Bab 5 : Maaf Sayang, Harapanmu Tidak Akan Menjadi Kenyataan 1

1441 Words
Dua Tahun Kemudian # (Tiga hari lagi sebelum ulang tahun pernikahan Damian dan Ariana) Damian duduk di kursi kerjanya dan mengamati laporan yang diberikan oleh orang yang ia tugaskan untuk kembali menyelidiki istrinya selama dua tahun ini. “Namanya Irvan Kristian. Orang kepercayaan Gumilar Pradipta yang juga adalah satu-satunya orang yang selama ini terlihat dekat dengan Nyonya semasa Nyonya belum menikah dengan tuan. Saya mendapatkan info tambahan kalau sewaktu kecil, Irvan Kristian dan Nyonya pernah tinggal bersama namun kenapa demikian, saya belum tahu pasti alasannya. Yang jelas, Nyonya Ariana tampaknya secara terencana di pilih oleh ayah Tuan. Saat itu, Gumilar Pradipta mencoba menjodohkan anak keduanya dengan Tuan tapi ayah Tuan bersikeras untuk tetap memilih Nyonya Ariana.” Damian menatap Rano, orang kepercayaannya dengan tatapan tidak puas. “Sudah? Hanya itu info yang kau dapatkan tentang istriku?” tanya Damian, raut wajahnya jelas terlihat kesal. Rano tersenyum kemudian menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat pada Damian. “Selama dua tahun ini, baik Nyonya Ariana dan juga Irvan Kristian, secara rutin mengunjungi sebuah tempat di luar negeri. Saya menyelidikinya dan tampaknya itu adalah salah satu property keluarga Gumilar di luar negeri. Saya tidak begitu yakin apa yang terjadi disana tapi keterangan dari beberapa penduduk yang tinggal di sekitarnya mengatakan kalau tempat itu adalah Rumah Sakit Jiwa pribadi yang dimiliki oleh sebuah keluarga kaya, hanya sayangnya tidak ada yang mengetahui dengan pasti siapa pemilik tempat itu.” Damian mengamati foto-foto bangunan tua itu dan tampak mengerutkan dahi pada salah satu foto yang menunjukkan secara samar senyum Ariana yang tengah berbincang-bincang entah dengan siapa. Damian meletakkan foto itu diatas meja dan menunjukkannya pada Arya. “Lain kali, jangan memberiku foto-foto tidak lengkap seperti ini! Aku harus tahu Ariana bicara dengan siapa, bertemu dengan siapa, apa saja yang ia lakukan, dan juga mengapa dia memiliki begitu banyak rahasia yang sangat sulit untuk digali! Aku tidak membayarmu selama dua tahun ini untuk mengikuti Ariana kemana-mana dan hanya memberiku laporan serta foto tidak lengkap seperti ini! Paham?” Rano menelan ludah ngeri. Dua tahun ia secara diam-diam melayani Nyonya Atmachandra sebagai asistennya dan tidak pernah ia melihat tuannya bersikap tenang setiap kali berhadapan dengan segala hal terkait istrinya. “Saya paham Tuan. Maafkan saya, lain kali saya akan lebih memperhatikan semua detail yang tuan minta dan melaporkan semuanya dengan lengkap,” ucap Rano. Damian berbalik. “Laporkan semuanya kepadaku dengan cepat, detail dan lengkap,” ucap Damian. Ia sudah kembali bisa menguasai dirinya lagi. Rano adalah orang terbaik yang ia miliki untuk melakukan pekerjaan seperti ini, ia bahkan sudah pernah menyewa seorang detektif namun hasilnya nihil. Hanya Rano yang dulu di didik ayahnya secara khusus yang bisa menggali sedikit demi sedikit semua yang disembunyikan oleh Ariana dan juga keluarga Gumilar. “Baik Tuan, akan saya laporkan semuanya dengan cepat, detail dan lengkap,” ucap Rano. “Kau boleh pergi,” ucap Damian. Rano meninggalkan ruanga kerja Damian seperti perintah. Saat Rano baru saja keluar dari ruangan Damian, ia melihat Ariana yang melangkah ke ruangan Damian. “Selamat sore Nyonya Ariana,” ucap Rano. Ariana menatap Rano sesaat dengan tatapan datar. Ia tahu Rano adalah salah satu orang kepercayaan Damian, untuk itu ia merasa kalau lebih baik ia menjaga jarak dengan pria ini. “Apa suamiku ada di dalam?” Tanya Ariana. Rano mengangguk. “Tentu Nyonya, Tuan Damian tampaknya sudah menunggu kedatangan Nyonya karena Tuan meminta saya agar menyiapkan restoran untuk makan malam bersama Nyonya,” ucap Rano dengan wajah ceria. Ariana mengerutkan dahinya. Bagaimana mungkin pria itu sudah mengetahui kedatangannya? Ia bahkan tidak membuat rencana dan pesawat yang ia tumpangi baru saja mendarat sekitar dua jam yang lalu. “Baik. Terima kasih Rano,” ucap Ariana kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kerja Damian. Ariana mengetuk pelan pintu ruang kerja Damian kemudian mendorongnya pelan. Ia sudah tahu dengan pasti kebiasaan Damian yang selalu mengurung diri diruang kerjanya untuk beberapa waktu setiap kali ia pulang kerumah. Kalau tidak, pria itu pasti sedang bersenang-senang di luar sana bersama teman-temannya dengan menyewa para wanita penghibur. Satu-satunya yang membuat Ariana masih menghargai Damian sebagai suami adalah karena Damian tidak pernah sekalipun membawa pulang wanita-wanita sewaannya kerumah dan meski Ariana tahu kalau Damian mungkin memiliki entah berapa banyak wanita simpanan di luar sana, sama seperti ayahnya, pria itu tetap memberinya hak yang seharusnya didapatkan seorang istri sah, baik itu kehormatan maupun kekuasaan di rumah dan kantor. Inilah satu-satunya yang menjadikan Damian berbeda dibandingkan dengan ayah kandungnya. Setiap kali Ariana muncul di kantor Damian, tidak ada seorangpun staff dan pegawai disana yang tidak menghormatinya, begitu juga dihadapan kolega dan rekan bisnisnya. Damian memperlakukan Ariana bagai ratu dihadapan semua orang meski ia bersikap tidak lebih dari seorang laki-laki b******k dibelakangnya. “Kudengar kau memesan restoran untuk makan malam kita?” tanya Ariana. Damian menutup laptopnya dan mengangkat wajahnya menatap Ariana. “Bukankah kita sudah lama tidak makan malam romantis berdua?” ucap Damian. “Apa itu perlu?” tanya Ariana lagi. Damian bangkit berdiri dan melangkah mendekati istrinya. Ariana selalu merasa seperti ini setiap kali Damian melangkah mendekatinya dan menatapnya seperti sekarang. Ia selalu merasa terintimidasi. “Tentu saja perlu, dalam tiga hari kita akan segera berpisah, bukan lagi suami istri, kenapa kita tidak memanfaatkannya dengan baik dan mereguk kenikmatan bersama sampai puas?” ucap Damian, ia meniup pelan daun telinga Ariana. “Kau tahu aturannya, aku tidak akan melayanimu di atas tempat tidur kalau kau baru meniduri wanita lain,” ucap Ariana tenang. Damian tertawa. “Kau mencurigaiku lagi?” tanya Damian. Ariana menunjuk bekas lipstick yang sedikit tersamar di kemeja Damian. “Tidak ada pria yang menggunakan lipstick bukan? Kecuali kau meniduri seorang waria. Selain itu kau bau parfum wanita,” ucap Ariana. Damian mundur beberapa langkah. “Apa kau intel? Ketelitian dan analisamu sangat mengagumkan,” ucap Damian. Ariana tersenyum tipis tanpa ekspresi. “Terima kasih,” ucapnya. “Memangnya, kalau aku meniduri seorang waria,kau akan mengijinkanku menyentuhmu?” tanya Damian lagi. “Tidak,” jawab Ariana. “Tidak bisakah kau memberikan pengecualian untuk malam ini? Tiga hari menjelang kita bercerai, aku ingin menikmatinya bersama denganmu,” ucap Damian jujur. Ariana menarik napas panjang. “Kau tahu aturannya dan kau juga tahu kalau tiga hari lagi kita kan segera bercerai, seharusnya kau tidak menyentuh wanita lain kalau kau memang ingin bersamaku,” ucap Ariana. Damian tertawa. Dia tahu hal itu dengan jelas. Ariana tidak akan pernah mau disentuh olehnya jika ia mabuk atau jika dirinya baru saja bersama dengan wanita lain. Tapi ia benar-benar ingin tahu bagaimana istrinya bisa bertahan bersamanya sesuai perjanjian dan kesepakatan mereka disaat ia juga tahu kalau suami yang berbagi ranjang dengannya, sesekali masih meniduri wanita lain. “Oke, aku paham. Aku akan menunggu sampai besok. Tidak perlu bersikap sedingin itu kepadaku, aku hanya ingin memelukmu karena aku sangat merindukanmu,” ucap Damian sambil kembali mendekati istrinya. Namun Ariana melangkah mundur. “Sudah kubilang, kau bau parfum wanita lain,” tolak Ariana. Damain berdecak kesal. Dengan wajah sebal ia menanggalkan jas dan kemejanya. “Sekarang tidak ada lagi bau parfum wanita lain di tubuhku, itu menempel di kemejaku karena aku memang bersama dengan beberapa lady escort tadi,” ucap Damian. Ariana memandangi d**a telanjang Damian dengan tatapan yang sama datarnya seperti sebelumnya. “Itu tidak menghapus kenyataan kalau kau baru tidur dengan wanita lain dan aku….” “Astaga kau cerewet dan terlalu kaku, bahkan tidak ada kelonggaran untuk suamimu sendiri!” Damian langsung memeluk Ariana. Ariana terdiam. Damian benar, bau parfum itu hanya menempel di bajunya dan bukan tubuhnya. “Nah, apa yang mau kaubicarakan, kenapa kau menemuiku?” tanya Damian. Pertanyaan Damian seperti mengembalikan kesadaran Ariana yang sempat lupa dengan tujuannya semula datang ke tempat ini. “Aku…ingin meminta bantuanmu untuk memberi dukungan bagi yayasan pendukung anak-anak dengan keterbelakangan mental di Sulawesi, mereka saat ini sedang sangat kekurangan dana,” ucap Ariana. “Aku tidak suka berdonasi atau mendukung layanan sosial seperti itu. Tidak ada untungnya buatku. Kenapa kau tidak seperti wanita terhormat lainnya? Cukup berikan mereka uang dan selesai,” ucap Damian. “Uang akan habis, tapi kalau mendapatkan dukungan darimu, akan lebih banyak sumbangan yang datang serta mereka akan mendapatkan dana bulanan tetap dari perusahaanmu,” ucap Ariana. Damian melepaskan pelukannya pada Ariana. “Kalau kulakukan, apa kau akan membuka pintu kamarmu untukku malam ini?” tanya Damian, ia menatap Ariana penuh makna. Ariana mengatupkan bibirnya dan menyorot Damian kesal. Pada akhirnya ia memilih untuk menekan perasaannya dan menyodorkan sebuah map kepada Damian. “Baiklah, jika kau menandatanganinya,” ucap Ariana. Damian tersenyum penuh kemenangan. “Berdandanlah yang cantik, kita akan makan malam di luar malam ini,” ucap Damian saat ia meraih kemejanya lagi dan mengedipkan mata dengan genit ke arah Ariana Bersambung……
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD