Keputusan Radit jelas membuatku suntuk. Apa keputusanku ya?, dan Radit hanya menuruti. Pokoknya akhirnya hubungan kami berakhir. The end. Jelas membuatku suntuk. Satu satunya orang yang masih bisa aku ajak curhat, siapa lagi kalo bukan Risda, satu satunya temanku. Janjianlah kami sepulang aku ngantor. “Lagi elo aneh, laki mau ngajak serius malah elo ajakin putus. Yang bego di sini sih elo Dis, bukan Radit” komen Risda yang sudah aku bisa tebak. Aku menghela nafas sambil mengaduk es kopi pesananku di sebuah kafe cukup terkenal di mall. “Salah kalo gue ngomong gitu?” tanya Risda menjeda. “Gak, elo benar” jawabku malas. “Ya udah gak usah suntuk, yang mau putus elo” jawab Risda. Aku berdecak lalu bersandar di sofa yang aku duduki. Gantian Risda mengaduk minumannya dengan sedotan sebelum