# Ariana menatap pantulan bayangan dirinya di kaca. Lalu perlahan ia menyentuh perutnya yang masih rata, tempat benih suaminya yang kini tumbuh dalam dirinya. “Persiapkan dirimu Ariana, kalau waktunya sudah tiba, kau sendiri yang harus berhasil untuk pergi dari Damian dan aku serta Aryan yang akan mengurus Azka juga Mama. Kali ini tidak boleh gagal.” Kini ucapan Irvan itu terngiang-ngiang di telinganya. “Apa yang akan terjadi padamu nanti? Haruskah aku…. merelakanmu juga?” ucap Ariana pelan sambil mengusap perutnya sendiri. Ia bingung, antara mempertahankan janin yang kini sudah jelas-jelas ada di dalam perutnya atau haruskah ia menggugurkannya? Yang termudah adalah mengugurkan anak itu, karena dengan demikian berarti ia sudah menyingkirkan adanya ikatan dan hubungan dengan keluarga