“Dasar gemblung!!!” seruku setelah mematikan panggilan video. Untungnya aku berhasil melarikan diri sebelum Mama Jamila bertanya maksud ucapan anak bujangnya. Aku masih mengelus d**a, mengatur nafas, menetralkan detak jantung yang ingin melompat dari tempatnya. Tok ... tok ... Pintu kamar tamu yang ku tempati diketuk seseorang. Pastinya itu Mas Afif. Mungkin dia bosan menungguku jadi memutuskan untuk menyusul. “Baaaaaaa,” teriakku. “Haha ... kaget ya.” Mas Afif menarik pelan hidungku. Wajahnya terlihat menggemaskan saat kaget. Emmm, calon suamiku ternyata ganteng juga. Eh ... “Sudah selesai telponnya?” “Iya, yuk ke ruang keluarga. Maaf ya sudah membuat Mas nunggu lama.” “Gak masalah. Aku tadi menyusul takut kamu ketiduran.” Kami berjalan dengan bergandengan tangan. Jari jemari M