Huft…pergi dengan bujang di luar kedua abangku, memang buat jantungku konser trus. Berhenti kek bentar aja konsernya, ini malah semakin kencang berdecak tidak beraturan. Kalo sampai Radit dengarkan malu akunya. “Kenapa Dis?” tanyanya menoleh karena aku mungkin diam saja, sementara dia celingukan mencari restoran. Aku buru buru menggeleng. Masa iya aku bilang. “Kita makan apa ya?, yang kamu suka, supaya kamu berpotensi makan banyak” gunyamnya celingukan menatap jajaran resto di sekeliling kami. Aku ikutan celingukan. “Restoran Jepang? atau terserah sih, aku tidak masalah” jawabku. Baru Radit menoleh menatapku lagi. “Yakin bisa habiskan?, aku gak mau ya kamu gak makan banyak” jawabnya. Aku buru buru mengangguk, gampanglah di rayu kalo aku kenyang, pasti ngalah. Eh ternyata dia tidak