“Bang Omen….” desisku mengulang. Berharap banget bang Omen akan tersenyum menatapku, kalo pada teman temanku yang membosankan biar aja dapat tatapan galak bang Omen, biar tau rasa. Bukan senyuman yang aku dapat, malah dengan paksa dia menarik tanganku sampai aku bangkit dari dudukku. “BANG!!!” jeritku protes. “DIS!!!” seru teman temanku serentak. Apa bang Omen perduli dengan protes kami, tentu saja gak. “DIAM LO SEMUA DI SINI!!” perintahnya sebelum menarik tanganku menjauh dari teman temanku dengan paksa. Fiks, harus aku coret dari daftar cowok yang pantas jadi pacarku apalagi calon suamiku. Gila nih laki, kasar banget. Dengan tidak berperikemanusiaan dia menarik tanganku dengan tergesa. Aku sampai kewalahan menjajari langkahnya, dan tentu saja malu karena semua orang jadi menatap ke