Aslinya aku ingin sekali mencakar wajah bang Nino, saat dia memutuskan bertahan di Amrik setelah kami merayakan acara wisudanya. “Jangan bercanda No, kamu sudah selesai kuliah, mama mau kamu pulang dan tepati janjimu pada Noni dan orang tuanya” protes mama. Bang Nino menghela nafas. “Mah…aku masih belum jadi apa apa. Biaya hidupku aja masih di support papa. Biar aku kerja dulu sama papa dan eyang, sampai aku rasa diriku cukup mapan untuk lamar Noni, baru aku pulang mah. Aku juga percaya Noni akan tetap tunggu aku pulang, walaupun aku tidak pernah bilang kapan aku pulang” jawab bang Nino. Mama menatap papa dan eyang kung yang santai menyesap kopi mereka. Eyang uti sudah cemberut dan bersandar di bahuku. Eyang uti pasti kesal seperti mama, tapi tau tidak bisa memaksa bang Nino. Semua se