6. Pemasaran atau Suka?

1250 Words
Bumi memasuki apartemen kecil miliknya. Apartemen kecil ini pemberian orang tuanya sebelum mereka pergi dinas keluar kota untuk waktu yang lama. Bumi hidup sendiri di Bandung. Temannya hanya rokok saat ia berada di apartemen. Seperti sekarang, Bumi duduk menghadap tv yang menunjukkan tayangan sinetron dengan rokok yang berada disela-sela jarinya. Bumi terus menghisapnya sampai beberapa batang telah ia habiskan sejak kepulangannya tadi. Mungkin karena ditinggal kedua orang tuanya dan hidup sendirian membuat Bumi menjelma menjadi spesies bernama preman seperti yang sering dibilang Arjuna. Bumi menekan rokok itu pada asbak hingga padam. Ia merebahkan tubuhnya di sofa. Pikirannya melayang ke kejadian tadi saat ia mengantarkan adik dari orang yang paling di bencinya. Bumi membenci Arjuna sejak satu tahun lalu, tepat saat mereka berada di kelas sebelas. Hal utama yang membuat Bumi membenci Arjuna adalah Ega. Dulu Bumi sangat menyukai Ega, mungkin ia cinta mati. Bumi sangat memuja Ega. Orang-orang menyebutnya Si Seksi dari Kelas Sosial. Dulu Bumi sempat mendekati Ega dan gadis itu memberikan respon positif kepadanya. Saat Bumi mengajaknya jalan, Ega mengiyakan. Saat Bumi mengajaknya untuk pergi ke tempat balapan, Ega juga mengiyakan karena seperti itu adalah tempatnya. Saat Bumi merasa jika Ega juga mempunyai perasaan yang sama kepadanya terbukti dari respon yang diberikan gadis itu kepadanya, saat itu juga Ega mematahkan hatinya. Saat itu Bumi akan mengajak Ega jadian, namun apa yang ia lihat justru Ega yang sedang merayu Arjuna. Saat itu juga Bumi tau jika yang disukai Ega adalah Arjuna, bukan dirinya. Saat itu pula ia membenci Arjuna. Bumi merasa Ega dan Arjuna telah menginjak harga dirinya. "b******k!" umpat Bumi tiba-tiba. Melihat Beverly, ia merasa melihat Arjuna. Membuatnya tanpa sadar membenci Eve padahal gadis itu tidak tau apa-apa tentang ini. Ponsel miliknya yang berada diatas meja berbunyi, menunjukan dering tanda ada pesan masuk. Notifikasi yang berasal dari aplikasi Line itu menunjukan 'Beverly Galaksi menjadi teman anda.' Melihat notif itu, Bumi mengernyitkan dahinya. Beberapa detik kemudian notifikasi itu muncul lagi. Kali ini sebuah chat yang masuk. Beverly Galaksi : Makasih tadi udah nganterin pulang ya. Bumi hanya membacanya tanpa berniat untuk membalasnya. Ia membiarkan ponselnya lagi diatas meja tanpa keluar dari roomchat. Beberapa saat kemudian, notifikasi yang sama muncul lagi. Beverly Galaksi : Kak Bumi... Bumi Nugraha : Hm Hanya itu yang mampu Bumi ketik menggunakan jarinya. Sebenarnya ia enggan membalas, tapi jika tidak maka gadis itu pasti akan mengirimkan pesan lagi untuknya. Beverly Galaksi : Yang tadi makasih ya :) Bumi Nugraja : Ya Bumi menyimpan ponselnya lagi dan kembali menyulut rokok untuk ia nikmati. Ia terlalu malas untuk meladeni Eve. Bumi tidak ingin membenci Eve tanpa sebab yang jelas walau salah satu alasannya adalah Eve adik Arjuna. Bunyi notifikasi Line mengalihkan perhatian Bumi lagi. Ia mendengus karena ia kira jika Eve mengiriminya pesan lagi, ternyata itu dari temannya. Guntur : Woy, sini lo ke Club Speed. Ada si Ega disini. Bumi Nugraha : Masa? Guntur : Guntur send a pictures. Bumi Nugraha : Ok. Guntur mengirim foto Ega yang sedang duduk di beja bar sendirian. Bumi menyunggingkan senyum tipisnya lalu bergegas siap-siap untuk pergi ke club langganannya itu. ?? Eve memandang terus ponselnya, menanti Bumi membalas pesannya. Namun sudah lebih dari lima menit, Bumi tak kunjung membalas pesannya. "Ponselnya disimpen dulu. Sekarang waktunya makan, bukan mainan ponsel." tegur Dean. Eve mengerucutkam bibirnya lalu menaruh ponsel miliknya disamping piring. "Iya Ayah." ucap Eve pelan. Suasana makan malam sekarang sama seperti makan malam sebelumnya. Dipenuhi canda tawa yang mereka semua ciptakan. Tapi kali ini Eve tidak ikutan, ia justru sibuk dengan pikirannya sendiri sampai-sampai ia mengabaikan makanannya. Hal itu tak luput dari perhatian Dean. "Eve, kok makanannya cuma dimainin sih? Makanan itu sama kaya perasaan, gak boleh dimainin." ujarnya. Athena langsung menoleh, menatap suaminya dengan heran. Untuk usia yang jauh dari kata muda, Dean sangat tidak cocok untuk berucap demikian. "Kamu sakit, Sayang?" tanya Athena. Eve menggeleng pelan. "Nggak, Bunda. Eve cuma nggak nafsu makan aja." "Setidaknya makan satu atau dua suap saja untuk menghargai Bunda yang sudah masak." ujar Arjuna yang duduk dihadapan Athena. "Gak papa. Kalo kamu nggak mau makan sekarang gak papa." ucap Athena. Eve mendunduk. Hanya karena Bumi tak membalas pesannya membuat Eve kehilangan nafsu makannya. "Ayah, Bunda, Eve ke kamar ya?" Eve meminta izin. Athena mengangguk. "Kamu istirahat ya. Nanti Bunda periksa kamu agar gak sakit karena kehujanan itu." Eve ikut mengangguk. "Iya, Bunda." katanya. Setelah itu, Eve memisahkan diri dengan pergi ke kamar. Begitu sampai di kamar, Eve langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk yang berlapiskan seprai bermotif beruang. Hanya karena Bumi tidak membalas pesannya, Eve merasa seperti galau. "Kenapa tadi bisa diantar Bumi?" Eve terkejut dan sontak menoleh. Arjuna berdiri diambang pintu dengan kedua tangan terlipat didepan d**a. "Aa ngagetin." Eve merubah posisinya menjadi duduk. "Masuk." Arjuna berjalan mendekati Eve dan duduk di sisi ranjang. "Tadi gak bisa nelepon kesini karena ponsel Eve mati. Terus gak mau naik taksi juga. Takut. Jadinya minta tolong Kak Bumi." ujar Eve. "Jangan deket sama Bumi." ucap Arjuna setelah beberapa saat terdiam. "Kenapa?" "Karena dia bukan seseorang yang harus kamu deketin." ucap Arjuna. "Aa kenapa gak akur sama Kak Bumi?" tanya Eve. Mengulang pertanyaan yang dulu sering ia lontarkan yang terakhir tanpa jawaban. "Kamu suka Bumi?" Arjuna balik bertanya. Eve diam. Ingin menjawab 'tidak' tapi bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan. Ingin menjawab 'iya' tapi itu sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan. "Apa Eve gak boleh suka sama Kak Bumi karena Aa gak akur sama Kak Bumi?" Eve memberanikan untuk bertanya lebih lagi. Terkait apa yang ia rasakan, sangat susah untuk dilupakan begitu saja. "Iya." "Jadi, karena apa Aa sama Kak Bumi musuhan?" "Aa sama Bumi gak pernah musuhan. Bumi yang musuhin Aa karena di marah sama Aa," ujar Arjuna. "dia ngerasa kalo Aa ngerebut Ega dari dia. Padahal gak gitu." Eve masih diam menunggu kelanjutan dari kejelasan Arjuna. Alasan itu cukup masuk akal di kepalanya. Eve tau jika Ega memang menyukai Arjuna. "Sekarang ngerti kan kenapa Aa gak mau kamu deket apalagi sampai suka sama dia. Dia gak akan pernah ngerasain apa yang kamu rasain." Arjuna terdiam sesaat. Melihat Eve, Arjuna seperti sedang mengaca. "Dia gak akan pernah ngeliat kamu." sama kaya Fika. Arjuna tidak ingin Eve merasakan hal yang ia rasakan. Menyukai orang yang tidak menyukai kita. Mungkin Fika dan Bumi adalah dua orang yang sama, yang susah untuk mereka raih. "Bumi berbahaya. Dia melebihi ekspetasi kamu." ucap Arjuna. "Eve suka Kak Bumi." ucap gadis itu. "Eve, kamu dengerin Aa." "Eve mau deket sama kak Bumi, ngejar Kak Bumi kaya Aa ngejar Kak Fika." ujar Eve pelan. "Sejak kapan kamu suka Bumi?" tanya Arjuna. "Sejak Eve sadar kalo Eve suka sama Kak Bumi." "Kamu nggak suka. Cuma penasaran aja." Eve menggeleng. Mungkin iya, Eve penasaran dengan Bumi. Tapi, Eve menyadari bahwa rasa penasarannya membawa perasaannya begitu jauh pada Bumi. ?? "Ga," Gadis itu menoleh dan tersenyum menyapa Bumi. "Hai." "Ngapain disini?" tanya Bumi. Ega hanya mengangkat bahunya. "Nyari hiburan doang. Lo sendiri?" "Karena ada lo." Ega terkekeh. "Masih aja, heh?" Ega menaruh gelas yang sudah kosong. "Udahlah, berhenti aja." "Lo sendiri? Arjuna gak suka sama lo." "Belum," Ega menghadap Bumi. "dia belum suka sama gue. Usaha gue belum sebegitu jauh." ujarnya. "Ega, percuma lo ngejar Arjuna. Dia pacaran sama Aulia." ujar Bumi. Ega menaikkan sebelah alisnya. Gadis yang memakai dress selutut tanpa lengan itu menatap Bumi, meminta penjelasan lebih. "Dia kemarin nganterin Aulia pulang waktu gue gangguin cewek itu." ujarnya. "Nggaklah. Arjuna cuma ngejar cewek kuliahan itu dan gue cukup buat nyingkirin dia aja." ujar Ega, ia kembali menegak minumannya yang telah diisi kembali oleh bartender. "Nggak percaya? Liat aja besok." Ucapan Bumi tak cukup untuk membuat Ega percaya semuanya. Dulu juga Bumi pernah mengatakan hal serupa. Arjuna berpacaran dengan anak kuliahan yang tidak Ega ketahui namanya. Tapi saat Ega menanyakannya pada Malik dan Zoe, mereka bilang Arjuna tidak berpacaran dengan anak kuliahan itu. Dan, Ega tidak ingin termakan omong kosong Bumi lagi untuk yang kedua kalinya. "Ga," panggil Bumi. Ega hanya bergumam. "Gue suka sama lo udah dari lama, Ga." ucap Bumi. Ega menghela nafasnya pelan. "Kalo Arjuna belum bener-bener nolak gue, itu artinya gue gak bakalan berhenti." ??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD