Hari hari menjelang kepergian bang Nino ke Amrik, suasana rumah kami semakin muram. Padahal bang Nino belum berangkat. Mama yang setuju abang kuliah di Amrik aja, terlihat lesu. Hanya papa yang kelihatan sibuk mempersiapkan semua untuk bang Nino, sampai membeli aparteman baru yang lebih besar di LA, untuk menampung kami kalo sedang menengok bang Nino. Tadinya mama menyarankan membeli penthouse, tapi bang Nino menolak karena hanya akan tinggal sendirian untuk waktu yang lama. “Belum apa apa rumah udah sepi sekali ya Dis?” keluh mama. “Mama sih kasih izin abang kuliah ke Amrik” jawabku. Mama menghela nafas pelan. “Mau gimana?, mama gak mungkin menuruti ego mama dengan tidak memberikan izin abangmu belajar, juga tidak menerima keinginan papamu yang mau Nino mendapat pendidikan terbaik se