Menceritakan Semuanya

1053 Words
Sudah cukup lama Meira dan Dion menunggu Layra sadarkan diri dari pingsannya, hingga tidak terasa kini gadis itu sudah sadar. Ia bingung melihat Dion yang tiba-tiba duduk di samping Meira, termasuk keberadaan dirinya yang saat ini berada di rumah sakit. "Meira, apa yang terjadi? Kepala ku terasa pusin ..." ucap Layra sambil berusaha untuk melihat dengan jelas penglihatannya yang terasa masih sedikit buram. "Sebelumnya kamu pingsan." "Pingsan?" "Hem, tapi bukan hal itu yang penting. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada mu saat ini juga!" ucap Meira dengan tegas, tapi nada suaranya ia pelan kan karena ada beberapa pasien yang sedang di rawat si sebelah mereka saat ini. Sedangkan ruangan tempat Layra yang khusus untuk ruangan sendiri, masih sedang di persiapkan oleh para perawat yang lain. "Menanyakan apa?" tanya Layra yang penasaran, Meira baru saja ingin mengatakannya tapi tiba-tiba seorang perawat datang dengan membawa sebuah kursi roda. "Maaf, Bu. Sekarang kita akan melakukan pemeriksaan USG dulu ya untuk memastikan, apakah ibu benar-benar hamil saat ini," ucap sang perawat yang ingin membawa Layra masuk kedalam ruangan yang khusus untuk dirinya melakukan perawatan lebih lanjut karena keadaan Layra saat ini masih lemah dan harus memakai impus. "USG?" tanya Layra kebingungan, terutama mendengar kalimat 'hamil' membuat Layra terdiam membisu. "Hem," jawab Meira dengan singkat karena tidak mungkin ia membahas hal seperti itu di tempat umum dan terutama ada perawat bersama mereka saat ini. Ia akan menanyakan nya di saat waktu yang tepat saja, walapun ia sudah yakin Layra benar-benar hamil tapi ada hal lain lagi yang ingin Meira tanyakan. Sekarang Meira, Dion dan Layra sudah berada di ruangan dan mereka melihat sudah ada dokter kandungan di dalamnya. Awalnya dokter kandungan mengira, Dion adalah suami Layra tapi gadis itu dengan segera mengatakan yang sebenarnya kepada dokter itu, hingga akhirnya dokter kandungan pun mengerti sekarang. Para perawat pun dengan segera membopong tubuh Layra untuk berbaring di kasur, supaya dokter dengan segera memeriksa nya. "Dengan Ibu siapa?" tanya dokter kandungan itu. "Layra, Dok." "Baiklah, Bu. Sebelumnya dokter umum mengatakan bahwa ibu pingsan dan melakukan pemeriksaan darah, lalu hasilnya ibu saat ini sedang hamil. Tapi, untuk memastikan nya dengan jelas kita akan melakukan USG ya, Bu," ucap dokter Juan yang masih terlihat begitu muda itu. Layra yang mendengar nya hanya menganggukkan kepalanya dengan lemas. Wajah gadis itu masih terlihat masih pucat dan bahkan kedua kelopak matanya masih saja sayu. "Sebelum melakukan pemeriksaan, hari terakhir haid Ibu kapan?" tanya dokter Juan. "Saya lupa Dok karena siklus haid saya tidak teratur, terkadang tidak haid bisa sampai 5 bulan Dok jadi malas untuk mencatatnya," jawab Layra dengan jujur. Meira yang berada di samping nya hanya mengeleng-gelengkan kepalanya saja. Sahabat nya itu memang selalu telat haid selama ini, bahkan ia pernah sekali menduga Layra diam-diam tidur dengan laki-laki diluar sana dan sampai hamil, saking sahabatnya itu tidak kunjung haid selama 3 bulan lamanya. Untungnya Layra masih sabar menghadapi Meira yang berbicara seperti itu kepadanya. Sekarang dokter kandungan segera melakukan pemeriksaan USG di bagian perut Layra. Sedangkan gadis itu merasa sedikit malu karena ini adalah pertama kalinya ia melakukan hal itu, terutama ia merasakan perut nya terasa dingin dan sedikit geli akibat gel yang dioleskan di bagian perutnya. Ketika dokter kandungan mulai menggerakkan batangan doppler ke sekitar perut Layra, gadis itu tiba-tiba mendengar suara seperti detak jantung dan bahkan ia melihat di bagian layar komputer itu terlihat seperti ada biji kacang yang begitu kecil. Dokter terus menggerakkan batangan doppler ke arah perut Layra dengan perlahan-lahan, sambil dokter kandungan menjelaskan bahwa Layra memang sedang hamil saat ini, lalu dokter itu menjelaskan bagaimana hasil perkembangan janin yang ada di dalam rahimnya. "Selamat ya, Bu. Usia kehamilan Anda sekarang baru saja berusia 8 minggu atau berusia 2 bulan. Janinnya masih terlihat kecil ya, hanya sebesar biji kacang merah, " jelas dokter kandungan. Setelah melakukan pemeriksaan, kini dokter menyarankan lagi supaya Layra lebih banyak beristirahat dan tidak melakukan kegiatan yang akan membuatnya kelelahan karena di usia kehamilan trisemester awal, memang lebih sedikit rawan yang tentunya akan berisiko keguguran. Layra terus menganggukkan kepalanya saja mendengar dokter yang terus menjelaskan untuk dirinya dengan begitu detail dan mudah di pahami. "Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?" tanya dokter Juan dengan begitu ramah. "Tidak ada, Dok." "Berarti sudah jelas, ya?" "Iya, Dok." "Baiklah, saat ini Ibu harus di rawat inap terlebih dahulu malam ini. Kita lihat keadaan Ibu besok pagi, jika sudah membaik Ibu bisa di perbolehkan pulang, ya." "Iya, Dok." "Saya akan memberikan beberapa vitamin serta obat penambah darah untuk Ibu, nanti harus diminum sampai habis. Kalau bisa, ibu juga harus minum s**u untuk ibu hamil supaya janinnya berkembang dengan baik." Layra hanya terus mengatakan 'iya' saja untuk menjawab ucapan dokter Juan karena ia juga bingung harus bagaimana dirinya berbicara, apa lagi menurut nya penjelasan yang dokter katakan sudah sangat jelas dan mudah ia pahami. Setelah semuanya selesai, kini dokter Juan pamit pergi keluar sedangkan bidan yang menjadi asisten nya kembali menyusun alat USG dan membawanya keluar. Sekarang bidan serta dokter sudah tidak ada lagi berada di ruangan itu, Meira yang sudah merasa aman dengan segera mendekati Layra karena dirinya sudah tidak sabar lagi untuk menanyakan apa yang saat ini berada di pikirannya. "Katakan! Siapa ayah dari anak ini?" tanya Meira dan Layra rasanya begitu sulit untuk menjelaskan kepada sahabatnya itu. "Meira, bisakah jangan bertanya tentang hal ini terlebih dahulu?" tanya Layra, ia benar-benar tidak bisa mengatakan semuanya saat ini. Ia sangat berharap Meira mengerti keadaan dirinya dan tidak terlalu banyak menanyakan sesuatu hal yang membuat dirinya tidak mood sama sekali untuk berbicara. Apa lagi saat ini Layra merasa ingin memakan sesuatu yang segar, ia pun meminta Meira membelikan untuk dirinya makanan kesukaan nya yang biasanya ia beli di restoran tempat langganan nya. "Aku akan membelikannya untuk mu, Meira kamu disini saja untuk menemaninya," ucap Dion yang dari tadi senantiasa untuk menemani kedua gadis itu berada di rumah sakit. "Maaf merepotkan mulai, Dion." "Tidak sama sekali." Dion langsung saja pergi, sedangkan Layra dan Meira berbincang sebentar mengenai kemana Layra selama ini tinggal. Awalnya, Layra begitu ragu untuk mengatakan nya tapi Meira tidak bisa berhenti untuk bertanya kepada nya, sehingga sekarang Layra pasrah saja dan menceritakan semuanya kepada Meira. Semua yang dikatakan oleh Layra menurut Meira benar-benar tidak masuk akal sama sekali dan sangat sulit untuk dipercaya. Tapi, ia tidak mungkin mengatai sahabatnya berkata bohong tentang hal itu. "Kenapa diam saja, Meira?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD