5

1154 Words
Aimee kini mengetahui ia akan dibawa ke mana oleh Shane. Ia telah sampai di Jerman. Dan sekarang sudah berada di dalam mobil limousine mewah tentunya bersama dengan Shane.   Ia tidak peduli Shane membawanya ke mana, tetapi sekarang ia memikirkan apa yang mau Shane lakukan di Jerman dengan membawanya. Apakah Shane akan menjualnya? Atau mengambil organ tubuhnya?   Orang seperti Shane sangat cocok dengan pekerjaan keji. Setidaknya Shane adalah seorang mafia.   "Kau ingin tahu kenapa aku membawamu kemari, Aimee?" tanya Shane seolah tahu apa yang Aimee pikirkan. "Aku akan menjualmu di perdagangan manusia."   Sontak Aimee langsung melihat ke arah Shane. Ia membelalakan matanya.   Shane tertawa geli. "Aku bercanda, Aimee."   Dan lelucon yang Shane buat tidak lucu sama sekali. Aimee yakin Shane tidak tahu definisi bercanda. Bahkan yang Shane katakan tadi lebih ke menakut-nakutinya.   "Bagimu nyawa orang lain memang sebuah lelucon," sinis Aimee. Ia manusia biasa. Yang terkadang bisa mengucapkan apa yang ia pikirkan secara tidak sadar.   "Kau benar, Aimee. Bagiku, nyawa orang lain tidak penting sama sekali."   Aimee malas menanggapi. Ia bungkam.   "Namun, nyawamu cukup penting bagiku." Shane kembali bicara.   Aimee tidak tersentuh sama sekali dengan kata-kata Shane. Dirinya bagi Shane hanyalah sebuah mainan. Tentu saja ia cukup penting, jika ia mati Shane akan kehilangan mainannya.   "Aku membawamu ke sini agar kau bisa menghilangkan penat terkurung di mansionku."   Menghilangkan penat? Rasanya Aimee ingin membuka isi otak Shane. Apa sebenarnya yang ada di otak Shane? Atau mungkin Shane tidak punya otak sama sekali? Sama seperti Shane yang tidak memiliki hati. Bagaimana bisa ia menghilangkan penat jika pergi bersama Shane sumber dari segala masalah dalam hidupnya saat ini. Satu-satunya yang bisa membuatnya tenang adalah jauh dari Shane, bukan dibawa ke Jerman untuk berlibur.   Lagi, Aimee tidak menanggapi Shane. Ia waras, tidak akan bisa mengerti pikiran orang sakit jiwa macam Shane.   Mobil yang Keenan bawa sampai di depan sebuah apartemen.   "Tunggulah di sini, aku tidak akan lama." Shane keluar dari mobilnya bersama dengan Aimee. Sementara Keenan tetap berada di dalam mobil seperti yang Shane katakan.   Shane membawa Aimee masuk ke lobi apartemen. Mereka naik ke lift dan berhenti di lantai 15.   "Istirahatlah. Aku akan menemuimu malam nanti." Shane membuka pintu apartemen miliknya. "Gunakan ponsel ini untuk menghubungiku jika kau membutuhkan sesuatu." Ia memberikan sebuah ponsel pintar pada Aimee.   Aimee meraih ponsel dari Shane, kemudian ia masuk ke apartemen. Apa bedanya ia berada di mansion Shane dan apartemen yang ia tempati saat ini? Ia masih tetap terkurung.   Pria sakit jiwa.   Aimee memaki Shane dalam hatinya.   Tidak ingin memikirkan pria sakit jiwa, Aimee melangkah menuju ke jendela. Ia menatap pemandangan dari jendela dan baru menyadari bahwa dari tempatnya berada pemandangan di bawahnya terlihat sangat indah. Aimee pernah bermimpi untuk bisa bepergian dan menikmati banyak keindahan dunia, tetapi ia tidak berharap bisa mewujudkan mimpinya dengan jalan seperti saat ini. Ia sudah tidak bisa lagi menikmati keindahan. Semua karena Shane yang menciptakan neraka untuknya.   Aimee berdiam diri cukup lama. Ia membiarkan angin menerpa kulitnya.   ♥♥♥♥♥   Seperti yang Shane katakan. Ia akan menemui Aimee ketika malam tiba. Dan di sinilah ia berada. Di dalam apartemen miliknya.   "Ah, sayang sekali. Aku terlambat beberapa menit. Jika aku datang lebih cepat aku bisa mandi bersama denganmu."   Aimee terkejut melihat Shane. Ia yang baru keluar dari kamar mandi mematung di tempatnya.   "Berhenti takut padaku, Aimee. Tidak ada hantu setampan diriku." Shane mendekati Aimee. Ia berdiri di belakang Aimee, menghirup aroma rambut Aimee yang masih basah lalu beralih ke ceruk leher Aimee. "Aku suka aroma tubuhmu, Aimee."   Tubuh Aimee meremang mendengar suara Shane yang begitu dekat dengan telinganya.   "Aku menginginkanmu sekarang, Aimee," bisik Shane sembari membuka handuk kimono yang Aimee kenakan.   Aimee membalik tubuhnya. Mencoba berani untuk bertatapan dengan Shane dalam jarak dekat.   "Aku akan mengikuti semua perintahmu asalkan kau mau menuruti permintaanku." Aimee tidak tahu apakah ini waktu yang tepat untuk membuat kesepakatan. Namun, selama ia berendam di dalam bathtub, ia memikirkan sesuatu. Ia rela menukar hidupnya demi menemukan wanita yang telah merusak kebahagiaannya dan juga ibunya. Wanita yang telah membuat ia dan sang ibu menderita.   "Katakan."   "Temukan seorang wanita untukku."   "Seorang wanita?" Shane mengerutkan keningnya. "Aku akan memutuskan apakah aku akan memenuhi permintaanmu atau tidak setelah kau memuaskanku."   "Aku tidak tahu cara memuaskan dengan baik. Aku tidak yakin bisa melakukannya," balas Aimee.   Shane tersenyum tipis. "Kalau begitu aku akan mengajarimu hingga kau menguasainya, Aimee."   Shane membawa Aimee ke ranjang. "Hal yang pertama harus kau lakukan adalah terima sentuhanku." Ia menanggalkan handuk kimono Aimee. Dan mulai menyentuh Aimee.   Shane melumat bibir Aimee. Bukan hal sulit mengajari Aimee untuk menjadi pencium yang handal karena Shane sangat menguasai bidang ini.   Lidah Shane membelit lidah Aimee. Senyuman terlihat di wajah Shane. Rupanya Aimee benar-benar ingin belajar dengan baik untuk memuaskanmya.   Shane menyentuh d**a sintal Aimee. Dan Aimee mencoba menerima sentuhan itu.   Kau sudah tidak memiliki apa pun lagi, Aimee. Tidak ada salahnya kau memanfaatkan tubuhmu untuk mendapatkan apa yang kau mau dari pada hanya menyerahkannya cuma-cuma. Aimee mencoba mengubah kemalangannya menjadi sebuah peluang. Pada akhirnya hidupnya tetap akan hancur.   Aimee akan melakukannya untuk membalas dendam atas semua penderitaan yang ia dan ibunya rasakan. Cepat atau lambat ia akan benar-benar menjadi iblis. Tangannya sudah dikotori oleh darah, meski itu bukan kehendaknya ia akan tetap menjelma menjadi pembunuh.    Aimee mencoba mengubah caranya memandang Shane. Pria itu telah mengajarinya lebih dini untuk menjadi iblis.   Suara desahan Aimee memenuhi ruangan bernuansa putih hitam itu. Gairah Shane makin menggila karena suara indah yang Aimee keluarkan. Kejantanannya sudah tidak sabar lagi untuk tertanam di milik Aimee yang hangat.   Jari tengah Shane telah bermain di milik Aimee. Menyentuh klit Aimee hingga membuat tubuh Aimee melengkung merasakan nikmat dari sentuhan Shane.   "Kau membuatku gila, Aimee." Shane melumat bibir Aimee bernafsu. Tangan Aimee membuka kancing kemeja yang Shane kenakan. Ia meraba d**a Shane. Bermain-main di p****g Shane mengikuti gerakan yang Shane lakukan pada putingnya tadi.   "Kau belajar dengan cepat, Aimee," bisik Shane parau.   "Kau terlalu banyak bicara, Shane."   Shane tersenyum. Ia suka mendengar Aimee mengucapkan namanya. "Seingatku kau yang sejak tadi begitu berisik, Aimee." Shane menggoda Aimee.   "Benarkah? Aku lupa."   Shane terkekeh geli. "Kau berubah hanya dalam hitungan jam, Aimee. Wanita itu pasti sangat penting bagimu."   "Kau tidak perlu tahu, Shane. Cukup temukan wanita itu."   "Kita belum sepakat, Aimee." Shane mengerlingkan sebelah matanya.   Aimee membalik tubuh Shane. Kini ia yang berada di atas. Menjadi jalang sekali pun akan ia lakukan. Ia harus bisa memanfaatkan manusia sakit jiwa di bawahnya.   Aimee menelusuri d**a Shane dengan lidahnya. Menciptakan tanda kemerahan di kulit putih Shane.   "Sial! Aimee! Kau semakin membuatku gila!" Shane ingin meledak. Ia tidak bisa menunggu Aimee lebih lama lagi. Ia segera membalik posisi jadi kembali ke semula. Ia melepaskan ikat pinggang yang ia kenakan kemudian membuka celana dan celana dalamnya. Shane menghujam Aimee. Menyalurkan gairahnya yang semakin meningkat. Aimee, hanya Aimee yang bisa membuatnya seperti ini.   Berbagai posisi sudah Shane coba. Dan saat ini Shane hampir mencapai orgasmenya.   "Aimee!" Shane menyemburkan cairan kental miliknya di dalam kewanitaan Aimee.   Shane menjatuhkan dirinya di sebelah Aimee. Ia menarik Aimee ke dalam pelukannya. "Kau benar-benar nikmat, Aimee."   "Itu artinya kau akan menemukan wanita yang aku cari," seru Aimee.   "Beri aku waktu satu bulan. Aku akan membawanya padamu."   "Tidak perlu. Cukup temukan saja keberadaannya." Aimee yang akan menemui wanita itu dan membuat perhitungan yang menyakitkan.   "Baiklah. Sepakat," seru Shane.   Shane tidak tahu apa arti wanita itu bagi Aimee. Namun, ia pasti akan menepati ucapannya dengan menemukan wanita yang Aimee maksud.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD