Layra yang begitu penasaran kenapa monster itu tahu nama dirinya, akhirnya ia memilih untuk keluar dari persembunyian nya karena ia ingin bertanya secara langsung siapa sebenarnya monster akar itu yang sampai memperlakukan dirinya layaknya ia bukanlah manusia yang tidak punya harga diri sama sekali.
"Rupanya kau keluar juga dari persembunyian mu!" ucap monster itu sambil mendekati Layra.
"Berhentilah disitu! Dan katakan siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu sampai tahu nama ku?!" tanya Layra dengan nada yang begitu lantang.
"Aku?"
"Benar! Siapa kamu?"
"Aku rasa kamu tidak perlu tahu tentang ku! Bahkan hanya sedikit! Aku tidak akan mengatakan nya! Kau mengerti?!"
"Tidak! Kau harus mengatakan nya untuk ku!" Layra tetap bersih keras meminta monster itu mengatakan siapa dirinya sebenarnya. Namun, monster itu jelas tidak akan melakukan apa yang ia minta.
"Kembali lah!" Monster itupun mengabaikan ucapan Layra, hingga membuat Layra merasa sangat kesal dan marah. Lalu ia pun menusuk sebuah ranting yang cukup tajam berada di tangannya ke arah perut monster itu, hingga membuat monster itu memekik kesakitan.
"Ka—kau!" Monster akar itu dengan sekejap mengangkat salah satu tangan kanannya berniat untuk memberikan tamparan kepada Layra namun, ia seketika terhenti ketika Layra menciut ketakutan dengan kedua bola mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kembalilah!" Hanya kalimat itu lagi yang di ucapkan monster itu, ia tidak ingin memperpanjangkan masalah dengan Layra yang sangat keras kepala.
Sedangkan Layra cukup terkejut melihat luka yang berada di perut monster itu, ia kira akar-akar yang berada di seluruh tubuh monster itu tidak akan mempan jika ia menusuk nya mengunakan ranting tersebut. Namun, yang ia lihat malah banyak darah mengalir dengan cukup deras saat monster itu mencabut ranting itu.
"Jika kamu melakukan hal ini lagi, aku tidak akan segan-segan lagi untuk membunuh mu!" ancam monster akar itu.
"Ak—aku tidak akan melakukannya lagi .... "
Tangan Layra bergetar hebat sambil wajahnya terlihat pucat pasih karena yang ia perbuat barusan benar-benar bukan kemauan nya sama sekali, selama ini ia tidak pernah untuk melukai orang pun sehingga ketika monster itu terluka karena dirinya, membuat Layra merasa sangat bersalah dan ingin meminta maaf. Tapi, ia kembali teringat dengan masa depannya yang telah dihancurkan oleh monster itu, membuat Layra merasa monster akar itu pantas untuk mendapatkan nya walaupun sebenarnya Layra begitu merasa gelisah dan tidak tenang untuk memikirkan hal itu semua.
"Layra, kamu harus tenang dan tetap tenang!" gumam Layra dalam hatinya, sambil melihat monster akar itu merebahkan tubuhnya di atas tumpukan ranting dengan luka yang berada di perutnya masih banyak mengalir darah.
"Sebaiknya, aku tidur saja!"
Akhirnya Layra memutuskan untuk tidak peduli dengan luka tersebut, sedangkan monster akar itu diam-diam melihat tubuh indah Layra yang sedang berbaring di atas ranjang. Rasa gairahnya pun seketika memuncak dan ingin kembali menikmati tubuh gadis itu lagi. Layra yang sudah terlelap tidur tidak tahu bahwa dirinya sedang diintai oleh monster akar itu, bahkan sekarang ia sudah berada di atas ranjang yang sama dengan Layra saat ini.
Tangan monster itu perlahan-lahan meraba salah satu gundukan yang Layra miliki, rasa kenyal itu membuat monster itu langsung memejamkan kedua bola mata sambil lidahnya bermain di leher Layra. Gadis itu tentu saja tidak akan menyadarinya semuanya karena sebelumnya, monster akar itu sudah membuat Layra tidak sadarkan diri mengunakan sebuah kekuatan yang ia miliki.
Monster akar terus memainkan tubuh Layra dan bahkan miliki nya sudah masuk kedalam bagian sensitif gadis itu dengan sangat dalam. Rasa itu benar-benar membuat monster akar itu selalu ingin menikmati tubuh Layra hampir setiap saat dan bahkan bayang-bayang tubuh indah Layra membuat dirinya tidak bisa berhenti untuk memikirkan sama sekali.
***
Kepergian Layra sampai sekarang masih di cari oleh kedua orangtua Layra. Mereka sudah mengarahkan semua pengawal serta menyewa detektif untuk mencari keberadaan gadis itu, tapi sampai sekarang mereka masih belum menemukannya sedikit pun jejak Layra. Sedangkan Meira yang mengetahui Layra berhasil kabur, ia jelas merasa sangat bahagia tapi dirinya juga mengkhawatirkan bagaiamana keadaan Layra saat ini.
Terutama tempat Layra tinggal, ia benar-benar mengkhawatirkan sahabatnya itu apa lagi sekarang ponsel Layra sudah tidak aktif lagi hingga membuat Meira merasa ada sesuatu hal yang terjadi kepada sahabat nya.
"Meira, apa yang terjadi pada mu? Kenapa kau melamun saja?" tanya salah satu seorang karyawan yang berada di dekat meja Meira, bernama Linda berusia 25 tahun.
"Emh, tidak apa-apa," jawab Meira dengan lesu.
"Oh, iya. Aku lupa mengatakan kepada mu, jika kita akan mengadakan pesta bersama di salah satu klub malam terkenal di kota ini, jadi kau harus ikut," ucap Linda.
"Pesta? Pesta apa?"
"Perayaan ulang tahun Dion, dia akan mentraktir kita untuk minum sepuasnya."
"Aku rasa .... aku tidak perlu ikut," ucap Meira yang langsung saja menolak ajakan itu, ia benar-benar merasa tidak mood sejak sahabat nya Layra masih belum ada kabar sama sekali sampai saat ini.
"Kau harus ikut, Meira. Nanti Dion akan kecewa jika kamu tidak datang."
"Tapi, aku masih belum membeli kado untuk dirinya."
"Hal yang sepele seperti itu, kamu tidak perlu khawatir. Tinggal beli saja ke tempat yang kamu mau."
"Hem, baiklah. Tapi, kamu harus menemani ku untuk mencarinya."
"Tentu saja."
"Sekarang sudah jam berapa?"
"Sebentar lagi kita akan pulang, kamu bilang pestanya akan di adakan setelah pulang kerja. Lalu bagaimana sempat kita berdua mencari kado untuk, Dion?"
"Telat sedikit juga tidak apa-apa, lagian kan pestanya tidak langsung di mulai."
"Ya, sudah. Sebaiknya kita berdua lebih cepat sedikit pulang, lagian pak bos sekarang kan berangkat ke luar negeri juga," ucap Meira yang langsung saja meminta ijin kepada manager nya, terutama pekerjaannya juga sudah selesai dan waktu pulang pun hanya tinggal 15 menit lagi, jadi ia rasa pulang sesekali terlebih dahulu tidak masalah.
Sekarang Meira dan Linda sudah pulang terlebih dahulu, mereka berdua pun langsung saja pergi ke mall dengan sangat tergesa walapun klup malam nya jaraknya lumayan dekat namun Meira takut dirinya malah kesulitan untuk mencari kado yang cocok untuk Dion. Apa lagi ia tahu Dion sosok laki-laki yang cukup ribet.
"Linda, menurut mu. Aku membeli apa ya untuk nya?"
"Mungkin baju kantor saja."
"Kau benar juga."
Meira dan Linda dengan segera menuju ke arah toko yang khusus menjual pakain pria. Meira melihat banyak pakain yang begitu bagus, tapi harga nya lumayan mahal walapun seperti itu Meira tidak akan mempermasalahkan sama sekali yang terpenting Dion mau menerimanya dan menyukai barang yang ia beli.
"Meira, aku ingin membeli baju ini untuk kekasih ku. Apa warnanya bagus?" tanya Linda dan Meira melihat-lihat terlebih dahulu pakain yang dibeli oleh Linda saat ini.
"Kenapa tidak memilih warna hitam saja? Aku rasa itu sangat bagus."
"Berati bagus hitam daripada warna biru ini?"
"Hem."
"Tapi aku memilih warna biru ini saja," ucap Linda hingga membuat Layra seketika menggeleng-gelengkan kepala nya.
"Kenapa malah bertanya padaku, jika akhirnya kamu tetap memilih warna itu?!" ucap Meira.
"Sorry, hehe."
Meira yang masih belum menemukan pakain yang cocok untuk Dion, akhirnya memilih pergi ke arah toko yang lain sedangkan Linda begitu asik memilih pakai untuk kekasihnya. Namun, ketika Meira sedang asik melangkah sambil melihat ke arah pakain yang ia tuju, tiba-tiba tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang hingga menyebabkan dirinya terjatuh.
"Apa kau gadis buta?!" Kalimat itu seketika membuat Meira langsung menoleh ke arah suara itu dan ia menatap orang tersebut yang ternyata seorang laki-laki tampan, tapi wajahnya terlihat sinis menatap dirinya. Membuat Meira tidak suka untuk melihat ekspresi laki-laki itu, apa lagi setelah melontarkan kata-kata yang cukup kasar, tentunya Meira tidak akan membiarkan laki-laki itu menyebut kalimat itu dengan sembarangan.
Meira bangkit berdiri, lalu membalas tatapan laki-laki itu juga dengan sinis. Rasanya Meira sangat ingin memberikan pelajaran kepada laki-laki angkuh saking kesalnya karena tidak meminta maaf kepada dirinya, justru malah pergi meninggalkan nya begitu saja.
"Hei! Kau! Apa kau akan pergi begitu saja?!" Laki-laki itu seketika menghentikan langkah nya, serta seorang ibu-iby yang umurnya sudah sekitar 50 tahun di samping nya juga ikut berhenti melihat ke arah Meira.
"Ada apa?!" tanya laki-laki itu dengan sinis.
"Minta maaflah!"
"Maksud kamu?"
"Haruskah aku menjelaskan nya lagi?"
"Berbicara lah yang benar!"
"Cih! Apa kau merasakan cara bicara mu juga benar?!"
"Dasar gadis aneh!"
"Cih! Tidak tahu diri!"
Mendengar kalimat kasar yang diucapkan oleh Meira membuat seorang perempuan yang berada di samping laki-laki itu seketika murka, hingga tanpa Meira duga ia mendapatkan sebuah tamparan keras di pipi kanannga dan menyebabkan pipinya memerah padam. Meira mencoba untuk membalasnya, tapi laki-laki dihadapan nya malah menghalangi nya hingga membuat nya tidak dapat membalaskan perbuatan ibu itu.
"Jangan mencoba-coba untuk menyakiti kekasih ku!" Seketika Meira terdiam mendengar kalimat yang diucapkan oleh laki-laki itu, ia benar-benar merasa aneh ketika mendengar kalimat 'kekasih' dari seorang laki-laki yang umurnya masih setara dengan dirinya.