1

202 Words
Mellia menatap putranya. Putra yang teramat ia cintai. Enam tahun sudah orang tuanya mengira ia tinggal di Singapura, dan dengan lantangnya dulu Mell berkata ingin mandiri dan tidak akan pulang sebelum menjadi orang yang sukses. Dan sudah lima tahun ia kabur dari Singapura untuk tinggal menetap di Bali. Pulau yang teramat dekat dengan keluarganya. Namun tak satu hari pun Mellia berani menampakkan batang hidungnya.Karena pada nyatanya dia tidak akan sukses, dan hanya akan menjadi aib keluarga. Alvero Anantio Haryo. Hanya itu yang tersisa dihidupnya. Putra berusia lima tahunnya. Putra yang akan membuatnya meneteskan air matanya saat anak lucu itu terlelap dalam tidur. "Mommy, nangis?" Wanita bernama lengkap Merliana Haryo itu menghapus cepat air matanya. "Nggak sayang, Mommy nggak nangis." "Mommy." "Yeah, ma little one?" "Where's my daddy Mom?" "..." "Mommy." "He is die, Vero." Yah, dia sudah mati sayang. Mati dari hidupmu dan hidup Mami. Laki-laki itu tak akan bersama kita Nak. Dia mencintai isti om mu. Akan selalu ia ingat. Laki-laki yang datang dengan aroma alkohol dibibirnya itu menolak kehadiran Vero. Ia akan terus mengingatnya. Tak akan satu detik pun, Mellia lupakan jika Ray Husodo menginginkan kematian sang putra beberapa tahun lalu. Cintailah dia terus Ray. Kami baik-baik saja tanpa kamu..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD