Ancaman Bian membuat Flo bergidik ngeri. Biasanya ucapan pria itu sering menjadi kenyataan dan ia tidak bodoh mengenai hukuman apa yang dimaksud. Flo berpikir keras bagaimana melepaskan diri dari Bian. “Bi, jangan semena-mena, dong. Apa hak kamu menghukum aku karna pergi dengan adik sepupu kamu sendiri?” “Bukan masalah dia adik sepupuku tapi siapa dulu yang janji ngajak kamu makan siang, Flo.” Tokk! Tokk! Tokk! Pelukan Bian sedikit mengendur setelah mendengar pintu ruang kerjanya yang diketuk. Raut wajah pria itu nampak kesal karena ada yang mengganggu waktunya bersama dengan Flo. Berbeda dengan Bian, ketukan pintu seakan menjadi angin segar bagi Flo. Seperti ada dewa penyelamat yang datang, membantu dirinya melepaskan diri dari kungkungan Bian yang posesif. “Ada yang datang,” ucap F
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books