Layra dan monster akar tidak pernah berhenti untuk berdebat. Bahkan kedua orang itu terlihat saling melemparkan sesuatu benda satu sama lain, tapi untungnya benda-benda yang berada di sekitar mereka berdua tidak ada yang dapat melukai di antara keduanya. Monster akar juga bingung dengan dirinya yang sampai tidak menyadari yang telah ia lakukan saat ini, biasanya ia akan memberikan pelajaran kepada Layra jika gadis itu membuat sedikit kesalahan kepada nya. Namun, sekarang semuanya terlihat berbeda, justru dirinya malah begitu nyaman ketika Layra terus melemparkan benda-benda itu ke arah dirinya.
"Hentikan! Hentikan!" ucap monster akar yang sudah merasa lelah, hingga membuat Layra seketika berhenti juga.
"Tolong katakan padaku, kenapa orang itu mengintai sahabat ku?" tanya Layra kembali melanjutkan untuk membahas tentang sahabatnya barusan.
"Syarat yang aku katakan, apa kau bersedia?" Lagi-lagi Layra seketika terdiam, syarat yang di maksud oleh monster akar itu tentunya membuat dirinya sangat sulit untuk memberikan keputusan, di lain sisi ia juga harus tahu kabar sahabatnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku rasa jika aku menolak nya, monster gila ini akan tetap melakukan apa yang ia mau. Jadi, aku harus tetap menyetujuinya?" gumam Layra dalam hatinya. "Ya, tidak ada pilihan lain lagi selain itu," lanjut Layra.
"Hem," jawab Layra dengan singkat.
Mendengar jawaban dari mulut gadis itu, monster akar seketika tersenyum devil. Tujuan utama dirinya menjadikan Layra istrinya memang ingin memiliki seorang anak, supaya merasa tidak kesepian dan sekarang monster akar sudah ada yang menemani dirinya.
"Itu karena kamu!"
"Aku?"
"Hem."
"Kenapa karena aku?"
"Aku masih belum jelas apa penyebab utama nya yang pastinya itu ada hubungannya dengan mu."
Meira pun mencoba untuk memahami semua masalah yang terjadi, tapi ia juga bingung sebenarnya apa yang terjadi, hingga akhirnya Layra pasrah saja karena keadaanya saat ini benar-benar tidak memungkinkan untuk membantu Meira dari orang-orang yang berniat berbuat jahat.
Sedangkan monster akar itu tentunya akan melakukan apa yang ia mau, apa lagi ketika melihat Layra sedang melamun membuat monster akar diam-diam mengambil kesempatan untuk mendekati Layra. "Apa yang kamu lakukan?!" tanya Layra merasa terkejut karena tiba-tiba merasakan sentuhan di salah satu paha nya.
"Aku menginginkan nya lagi," ucap monster akar.
"Tunggu!"
Monster akar pun seketika berhenti saat ingin mencium bibir Layra. "Ada apa lagi?" Pertanyaan itu membuat monster akar menatap Layra dengan sangat sinis. "Bisakah kamu membawa ku keluar dari tempat ini?" tanya Layra dengan penuh harap. "Jangan bermimpi untuk itu!" ucap monster akar dengan tegas, Layra pun memasang wajah sedihnya karena monster akar tidak mau mendengarkan apa yang ia inginkan, padahal ia benar-benar sangat berharap bisa keluar dari tempat yang membuat dirinya terasa membosankan dan sekaligus merasa jijik untuk tinggal di tempat yang sangat kotor menurutnya.
Sekarang Layra hanya bisa menerima nasibnya sebagai pemuas nafsu monster akar di tempat terpencil. Entah ia juga tidak tahu tempat apa sebenarnya yang ia tempati saat ini yang pasti nya sangat jauh dari tempat keramain orang-orang. Belum lagi, ia harus menerima benih dari seorang monster di rahimnya, rasanya Layra benar-benar belum siap untuk melakukan hal itu. Tapi, ia juga sudah membuat keputusan dan tidak dapat menolaknya lagi karena sosok yang ada di depannya saat ini tidak dapat dipermainkan dengan begitu mudah.
Berniat kabur supaya dirinya bisa bebas dari penderitaan nya, kini Layra malah mendapatkan kehidupannya yang semakin menyedihkan dari sebelumnya. Bertemu monster bukanlah hal yang mudah bagi Layra untuk menjalani hidupnya, banyak kehidupan yang begitu pahit ia dapat. Setiap hari ia harus melayani nafsu monster akar, jika tidak ia akan diperlakukan dengan sangat kasar. Layra yang tidak ingin diperlakukan seperti itu, perlahan-lahan mencoba untuk menurutinya, setidaknya ia tidak terus merasa kesakitan akibat siksaan yang di berikan oleh monster kejam itu.
***
Sudah 3 bulan lamanya, hingga tidak terasa Layra terus terkurung layaknya anak burung yang di tangkap di tempat monster akar. Ia sudah bingung bagaimana dirinya bisa keluar selama itu, Layra sudah berulang kali memohon kepada monster akar supaya membawa dirinya kembali ke tempat asalnya karena dirinya benar-benar sangat merindukan tempat dirinya saat bersama dengan sahabat nya, serta teman-temannya ntuk menghabiskan hari-hari yang indah.
Hari ini, Layra terlihat sedang melamun dan itu semua tidak lepas dari pandangan monster akar. "Gadis ini masih belum berhenti juga untuk kembali ke tempat asalnya! Bukankah, dia juga tidak menyukai keluarga nya itu?" gumam monster akar yang jelas mengetahui semua kehidupan Layra.
"Kau benar-benar ingin kembali?" tanya monster akar, hingga membuat Layra langsung menatap ke arah suara itu. "Jika kamu mengijinkan nya .... "
"Sekarang aku tidak akan melarang mu, jika kamu pulang. Maka, pulanglah sekarang." Tatapan mata Layra tampak terlihat berbinar-binar mendengar nya. "Apa aku tidak salah dengar?"
"Tidak sama sekali! Pulanglah sebelum aku berubah pikiran!"
"Bagaimana caranya aku pulanh?"
"Aku akan mengantarkan mu!"
Monster akar sebenarnya sangat sulit untuk mengatakan hal itu, tapi melihat Layra yang selalu melamun setiap hari dengan raut wajah sendu dan tidak terlihat bahagia sama sekali bersamanya, membuat monster akar juga tidak dapat terus memaksa Layra untuk hidup bersama dengan dirinya. Apa lagi waktu Layra bersamanya selama ini sudah 3 bulan lamanya, jadi ia rasa itu bukanlah waktu yang sebentar dan bahkan ia masih belum mendengar kabar Layra kunjung hamil juga sampai sekarang. Membuat Monster akar menjadi pasrah saja dan membiarkan Layra pergi darinya.
"Mari! Ikutlah dengan ku sekarang juga!" Monster akar pun membawa Layra ke arah dimana sebenarnya pintu tempat keluar masuk yang selama ini Layra tidak tahu tempatnya dan sekarang ia baru tahu, pintu keluar masuk hanyalah terdapat sebuah tongkat kayu yang memiliki daun satu-satunya tumbuh di tongkat itu dengan cara mencabutnya saja, maka pintu akan terbuka.
"Kenapa aku tidak menyadarinya sama sekali selama ini?" gumam Layra yang masih terdengar jelas di telinga monster akar. "Sekarang tutup mata mu!" perintah monster akar yang sudah berniat mengirim Layra dengan kekuatan yang tidak biasa ia miliki selama ini. "Untuk apa?" tanya Layra kebingungan. "Jika kamu ingin pulang, sebaiknya jangan banyak bertanya! Sekarang pikirkan kemana kamu ingin pergi saat ini." Layra pun akhirnya menuruti perkataan monster akar, saat Layra menutup kedua kelopak matanya. Monster akar memandang sebentar wajah cantik Layra, mungkin ia akan merindukan gadis itu yang selama ini ia telah jadikan sebagai istrinya.
"Sampai jumpa lagi, Istriku."