Memperkuat keamanan Cyber

1779 Words
“Kita pergi kemana?” Tanya Felix pada teman di sampingnya. Dia sosok laki-laki yang ditemuinya pertama, mengajaknya untuk pergi menemui boss. Dan, mendengarkan semuanya yang dikatakan oleh sang pemimpin tadi. “Entahlah, kita tunggu saja perintah. Sekarang, semua masih istirahat.” Jawabnya. “Aku boleh tanya, siapa nama kamu?” Tanya laki-laki di samping Felix. “Panggil saja aku, Gio.” Jawab Felix. Dia bahkan sudah memikirkan nama samaran untuknya sendiri. Felix bertingkah sangat professional. Dia tidak mau terlihat mencurigakan di depan mereka semua. Kedua mata Felix sekarang mulai berkeliling, mengamati sekelilingnya beberapa kamar yang seperti kuburan baginya hanya satu petak, dan mereka berdempetan hanya saja tertutup dengan dinding, tetapi kamar itu bahkan tidak ada lemari. Hanya ada satu ranjang dan tv yang menempel di dinding. Satu tempat tidur itu bahkan terlalu dekat dengan dinding, hanya berjarak satu jangka dari pintu. Mark menatap ke arah Felix. “Oke, aku Mark. Dan, samping aku Jeki. Tapi meski kita tidak boleh saling tahu wajah kita. Tapi setidaknya kita bisa saling kenal hanya menyebut nama. Kamu juga harus ingat semua nama teman kamu yang ada di sini. Kamu mengingatnya dari gerak gerik setiap orang disini. Kamu tidak boleh salah sebut. Kamu tahu itu?” Tanya Mark. “Iya, saya paham. Bukannya itu memang peraturan disini tidak boleh menunjukan wajah kita?” kata Felix, dia asal bicara entah apa yang di bicatrakabitu benar atau tidak. “Iya, benar apa yang kamu katakan, sekarang kita istirahat saja. Ada tiga kamar disini, setiap kamar punya pintu masing-masing. Dan, jangan saling mengintip. Atau bahkan masuk tanpa ijin.” Ucap Mark mengingatkan Jeki dan Felix. “Kata boss, kalian anggota baru. Dan, baru satu minggu ada disini. Jadi aku akan memberitahu kalian apa saja pantangan, dan tugas kalian. Jangan sampai kalian menyalahgunakan tugas untuk kepentingan kalian sendiri. Kalian mengerti?” Mark menjelaskan semuanya. “Iya, saya mengerti. Tapi kita belum mendapatkan foto yang dikatakan oleh bos tadi. Dia mengatakan jika kita melakukan sesuai tugas.” Ucap Felix, dia sudah mulai memberanikan diri bertanya lebih jauh. Sementara Jeki hanya bisa diam. Dia sama sekali tidak ingin tahu. Felix sedikit merasa ada yang aneh pada Jeki. Dia bahkan lebih banyak diam daripada bicara. Meski merasa curiga dengan Jeki, Felix sekarang tidak ingin tahu lebih jauh. Dia lebih penasaran pada black rose. “Untuk kamu, dan Jeki. Kalian ikut dengan saya. Jika nanti ada tugas. Kalian membantu saya menyelesaikannya. Dan, ada lima orang yang khusus melakukan penelitian. Mereka juga harus punya sertifikat khusus untuk melakukan penelitian. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana.” Mark beranjak duduk di ranjangnya. Membiarkan Jeki dan Felix berdiri di depannya. Kali ini mereka berada di ruangan yang terlihat sangat sempit. Hanya satu petak yang berukuran kecil. Hanya cukup untuk kamar tidur dan lemari kecil. Bahkan mereka tidak bisa bergerak leluasa. “Jeki, jika kamu merasa sangat lelah. Istirahatlah lebih dulu. Atau, kamu mandi saja di kamar mandi belakang kamar ini. Aku akan menyusulmu nanti. Sekarang, ada beberapa tugas yang akan aku sampaikan pada Felix. “Baik.” Jawab Jeki, dia segera keluar dari kamar Mark. Sementara Felix, merasa mulai tidak enak. Entah kenapa dia jadi ragu jika Mark tidak mengenalinya. “Tugas apa yang ingin kamu bicarakan padaku?” Tanya Felix. “Aku mencari seseorang yang datang ke lembah tempat dimana aku tinggal. Banyak sekali yang menginginkan kematiannya. Hanya karena dia mengetahui rasia desa itu.” Felix terdiam seketika. Dia langsung paham dengan apa yang dikatakan oleh Mark. Dia juga paham siapa yang dimaksud, itu adalah dirinya sendiri. Namun sepertinya Mark tidak tahu jika itu dirinya. Lagian dia juga sudah mengganti topeng wajahnya. Merubah menjadi laki-laki yang berwajah sedikit judes tak banyak senyum. Mark mengangkat kepalanya. Dia mulai menatap secara detail setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Felix. Bahkan dirinya mulai tahu setiap detail kebiasaan yang dilakukan Felix saat ini. “Gio, kamu tinggal dimana?” Tanya Mark. “Aku tinggal di sebuah desa yang terpencil di kota X. Aku juga anggota khusus dulu di sana. Tapi, itu dulu. Semuanya berakhir saat keluarga aku meninggal dunia. Membuat aku harus pergi dari desa dan memulai mencari pekerjaan di kota. Beberapa bulan terus berjalan tanpa arah mencari pekerjaan apapun. Namun semuanya sia-sia.” Felix mengatakan dengan sangat sanatinya, dia sangat cerdik dan begitu mudah baginya membuat cerita dadakan agar lawannya percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. “Sampai boss yang menemukan kamu di jalan. Lalu kamu masuk ke anggota black rose. Apa benar yang aku ceritakan padamu?” Tanya Mark lagi. “Sudah, sekarang kamu istirahat saja. Besok kita akan pergi ke suatu tempat.” “Apa kita mendapatkan tugas?” Tanya Felix. “Entahlah, tapi kita belum mendapatkannya. Kita tunggu saja dulu. Besok pagi di antara kita juga pasti akan mendapatkan tugas.” Ucap Mark. “Ini kamar baru, kamu bereskan semua bajumu. Dan, aku mau mandi dulu,” ucap Mark. “Baiklah, aku akan istirahat,” jawab Felix. Dia segera berjalan masuk ke dalam kamarnya, kedua matanya berkeliling melihat sekilas ruangan yang akan ditempati. Dan, dia memastikan jika di sana memang benar-benar aman. Felix, menyipitkan matanya saat dia melihat ada yang mencurigakan di balik bunga kecil yang ada di ada diatas meja kecil samping ranjangnya. Felix berjalan perlahan, kedua mata itu masih berkeliling. Dia tidak mau menyiakan satu saja hal yang membuat durinya ketahuan menyusup di tempat lawan. Felix membuka pohon kecil dalam pot, di balik dedaunan berwarna hijau ada sebuah kamera kecil yang memang di pasang di sana. Felix menarik sudut bibirnya sinis. “Apa yang mereka lakukan. Mereka sengaja menaruh cctv di setiap ruangan. Mereka saja curiga dengan anggotanya. Gimana anggotanya bisa percaya pada pemimpin,” gerutu Felix. Felix segera mengambil cctv itu. Memasukan ke bawa kamar tidur. Setelah selesai, Felix duduk di atas ranjangnya. Kedua matanya mengamati sekelilingnya. Dia masih fokus pada gorden yang ada di depanya, terhubung dengan kamar sampingnya. Felix membuka gorden itu, dia melihat ada cctv kecil terselip di bawah. Tak mau kecolongan, Felix bangkit dari duduknya. Mematikan lampu kamarnya, dan benar. Dia melihat banyak sekali kamera tersembunyi di sana. “Sebenarnya apa yang mereka rencanakan, bukanya mereka semua menutup semua identitas anggota, tetapi kenapa mereka malah diam-diam mencari tahu anggotanya sendiri,” gerutu Felix. Dengan segera Felix menatap ke arah meja, dia melihat ada laptop di atas meja. Tak mau menunggu lama berada di sana. Felix segera mengambil laptop itu, dia beranjak duduk di atas ranjangnya. Kedua kaki duduk bersila, jemari tangan Felix segera, membuka laptopnya. Dengan liarnya jemari tangan itu menyentuh setiap huruf di keyboard laptop. Seperti biasa, dia menggunakan laptop yang ada untuk meretas semuanya, termasuk memindahkan cctv di sana pada Yuan, dia yang akan menerima server darinya. Felix menggunakan seluruh kemampuannya, menyembunyikan semua identitasnya, membersihkan semua bekas data dirinya saat masuk ke laptop baru bukan dirinya. “Yuan, kenapa kamu tidak aktif,” gerutu Felix. “Kemana dia, tidak seperti biasanya setiap malam selalu aktif. Apa terjadi sesuatu dengannya? Atau, ada yang membalas serangan hackernya,” ucap Felix lirih. Hampir 1 jam menunggu di depan laptop, sembari menjaga serangan dari para hacker lainya. Dia sengaja, membobol data dengan keamanan yang sangat ketat. Namun dirinya masih menemukan celah di Sana. Hingga Felix mendapatkan semua data dari black rose. Sebelum ketahuan semuanya, mereka bahkan bisa melacak keberadaanya. Felix memanipulasi semuanya dengan semua keahliannya. Mengirimkan semua data itu pada Yuan. Tak lama Yuan mengaktifkan server. “Ada apa?” Tanya Yuan. “Kamu dari mana saja, kenapa kamu baru memberikan kabar?” “Aku tidak bisa lama, aku harus segera lag out semuanya. Aku serahkan semua data padamu. Eksekusi semuanya, simpan dengan baik. Kamu pilih data mana yang penting atau tidak. Dan, nanti aku akan menjelaskan semuanya padamu,” ucap Yuan dari setiap sentuhan jemari tangannya. “Baiklah, tapi sekarang kamu dimana?” Tanya Felix. “Kamu tidak perlu tahu aku dimana, yang terpenting sekarang selamatkan data itu. Jangan sampai ada yang mengetahuinya.” “Baiklah!” “Oke, aku logout, jangan cari aku. Atau mencoba mencariku.” Felix mencoba mengingatkan Yuan. “Iya, aku paham.” “Sebentar, apa kamu berhasil masuk ke dalam organisasi itu? Aku sudah mendapatkan sebagai cctv. Tapi, anehnya cctv di atas tiba-tiba hilang begitu saja. Saat aku mencoba melihatnya.” “Mereka tidak bodoh, pastinya mereka juga sudah menyiapkan semuanya dengan matang dan sangat hati-hati,” ucap Felix, tanpa menunggu balasan dari Yuan. Dia segera keluar. Dan menetralkan kembali laptopnya. Felix segera membersihkan bekas jari tangannya. Dia sengaja membersihkan semuanya tanpa jejak di laptop itu. Saat semuanya sudah selesai. Felix mengembalikan laptop nya di atas meja. Dia segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua matanya mencoba untuk terpejam. Namun, saat dia tertidur. Dia lupa satu hal. Di tidak membawa salah satu kunci kamar miliknya. Jika terkunci maka tidak akan bisa keluar dari kamar itu. Felix bangkit dari ranjangnya. Dia beranjak duduk lagi. Kedua kaki bersalah. Entah jadi kenapa dia merasa ada seseorang yang memantau dirinya. Hatinya tidak tenang. Dia terlihat gelisah. Felix bangkit dari duduknya. Dia mencoba untuk mengintip kamar Mark dari lubang kecil di samping kamarnya. Dan, benar saja. Mark sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya. Apa yang dilihatnya ternyata sangat mengejutkan. Perang cyber. Sepertinya dia yang berulah di balik layar. "Tidak! Tidak akan aku biarkan. Aku harus segera mengambil lagi apa yang harus jadi Milikku. Tidak ada orang lain yang ikut campur. Tidak boleh," ucap Felix. Dia menarik sudut bibirnya sinis. Dan, tanpa banyak bicara lagi. Felix mengambil laptop itu. Dan, segera login kembali. Dia mematikan jika hasil yang dia curi masih aman. Felix ketika menghela napasnya lega. Saat dia melihat semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang terluka sedikit saja keamanan cyber yang dia buat. Namun, meski begitu. Dari cara Mark bermain. Dia berusaha menembus pertahankan itu. Dia mencoba mencari celah dari keamanan yang dibuat oleh Felix. Namun, dibalik itu semua. Yuan juga ikut membantu mengamankan. Bahkan dia menyerang Mark. Felix tersenyum tipis. Entah kenapa dia merasa sangat lega sekarang. Dia bisa melihatnya. Sambil menonton dari jauh. "Tidak akan yang bisa membobol meja makan cyber yang aku buat. Kamu tidak akan bisa mengambilnya," gerutu Felix. Dia hanya diam, melihat pertarungan antar cyber. Felix hanya bersantai menontonnya. Tanpa ikut campur. Suara bunyi laptop itu seketika mengejutkan felix. Dia spontan menutup lagi layak laptop nya. Melihat apakah di sekitarnya sudah aman atau belum. Di Seger membuka laptop nya kembali. Chat dari Yuan, yang membuat Felix hampir saja jantungan. "Kamu tahu siapa yang mencoba melawan. Dia tidak menyerah sama sekali," ucap Yuan. "Kamu menghubungiku hanya tanya hal yang sama sekali tidak penting," geram Felix. Dia menghela napasnya, mencoba mengatur emosi yang bergejolak dalam hatinya. "Jangan menghubungiku lagi. Kamu tenang saja. Aku juga tidak akan diam. Kamu jaga baik-baik. Kalau perlu kawan balik dia, aku akan memperkuat pertahanan cyber kita," ucap Felix. "Ok, baiklah!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD