalah baju tidur yang sangat sopan miliknya, baju tidur seksi yang harusnya ia pakai telah ia buang kedalam tong sampah, apalagi baju itu ternyata baju yang diberikan adiknya Amran padanya. Tak ada hal baik yang tersisa dihatinya pada sosok Amran tapi pada laki-laki didepannya ini ia harus mulai menerimanya.
"Pernikahan ini bukanlah keinginanmu dan hanya terpaksa karena keadaan keluarga kita. Saya tidak memaksa untuk kamu mengikuti saya ke daerah atau ke tempat saya tinggal tapi saya tetap akan bertanggung jawab atas kamu karena kamu telah menjadi istri saya," ucap Serkan dan suaranya terdengar amat dingin membuat Kana yakin jika Serkan memang tidak sedikitpun tetarik padanya. Melihat Serkan yang begitu tampan dan bersikap dingin seperti ini padanya, Kana yakin jika Serkan sepertinya sangat terpaksa menikahinya.
"Apa pernikahan ini membuat anda sangat berat untuk sekedar menjalaninya?" Lirih Kana dan sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menteskan air matanya meskipun saat ini ia ingin menangis.
"Apa saya mengatakan kalau saya berat menerima kamu?" Sinis Serkan.
"Dari nada bicaramu aku merasa kau ingin sekali menceraikan aku sekarang juga," ucap Kana.
"Tidak perlu membahas hal itu!" Ucap Serkan dan ia membuka kaos yang ia pakai membuat Kana membuka mulutnya. "Saya terbiasa tidak memakai pakaian atas kalau ingin tidur, saya harap kamu terbiasa melihat saya seperti ini jika kita berada dikamar yang sama," ucap Serkan dan ia membaringkan tubuhnya di sofa panjang lalu memejamkan matanya.
Kana ingin mengajak Serkan kembali berbincang namun laki-laki ini terlihat tak berminat untuk berbincang padanya. "Kunci pintu kalau kamu tidak mau keluarga kita melihat kalau saya tidur disofa," ucap Serkan membuat Kana terkejut. "Saya tidak akan menyetuh perempuan yang tidak ingin disentuh!" Ucap Serkan membuat Kana turun dari ranjang dengan cepat dan ia mengunci pintu lalu membaringkan tubuhnya diranjang.
Kana sama sekali tidak bisa tidur namun ia melihat kearah Serkan yang terlihat telah tertidur pulas. Kana menghembuskan napasnya sepertinya sangat sulit untuk mendekati laki-laki yang saat ini telah berstatus sebagai suaminya. Tadinya ia ingin membahas apa yang harus ia lakukan setelah menikah dan dimana ia harus tinggal. Dulu Amran telah menyiapkan apartemen yang telah diisi dengan barang-barang miliknya dan rencananya setelah menikah, ia dan Amran akan tinggal disana karena Apartemen itu dekat dengan rumah sakit tempatnya berkerja.
Kana membaringkan tubuhnya, ia mencoba memejamkan matanya dan akhirnya karena lelah ia bisa tertidur pulas. Kana membuka matanya dan ia mengucek kedua matanya saat mendengar suara merdu laki-laki yang saat ini sedang menunaikan sholat subuh. Pemandangan yang tidak biasa membuat Kana merasa kagum, apalagi Serkan hanya memakai sarung dan baju kaos tanpa kopiah saja ia terlihat sangat tampan. Kana merasa bodoh karena begitu gampang kagum dengan sosok laki-laki hanya karena ketampanan mereka hingga ia tertipu dengan sosok Amran.
Kana turun dari ranjang, ia segera mandi dan ia merasa sangat bodoh karena lupa mengambil pakaian ganti. Kana melilitkan tubuhnya dengan handuk dan ia membuka cela pintu, lalu melihat sosok Serkan yang sedang duduk disofa, ia mempercepat langkah kakinya keluar dari kamar mandi dan mengambil bajunya dan pakaian dalamnya dengan cepat, namun ia tidak menyadari jika bra miliknya terjatuh.
"Ada yang jatuh," ucap Serkan membuat Kana melihat sesuatu yang tergeletak dilantai dan ia dengan cepat mengambilnya dengan wajah merah padam. Kana segera masuk kedalam kamar mandi, ia memakai pakaiannya dengan cepat lalu keluar dari kamar mandi dan segera menunaikan sholat subuh.
Kana merasa kesal, apalagi laki-laki yang telah menjadi suaminya ini memang tak banyak bicara hingga ia bingung bagaimana memulai pembicaraan padanya. Apalagi Serkan tak terlihat canggung malah sibuk dengan ipad yang sedang ia pegang. Kana ingin tahu apa pekerjaan Serkan dan ia ingin mengenal Serkan agar bisa dekat dengan Serkan tapi sepertinya laki-laki ini memberikan batasan yang jelas untuknya agar ia tidak mencoba mengenalnya. Kana menghela napasnya dari pada ia merasa canggung berada didalam kamar bersama Serkan, lebih baik ia segera keluar dari kamar dan membantu urusan dapur bersama keluarganya yang lain. Kana melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan ia menuju dapur.
Kana melihat Kiran yang sibuk memanaskan masakan bersama sepupunya Lifia, Lifia merupakan sepupu Kana yang memang telah lama tinggal di Rumah ini semenjak ia kecil. Lifia anak dari adik Ibunya Kana, ia saat ini sedang menempuh kuliah mengambil jurusan komunikasi dan ia saat ini juga bekerja sebagai seorang artis. Menjadi artis sebenaranya ditentang keluarga besarnya namun Lifia yang keras kepala memang ingin menjadi artis sejak dulu dan mengabaikan larangan keluarganya. Sejak kemarin Lifia yang menjadi panitia acara pernikahan Kana terlihat sangat sibuk mengatur semua persiapan dan juga jalannya acara.
"Hai Li," tegur Kana.
"Hai pengantin baru, memang auranya berbeda ya Mbak," goda Lifia.
"Hahaha....dapat suami super cool yang pastinya hot banget," ucap Kiran. "Nggak usah drama nangis berhari-hari karena si kampret Amran, dia nggak pantas ditangisin. Ingat ya moto kita bertiga!" Ucap Kiran.
"Nggak boleh bodoh nangis karena cowok nggak guna, kalau bukan suami kita ngapain dipikirin!" Ucap Lifia membuat Kana tersenyum.
Tiba-tiba seorang laki-laki tampan memeluk Kana dari belakangan membuat Kana kesal dan ia mencubit lengan laki-laki itu. "Yaelah Mbak ganas banget, kasihan sama Mas Serkan," ucapnya Altaf.
"Kamu sih suka banget gangguin orang Al," kesal Kana.
"Lifia, Mbak Kiran gimana kalau kita taruhan," ucap Altaf.
"Taruhan apa?" Tanya Kiran.
"Iya kamu ini ada-ada aja apa sih yang mau dipertaruhkan," ucap Lifia.
"Gini nih, Mbak kita taruhan Mbak Kana akan cinta banget sama Mas Serkan berapa bulan atau tahun gitu. Kalau dia bakal jatuh cinta sama Mas Serkan itu pasti akan segera terjadi tapi proses waktunya berapa lama," ucap Altaf.
"Oke setuju, kalau aku ya Mbak Kana bakal jatuh cinta alias bucin kurang lebih tiga bulan, tapi itu kalau mereka tinggal bersama terus menerus selama tiga bulan," ucap Lifia.
"Satu bulan, kalau tinggal bersama selama satu bulan pasti Mbak Kana bakal jatuh cinta lebih dulu," ucap Kiran membuat Kana membuka mulutnya.
"Kalian ini apa-apaan kurang kerjaan banget," ucap Kana kesal.
"Hahaha...ih belum apa-apa wajahnya udah merah gitu, malu ya Mbak?" Goda Kiran.
"Malu-malu tapi mau," goda Lifia. Kana mengehela napasnya, inilah kehangatan dan kehebohan kekuarganya jika berkumpul. Sekarang ia telah menjadi seorang istri, sudah sepatutnya ia akan mengikuti suaminya dan akan berpisah dengan para saudaranya ini.
"Gangguin aja Mbak terus menerus sampai kalian bosan dan sebentar lagi Mbak juga bakal jarang kumpul sama kalian," ucap Kana membuat tawa renyah mereka terhenti dan mereka sadar jika sebentar lagi Kana kemungkinan besar akan pergi dari rumah ini bersama suaminya.